1.Dibully

22 8 35
                                        

"Stop! Stop! Berhenti disana!" Veny meneriaki Jenessa dan kedua temannya.

Jenessa berbalik dan memandang Veny remeh.

"Apa? Lo ada hak apa nyuruh gue stop? Hm?" Ucapnya sambil mendorong Veny dengan jari telunjuknya.

Veny menepisnya "stop gangguin Karin."

Jenessa menaikkan sebelah alisnya.

Memandang kedua temannya dan mengisyaratkan sesuatu.

Keduanya langsung bergerak untuk menahan kedua tangan Veny.

"Ck lepas!"

"Hahaha salah lo sendiri ikut campur"

Byuurrr!

Jenessa menumpahkan segelas pop mie yang masih panas karena baru dipesannya tadi ke kepala Veny.

Veny menutup matanya yang terasa perih, dan mengepalkan kedua tangannya kuat. Rasa panas itu berhasil membuat kulitnya melepuh.

Karin yang menunduk lesu sambil berjongkok dilantai dengan cepat menghampiri Jenessa dan menjambak rambutnya dari belakang.

"Argh sialan!" Umpat Jenessa ia berbalik dan menampar Karin dengan suara yang nyaring.

Merasa ada kesempatan, Veny cepat kabur dan membawa Karin pergi darisana.

"Sial! Awas lo berdua!" Ucap Jenessa sembari melipat kedua tangannya didepan dada.



























































Veny terus menepuk-nepuk roknya, menyingkirkan mie yang masih menempel juga dirambutnya.

Karin masih terisak sesekali ia mengucap kata maaf pada Veny.

"Udah gak papa kok, jangan nangis lagi oke? Gue gak suka liat lo nangis, jelek."

Karin tambah menangis, memeluk Veny.

"Huaa maafin gue" Veny tersenyum dan mengelus punggung Karin lembut.

Tentu saja ia berusaha menahan rasa sakit ditangannya yang terasa melepuh.

"Gimana dong tangan lo merah gitu, terus seragam lo juga udah bau semua"

"Santai aja, gue kan ada bawa seragam ganti tiap hari" Karin mengangguk.

"Ya udah lo balik duluan ke kelas gih, kalau ada apa-apa lari aja atau teriak minta tolong, jangan diam kayak tadi"

Lagi, Karin mengangguk mengiyakan ucapan Veny.

Di sekolah, Veny adalah satu-satu temannya sekaligus sahabatnya.

Karin merasa beruntung.

Sangat beruntung.






























"Gue dengar lo dibully lagi sama mereka? Lo gak papa?" Tanya Ares tampak sedikit khawatir, dia mengelus kepala Karin dengan lembut.

"Gak papa"

"Lo ada masalah ya sama mereka? Kenapa mereka gangguin lo terus?"

Karin menatap Ares "karena lo, gara-gara lo kulit Veny melepuh disiram pop mie sama Jenessa"

Ares terdiam sejenak, sepertinya dia merasa bersalah.

"Maaf, dimana dia? Udah diobatin?"

Karin mengangguk "gue mohon, jangan dekat sama gue dan Veny lagi" setelahnya ia pergi begitu saja meninggalkan Ares yang merasa bingung harus bagaimana.

























Karin memundurkan langkahnya, didepannya sudah ada Jenessa dan kedua teman gengnya. Bagaimana? Tadi dia sudah menjambak rambutnya, pasti ia akan terkena masalah besar.

Dengan segala tekadnya ia berbalik dan hendak berlari namun terlambat, Claire sudah menjambak rambutnya terlebih dahulu hingga ia terjatuh kebawah.

"Enak?" Tanya Jenessa sambil menunjukkan smirknya.

"Mm...maaf"

"Apa lo bilang?! Maaf? Hh, gak cukup! Lo harus berlutut tiga kali dan mohon sama gue! Satu lagi! Jangan deketin Ares lagi!"

Karin tahu ia tidak akan bisa melawan mereka, tenaganya sudah habis sejak pagi tadi.

Oleh karena itu ia terpaksa berlutut didepan ketiga orang itu.

Tiba-tiba Ares datang, menarik lengan Karin untuk bangkit berdiri.

"Lo semua udah keterlaluan"

Jenessa tak bisa berkata-kata sekarang, gebetannya sudah mengetahui kelakuan busuknya.

"Karin! Awas lo! Gue bunuh lo! Bajingan!" Umpat Jenessa penuh penekanan.





















"Lo gak papa kan?" Karin menepis pegangan Ares.

"Udah gue bilang jauhi gue! Kenapa lo gak mau dengerin gue? Oke. Sekarang lo berhasil bantuin gue, tapi gimana lain kali? Gue bisa aja dibunuh sama mereka!" Karin kembali terisak.

Ares memeluknya paksa, Karin ingin melawan tapi ia sudah tidak mampu. Kini ia menangis dalam pelukannya.

"Gue janji bakal lindungi lo, jangan takut" ucap Ares lembut.

Ia benar-benar kasihan melihat kondisi Karin, wajahnya babak belur, rambutnya berantakkan sejak pagi. Bahkan Karin sering bolos jam pelajaran karena dibully oleh Jenessa. Ia malu kembali ke kelas dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.

Camaraderie {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang