maze

900 176 5
                                    

Author POV

"Kau dengar ada yang memanggilku?" Tanya Thomas pada Minho. Minho hanya menggeleng dan melanjutkan jalannya di dalam maze.

Newt's POV

Aku tak menemukan alesya dimana pun. Aku juga sudah bertanya pada Chuck katanya terakhir dia melihat alesya sedang duduk di bawah pohon. Hari sudah semakin sore dan aku tak kunjung menemukannya. Dimana dia?!

Pintu maze sebentar lagi akan tertutup. Aku merasa dia ada di dalam sana. Tapi kenapa? Apa aku harus menyusulnya?.

Aku sudah di depan pintu maze sekarang yang sebentar lagi hampir tertutup dan ya sekarang pintunya sudah bergerak. Aku tak berpikir lagi aku langsung masuk ke dalam. Aku mendengar teriakan para glader lain memanggil namaku. Tapi aku tak memperdulikannya.

Newt's POV end

Thomas dan Minho menghampiri gerombolan para glader di depan pintu maze. "Ada apa?" Tanya Thomas.

"Dari mana saja kau hah? Newt masuk ke dalam maze! Dia ingin mencari adikmu yang bodoh itu di dalam sana." Tegas gally. Thomas membelalakkan matanya. Thomas menghampiri Chuck untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi. "Nanti ku ceritakan." Ucap Chuck.

"Istirahatlah kalian. Kita akan melihatnya besok pagi." Ucap alby lalu meninggalkan gerombolan. Semua glader bubar. Thomas menghampiri Chuck untuk tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Sebenarnya tak ada satupun yang melihat alesya masuk ke dalam sana. Tapi Newt sudah mencarinya di semua tempat di glade ini. Dia juga sudah menanyakan alesya pada semua orang. Aku terakhir melihatnya sedang duduk di bawah pohon sebelum dia menghilang." Jelas Chuck.

Thomas berpikir. "Kau tau? Tadi saat di dalam maze aku mendengar ada yang memanggil namaku. Tapi aku tak menemukan seorang pun." Ucap Thomas.

"Aku yakin dia dan Newt akan selamat. Dia gadis kuat dan berani." Ucap Chuck mencoba menenangkan Thomas.

Alesya's POV

Saat aku ingin kembali pintu itu bergerak ke atas. Aku terkejut dan membalikkan tubuhku. Dinding itu terangkat satu tapi masih ada dinding lain di belakangnya. Tapi dinding itu tak melakukan hal yang sama.

Aku mendengar suara samar-samar seperti raungan? Raungan itu semakin keras. Mungkin itu monster yang dikatakan Thomas?. Aku berlari keluar dari jalan ini dan saat aku keluar hari mulai gelap. Maze ini bergerak aku berlari secepat mungkin. Aku hampir saja terjatuh tapi aku tetap berlari.

Hari sudah gelap sekarang dan aku tak kunjung sampai ke glade. Labirin ini terus bergerak. Aku berlari mengikuti kemana kaki ku membawaku. Hingga aku mendengar seseorang memanggilku lagi.

"Lesy?! Kau dimana?!"

"Alesya!"

Aku tau suara itu! Dan dia mengatakan lesy!  Itu pasti newt. "Newt? Kau kah itu?!" Teriakku.

"Lesy? Kau disini!" Teriaknya. Aku berlari mencoba mencari asal suaranya. Dan sekarang dia ada di hadapanku. Aku berlatih ke arahnya dan memeluknya. Dia juga membalas pelukanku. Lalu dia melepaskannya.

"Ku akui kau gila dan bodoh." Ucapnya padaku. "Ada apa denganmu?! Bukankah sudah ku katakan kau tak boleh masuk kesini?!" Bentaknya. Aku hanya menundukkan kepalaku. Ingin menangis rasanya. Aku tak tau kapan terakhir kali ada yang membentakku.

Tapi dia memelukku. "Hei aku hanya takut terjadi sesuatu padamu. Aku tak ingin kehilanganmu." Ucapnya. Jantungku berdebar kencang saat dia mengatakan itu dan aku merasakan sesuatu diperutku.

Tiba-tiba raungan itu terdengar lagi. Tapi kini aku merasa raungan itu sangat dekat. Sebuah lendir putih jatuh di pundak ku. "Ewh sial." Aku menyentuh lendir itu dan mendongakkan kepalaku. "Newt." Ucapku dan newt juga mendongakkan kepalanya. Kami bertatapan sebentar lalu lari secepat mungkin. Newt menggenggam tanganku sangat erat.

