"Akh"
"Sorry" ucap Veny berjalan melalui Mexy yang tak sengaja ia senggol bahunya saat berpapasan.
"Ck! Veny!" Orang yang disebut itu berbalik menatap Mexy datar.
"Lo habis ngapain coba di gudang terbengkalai itu? Gue lihat barusan lo keluar darisana"
Veny tampak gelisah sesaat "gak ngapa-ngapain, lo sendiri? Buat apa disini?"
Mexy menggaruk tengkuk lehernya "gue..ha-habis nyebat, diam ya lo!"
Veny mengangguk dan segera berlalu dari sana.
Lain dengan Mexy yang terlanjur penasaran. Ia mencoba membuka pintu gudang tersebut namun nihil karena pintunya digembok dengan rantai.
"Aish! Sial" umpatnya.
"Veny, gue duluan ya sama Ares" ujar Karin.
Veny malas untuk menjawab.
"Ya..udah kalau gitu gue pergi dulu bye" lanjut Karin melambaikan tangan kanannya.
Dari ujung matanya, Veny dapat melihat kedua orang itu tengah bergenggaman tangan.
"Cih"
"Loh? Kenapa?"
"Udah gak papa, gue mau beli barang dulu di dekat sini Res, lo balik aja ya? Udah gak jauh kok dari rumah gue"
Karin memegang tangan Ares dan memohon.
"Hh..yaudah, tapi jangan keliaran, bahaya" ucapan itu diangguki Karin.
Ares gemas dan mengelus puncak kepala kekasihnya itu.
"Gue pulang dulu"
"Iya hati-hati" Ares pun menaiki motornya dan berlalu.
Lain dengan Karin yang berada di jalanan. Sebelah kanannya memang terdapat supermarket tapi ia malah berbelok ke kiri.
"Huhh..huhh...to-tolong.."
Veny yang habis dari supermarket dan berniat pulang terhenti saat mendengar rintihan dari seseorang.
Di jalan sepi kayak gini..-gumam Veny.
Ia takut kalau itu hanya jebakan dan akan menipunya.
"Siapa?" Ucap Veny sedikit nyaring.
"Akh..tolong..Veny..itu beneran lo?"
Setelah didengar baik-baik, kini Veny tahu siapa orang tersebut dan segera berjalan cepat menuju asal suara.
"Mexy? Lo-"
"Ba..bantuin" Veny buru-buru memapah Mexy dan berjalan cukup jauh untuk sampai ke rumahnya.
"Lo disini dulu, bentar gue ambil obat-obatan" Mexy mengangguk.
Darah terus keluar dari hidungnya, belum lagi dahinya yang tertancap sebuah kaca berukuran sedang.
"Tahan" Veny buru-buru datang dan melepas kaca tersebut.
"Akhh...Veny gue takut" ucap Mexy dengan terus menggelengkan kepalanya sambil menangis.
"Gue..gue gak tau siapa dia, tapi dia nerror gue terus akhir-akhir ini hiks" Veny terdiam.
"Jangan banyak bicara, gue bersihin dulu darah di muka lo" akhirnya Mexy menurut dan diam.
30 menit kemudian Mexy diberi makan bubur oleh Veny. Kebetulan dia juga belum makan jadi sekalian saja berdua.
Prangg!
Veny menatap Mexy datar, niatnya makan dengan lahap pun musnah.
"Mm..maaf, gue..gak bermaksud" dengan tangan gemetar Mexy berusaha memungut piring yang ia pecahkan.
Ia masih membayangkan kejadian tadi yang hampir merenggut nyawanya. Orang dengan pakaian serba hitam itu mengerikan, dia begitu ganas ingin membunuh Mexy. Karena masih shock dan trauma, akhirnya tidak sengaja ia memecahkan piringnya.
"Lo tahu? Gue paling benci liat dan denger suara piring pecah di rumah gue" Mexy menunduk meneguk ludahnya dengan susah payah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie {Hiatus}
Mystery / ThrillerKarin selalu dibully oleh Jenessa dan teman-temannya, karena Karin dekat dengan Ares most wanted di sekolah. Beruntung Karin mempunyai sahabat yang selalu ada di sampingnya, Venysilla. Deskripsi yang pendek, namun memiliki banyak makna di dalamnya. ...