Jangan mengambilnya dariku karena kau tidak tahu dia sangat berarti untukku
~Limario Ruther Manoban
Limario berlari terburu-buru menuju ruang sidang skripsi Jennie. Tangannya memegang erat sebucket bunga daisy. Limario baru saja pulang dari Singapura. Janjinya untuk seminggu menyelesaikan pekerjaan tidak bisa ia tepati. Ada beberapa yang harus dia urus karena karyawan lama yang sudah dipercaya oleh perusahaan cabang terbukti menggelapkan uang perusahaan. Puluhan telpon dari Jennie terpaksa ia abaikan karena Limario tidak ingin mendengar suara kecewa gadis kucing kesayangannya. Ia sempat bertukar pesan dengan Mama Jennie, beliau mengatakan bahwa beberapa hari menjelang sidang Jennie begitu sensitif. Beliau juga mengatakan bahwa putrinya uring-uringan karena tidak mendapat kabar dari Limario.
Langkah Limario terhenti beberapa meter dari ruang sidang skripsi Jennie, dari tempatnya berdiri ia melihat Jennie yang menangis dalam pelukan sang Mama. Dengan langkah pelan ia menghampiri kedua perempuan itu.
"J." Panggilnya pelan. Sang empu nama menoleh dengan mata sembab. Tatapan amarah seketika terlihat dari mata kucingnya.
Bugh!
Tinjuan keras mendarat di dada Limario. Disusul jambakan dan juga tendangan ditulang keringnya. Limario meringis namun tak berniat melawan perlakuan Jennie, justru Mama Jennie lah yang memperingatkan anaknya untuk tidak berbuat kasar pada Limario.
"Cowok brengsek!" Maki Jennie. Tangannya menarik kuping Limario, tak puas Jennie pun kembali menarik rambut halus Limario.
"J, sakit." Ringis Limario.
Napas Jennie memburu dia menatap Limario dengan mata berkaca-kaca. Hari ini tepat tiga minggu sejak Limario pergi untuk meninjau perusahannya. Dua minggu terakhir Jennie kehilangan kabar, pasalnya pemuda tampan yang berdiri dihadapannya sekarang berjanji akan menyelesaikan pekerjaan dalam waktu satu minggu. Namun tiga minggu berlalu pemuda itu tak kunjung pulang, ditambah lagi dua minggu ini Limario susah dihubungi.
Jennie menubruk tubuh Limario. Dia memeluk erat tubuh atletis Limario.
"Kamu kemana aja Li?" Tanya Jennie sambil terisak.
"Maaf J." Hanya kata itu yang keluar dari bibir tebal Limario. Dia balas memeluk erat Jennie.
Jennie menangis dalam pelukan Limario, menumpahkan segala beban yang ada dalam hatinya.
Limario mengurai pelukan Jennie, dia mengusap air mata yang mengalir dipipi mandu Jennie.
"Sidangnya gimana?" Tanya Limario pelan.
"Aku berhasil Li." Jawab Jennie. Limario tersenyum lalu mengusap rambut Jennie.
"Congrats J. Sekali lagi saya minta maaf karena tidak bisa menemani kamu sidang." Limario menyerahkan bucket bunga ditangannya yang diterima dengan senang hati oleh Jennie.
"Lili, kita jadi liburan kan?" Tanya Jennie mengingatkan Limario akan janjinya.
Limario mengangguk, "Jadi. Kamu udah nentuin mau liburan kemana kan?"
"Aku mau ke Maldives aja."
"Oke, tapi berangkatnya lusa gak papa kan? Saya mau istirahat dulu." Ucap Limario.
Jennie mengamati wajah Limario, baru ia sadari bibir Limario terlihat pucat dengan kantung mata yang menghitam. Jennie menggerutu dalam hati karena Limario tak memperhatikan kesehatannya. Ia hendak marah, namun terhenti saat Mama mengingatkan untuk segera pulang. Pasalnya Bibi sudah menyiapkan makanan untuk merayakan keberhasilan sidang skripsi Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY LILI
RomanceTerima kasih sudah mengizinkan saya masuk ke dunia kamu. Walaupun saya tidak tau akhirnya akan seperti apa, tapi saya yakin rencana Tuhan luar biasa.