Griever itu semakin dekat. Kami berlari semakin kencang. Tapi-

"Siall! Aku salah jalan! Seharusnya aku mengingatnya." Ucap Newt. Kami sampai di sebuah jalan buntu. Aku mencoba berpikir. Griever itu sudah ada kurasa 10 langkah di depan kami.

"Newt kita harus memanjat!" Saranku. "Tak ada waktu berpikir. Ayo!" Ucapku. Lalu aku memanjat tumbuhan yang merambat di dinding labirin ini. Newt juga melakukan hal yang sama tapi dia berada di bawahku. Sialnya griever ini masih mengikuti kami. Aku sudah sampai di atas lebih dulu sebelum Newt.

"Newt!" Teriakku saat melihat Newt hampir saja di sengat monster bodoh itu. "Pegang tanganku." Ucapku sambil mengulurkan tanganku padanya. Dia memegang tanganku dan aku menarik tangannya. Saat kami sudah di atas griever itu masih saja mengejar kami.

Kami terus berlari di atas labirin-labirin ini. Sialnya lagi tak ada jalan dan griever ada di belakang kami. "Kita harus melompat." Saranku. "Sekali lagi ku akui kau benar-benar gila." Jawab Newt. "1...2..." Dan kami melompat ke labirin lain. Aku terjatuh saat melompat. Kaki ku sangat sakit sekarang.

"Kau tak apa?!" Tanya newt. Aku bisa melihat raut khawatir di wajahnya. "Hanya sedikit sakit." Aku berbohong. Sebenarnya ini sangat sakit jika ku paksakan berjalan. Dia menyentuh kaki kiriku. "Kau terkilir." Ucapnya. "Dengar ini lumayan sakit tapi ini akan membaik." Aku mengangguk. Dia memutar pergelangan kakiku lalu menariknya.

Ingin sekali aku berteriak tapi aku menahannya. "Maaf" ucapnya. Lalu dia membantuku berdiri dan membopong tubuhku untuk berjalan. Kami turun menggunakan tumbuhan rambat itu. Tapi lagi-lagi griever itu menemukan kami. Aku berlari dengan kesusahan dibantu dengan newt.

Aku melihat labirin di depan ku berjalan perlahan.Sebuah ide terlintas di kepalaku. Ini sedikit gila tapi apa salahnya mencoba?

"Newt kau harus berlari lebih dulu kesana." Perintahku padanya. "Tidak. Aku tak akan meninggalkanmu!" Jawabnya. "Kumohon. Aku berjanji aku tak akan terluka." Ucapku sambil menggenggam tangannya dengan kedua tanganku. "Baiklah kau harus menepati janjimu." Ucapnya lalu mencium keningku dan berlari ke labirin yang bergerak itu. Aku membalikkan tubuhku ke arah griever.

"Hoi monster bodoh! Kemari lah!" Teriakku sambil berjalan mundur. Monster itu berlari ke arahku. "Bagus! Kemarilah bodoh!" Aku berlari mundur. Dia semakin dekat. Aku membalikkan badanku dan berlari ke arah Newt. Ini cukup sulit dengan kakiku yang pincang. Aku melompat ke arah Newt saat labirin itu tertutup dan ya! Rencanaku berhasil! Griever itu terjepit dan mati.

Newt hanya menggelengkan kepalanya. Lalu dia membantuku berdiri. "Ayo kita harus ke pintu maze." Ucapnya.

Kami tiba di depan pintu maze yang masih tertutup. Kami duduk bersandar sambil menunggu pintu ini terbuka.

"Kau tau? Kau cukup berani. Tapi aku tak tau apa yang akan mereka katakan padamu. Yang pasti setelah kita kembali pasti ada gathering." Ucap Newt memulai pembicaraan. Aku hanya menatapnya sebentar lalu melihat langit-langit.

"Aku belum menanyakan padamu. Kenapa kau ada di dalam maze?" Tanyaku padanya masih sambil menatap langit-langit. Tak ada jawaban. "Newt?" Tak ada jawaban juga. Aku menoleh padanya dan ternyata dia tertidur. Aku tak tega melihat posisi tidurnya seperti itu jadi ku sandarkan kepalanya di bahuku.

"Hei Newt. Terima kasih sudah menemaniku di dalam sini. Kau tau jika kau tak ada mungkin aku sudah jadi santapan monster bodoh itu." Ucapku. Sambil mengelus rambutnya dan ku acak-acak. Aku terkekeh.

"Jika kau tak tidur kau takkan pernah mengizinkan ku melakukan ini." Ucapku. Lalu aku juga ikut tertidur.

~✧~
k

alo suka jngn lupa follow sma vote ya hwhe

Brother [ Thomas ] Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang