Dear J,
16 Januari tahun ini, tahun pertama kamu merayakan ulang tahun bersama saya sebagai suami istri. Bukan saya yang memberikan hadiah tapi kamu, kamu memberikan saya hadiah yang sangat berharga dan akan saya jaga selamanya.
Terima kasih mau menerima saya apa adanya, saya tau kamu mendamba laki-laki romantis. Tapi, jujur saja, untuk jadi romantis saya harus belajar banyak dari buku-buku romance yang mulai saya baca. Tunggu dua tahun lagi saya akan jadi laki-laki romantis untuk kamu.
***
Persalinan yang diprediksi dokter sekitar dua minggu lagi nyatanya lebih cepat satu minggu. Dan itu membuat Limario harus membatalkan seluruh jadwalnya. Ia sudah berjanji pada sang istri akan menemani selama persalinan. Lagi pula ia tidak ingin membiarkan Jennie berjuang sendirian.
Di ruang persalinan perasaan Limario benar-benar luar biasa. Apalagi saat melihat Jennie merintih kesakitan, rasanya Limario ingin menukar posisi.
"Lili..." Panggil Jennie pelan. Selang oksigen dan selang infus sudah menempel di tubuh sang istri. Jennie kukuh ingin melahirkan normal, dan Limario tidak bisa menolak itu. Kecuali jika kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk melahirkan normal, ia akan memaksa dokter untuk melakukan operasi.
"Ya." Limario mengusap pipi Jennie, suhunya masih normal.
"Sakit..." Lirihnya. Limario mencium kening Jennie, matanya sudah berkaca-kaca. Tapi ia tahan itu karena tidak ingin membuat Jennie berpikir macam-macam. Ia harus lebih kuat dari Jennie.
"Sabar ya. Bentar lagi kita bertemu babynya, kamu harus kuat, kalau merasa sakit kamu boleh cakar saya atau pukul saja."
"Aku maunya gigit kamu."
"Iya gigit saya." Limario mengulurkan tangannya untuk digigit oleh Jennie. Tapi gadis itu malah mengecup tangannya.
"Tapi aku sayang sama kamu."
Limario terkekeh, ia mencium puncak kepala Jennie sambil melapalkan do'a agar tuhan memberi kekuatan dan kelancaran untuk istrinya.
Cengkraman Jennie semakin mengerat ditangannya. Limario melihat Jennie yang merintih sambil memejamkan matanya, setetes air mata jatuh dari sudut mata Jennie.
"Li li sa kithh..."
Limario menatap dokter yang juga menatapnya. Dokter itu hanya menganggukan kepalanya sebagai isyarat Jennie sudah bisa mengejan.
Limario menghela napas, ia mendekatkan wajahnya pada Jennie. "Ayo J, babynya sudah mau keluar. Kamu harus kuat."
Jennie tidak mendengar ucapan Limario dengan jelas karena fokusnya kini teralih pada dokter yang menyuruhnya untuk mengambil napas.
Tenaga Jennie rasanya terkuras habis, melahirkan tidak semudah yang ia bayangkan. Ia harus bertarung dengan rasa sakit yang luar biasa. Rasanya seperti bertukar nyawa. Jennie sempat mengucapkan kata maaf dalam hati untuk mamanya, selama ini ia sering membuat mamanya kesal.
Dokter kembali menyuruh untuk mengambil napas, dengan sisa tenaganya Jennie mengejan. Suara tangisan bayi, membuat Jennie tak bisa menahan laju air matanya. Ia berhasil.
"Bayinya perempuan."
"Lili..." Isak Jennie. Limario segera memeluk Jennie yang sudah kehabisan tenaga.
***
Ayah dan ibu Jennie sangat bahagia dengan kelahiran cucu pertama mereka yang berjenis kelamin perempuan. Tuan Kim bahkan sudah membelikan satu unit mobil sport mewah untuk sang cucu meski masih bayi. Nyonya Kim bahkan sudah menyuruh pria yang kini sudah menjadi kakek itu untuk menahan diri agar membeli barang-barang yang sekiranya bermanfaat untuk si bayi. Tapi tuan Kim terlalu keras kepala. Ia terlampau bahagia dengan kelahiran cucu pertamanya.
"Kalian sudah memberikan nama?" Tanya Nyonya Kim sambil menggendong cucunya.
"Ruby Jane." Jawab Jennie.
Nyonya Kim memberikan Ruby pada Jennie. Perutnya sudah mulai lapar, mereka bergiliran menunggu Jennie.
"Lim kenapa lama sekali. Mama sudah lapar."
"Mama belum makan?"
Nyonya Kim menggelengkan kepalanya, semalam ia dan sang suami hendak makan malam diluar namun urung saat mendapat telpon dari Limario bahwa Jennie sebentar lagi akan melahirkan. Ia terlampau khawatir hingga mengabaikan perutnya.
"Astaga... Kalau gitu mama cari makan aja, aku gak papa di sini sendirian. Lagipula Lim sebentar lagi ke sini tadi dia bilang sudah di bawah."
"Kamu yakin?"
Jennie menganggukan kepalanya.
"Ya sudah mama ke kantin dulu ya."
Jennie mengamati wajah cantik putrinya. Alis, hidung dan bibirnya sangat mirip dengan Limario. Hanya matanya saja yang mirip dengan Jennie. Ya.. matanya sipit khas orang Korea berbeda dengan mata Lim yang memiliki mata khas orang eropa.
"Kamu anak daddy sekali." Ucap Jennie sambil mencium dada putrinya.
Pintu kamar rawatnya terbuka, Limario membawa dua tas perlengkapan mereka dan juga Ruby. Jennie sebenarnya ingin segera pulang, tapi si kaku itu dengan keras kepalanya menyuruh untuk di rawat terlebih dahulu hingga kondisinya benar-benar pulih.
"Kamu bawa apa?" Tanya Jennie saat melihat wadah makanan. Aromanya bahkan menggoda perutnya.
"Paman tadi mampir ke rumah, katanya bibi membuatkan Miyeok guk untukmu. Mau makan?" Tanya Limario, Jennie mengangguk.
"Tunggu sebentar, tidurkan Ruby di sana. Aku akan menuangkan soup nya." Jennie menuruti perintah Lim, Ruby tertidur pulas setelah minum asi. Kini gilirannya untuk mengisi energi.
"Bibi bilang jika soup nya enak dia akan mengirimkan soup ini setiap hari."
Jennie mencicipi satu sendok kuahnya, matanya membulat sempurna saat rasa lezat itu menyapa lidahnya. "Wooahh daebak! Rasanya lezat."
"Benarkah?" Jennie menganggukan kepalanya.
"Saya akan menyuruh bibi memasak soup itu selama pemulihan. Nanti saya kirim orang untuk mengambilnya."
"Gomawo Daddy."
Limario terkekeh mendengar panggilan itu, mereka harus mulai membiasakan memanggil satu sama lain dengan sebutan daddy dan mommy.
"Ruby, dia sangat mirip denganmu. Hanya matanya saja yang mirip denganku." Gerutu Jennie.
"Dia benar-benar putri saya." Lirih Limario sambil mengamati Ruby yang tertidur pulas di Box bayi.
Jennie benar, bayi mereka mirip dirinya. Limario membungkukan badanya lalu mengecup pipi gembilnya.
"Hai baby.."
Kebahagiaan itu benar-benar Limario rasakan sekarang. Kehadiran Ruby akan menambah rasa sayang untuk keluarga kecilnya. Limario akan menjalani hidup sempurnanya setelah Ruby lahir, menjadi suami Jennie Kim yang super sexy dan ayah dari Ruby putri kecilnya. Di masa depan, Ia akan menjadi seorang ayah yang overprotektif melebihi Jennie.
- End -
KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY LILI
RomanceTerima kasih sudah mengizinkan saya masuk ke dunia kamu. Walaupun saya tidak tau akhirnya akan seperti apa, tapi saya yakin rencana Tuhan luar biasa.