12.Maaf

10 5 13
                                    

"Gu-gue kan udah minta maaf" ucap Mexy sambil meremas ujung bajunya.

"Tumben gaya bicara lo gini? Biasanya juga ikut-ikutan-"

"Itu! Itu karena gue..intinya gue udah nyesal, mungkin aja orang yang mau nerror gue tadi ternyata orang yang pernah gue bully, semenjak Jenessa udah gak ada, gue juga malas mau bully orang lagi"

Veny mengangguk dan tersenyum tipis.

"Baguslah, gue punya satu tugas buat lo. Karena tadi gue udah nyelamatin lo, jadi mau gak mau lo harus turutin."

Mexy mengernyit "maksud lo?"

Veny tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Sikapnya membuat Mexy merasa aneh sekaligus merinding. Tidak biasanya Veny seperti ini. Dulu mereka teman baik, tapi semenjak ada Jenessa, Mexy pun menjauhi Veny.

Veny berjalan mendekat, membisikkan sesuatu tepat di telinga Mexy.




























































Sepulangnya dari rumah Veny, ia berjalan cepat menuju rumahnya. Berharap orang yang menerrornya tadi tidak muncul.

Namun, dia bisa merasakan seseorang tengah mengikutinya. Dari ekor matanya, ia dapat melihat bayangan seseorang.

Nafasnya jadi tidak teratur, buru-buru ia berlari tetapi perkataan orang tersebut membuatnya menghentikan langkahnya.

"Lo lari karena emang mau cepat pulang atau karena udah tau gue ngikutin lo?"

Mexy meneguk air ludahnya kasar, memegang erat tas yang dibawanya.

"Hahaha, lo bisa takut juga ternyata hm?"

Dapat Mexy rasakan, orang itu berjalan mendekatinya.

Tep!

Pundak Mexy ditepuk, refleks ia pejamkan matanya.

Berharap semua ini cepat berakhir.

Bughh!

Tiba-tiba saja orang tersebut jatuh ke lantai tak sadarkan diri.

Mexy menutup mulutnya tidak percaya dan memeluk Veny erat.

"Makasih udah tolongin gue"

Veny segera melepaskan pelukan Mexy "gue bukan tolongin lo, tugas lo selesai, lo boleh pulang sekarang."

Mexy mengangguk dan pergi.


Veny membeli sebotol air minum di supermarket, mengguyur orang tersebut agar ia sadar.

"Sialan! Jadi lo mau jebak gue?" Seru orang tersebut saat siuman.

Veny menaikkan sebelah alisnya.

"Mata ini..begitu familiar"

Orang misterius itu membelalakkan matanya, mendorong Veny hingga terduduk di lantai.

"Jangan ikut campur!" Peringatnya dan berlalu dari pandangan Veny.

























































"Karin!" Panggil Veny.

Ia tersenyum tipis melihat Karin tidak berani menjawabnya.

"Kenapa? Lo lagi ada masalah? Gue ada salah sama lo? Gak biasanya lo diam gini ke gue"

"Nggak Veny, gue capek"

"Capek? Haha..iya iya, ya udah istirahat dulu jangan nempel Ares mulu, gak ada yang mau rebut kok"

Karin tersenyum "iya, makasih Veny"

"Gak perlu berterimakasih, kita kan teman."

Keduanya saling tersenyum walau memiliki maksud yang berbeda.

Veny menepuk beberapa kali pundak Karin dan berjalan melewatinya.

Camaraderie {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang