9.Claire

13 7 16
                                    

"Veny? Lo kemana aja?" Tanya Karin begitu Veny kembali masuk sekolah.

Orang yang ditanyai sibuk menaruh tas pada bangkunya.

"Gue sakit tiga hari" jawabnya jutek.

"Ooh.." sahut Karin pelan.

Dia merasa tidak enak, harusnya ia pergi mengunjungi rumah Veny dan menjenguknya. Teman macam apa yang bahkan temannya sakit ia tidak tahu.

"Maaf"

Veny menoleh, menaikkan sebelah alisnya dengan tidak minat.

"Kenapa lagi?"

"Maaf gak jenguk"

Veny menghela napasnya pelan "iya, gak apa"

"Karin, ayo katanya mau liat gue main" ucap Ares yang tiba-tiba ada didepan pintu.

Karin segera bangkit dari tempat duduknya dan mereka bergandengan tangan menuju lapangan basket.

Ya, memang.

Karin berjanji akan melihat Ares bermain basket di lapangan hari ini.

Buru-buru Veny menahan lengan kiri Ares yang tidak digenggam Karin.

Ares berhenti dan menoleh ke belakang.

"Jangan"

Ares tak memperdulikan ucapan Veny dan melepas paksa lengannya yang digenggam.

"Gue bilang kalian gak usah dekat-dekat!!" Teriak Veny.

Kesabarannya sudah habis, ia berteriak begitu kencang hingga beberapa siswa dikelas menoleh.

Veny menunduk mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat.

Beberapa detik setelahnya ia menengadah ke atas "maaf" ucapnya kemudian pergi mendahului keduanya.

Terdengar murid mulai berbisik-bisik.

Membicarakan Veny, Karin juga Ares.

Aneh saja, padahal biasanya mereka akur tapi semenjak Karin pacaran dengan Ares, keduanya mulai jarang bersama.


























"Aish sialan!" Claire membuang puntung rokok yang telah ia hisap habis.

"Hey" panggil seseorang dari sebrang jalan.

Claire menoleh.

Memastikan bahwa orang itu benar memanggilnya.

Karena memang hanya mereka berdua dijalan tersebut. Karena sudah malam maka jarang ada yang lewat.

"Ambil, buang ke tempat sampah" perintah orang itu sambil melihat puntung rokok yang Claire buang ditengah jalan.

Claire menunjuk dirinya sendiri.

"Gue? Cih!" Claire memilih untuk mengabaikan omongan orang itu dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Hey! Gue bilang ambil!!"

Langkah Claire terhenti, ia memainkan lidahnya didalam mulut.

"Apa urusannya sama lo?"

Brukk!

"Sialan! Lo gila ya?!" Emosinya naik saat orang di sebrangnya berusaha melemparkan batu padanya.

Namun berbeda dengan orang itu, dia tampak tenang.

"Buang" ucapnya lagi.

"Aish yang benar saja!" Claire menyerah, ia berjalan malas menuju jalanan yang luas dan memungut puntung rokoknya.


Beepppp

"Aaaaaaa!!!!" Teriak Claire, di depannya sebuah mobil melaju kencang.

Brukkk bughh!!

Puntung rokok itu tidak berhasil di ambil,  melainkan Claire yang terseret beberapa meter oleh mobil yang menabraknya.

Bajunya tersangkut pada roda mobil membuat tubuhnya terseret seiring mobil itu berjalan.

Orang di sebrang Claire tadi menginjak kaki Claire yang patah dan menahannya agar tidak terseret mobil lagi.

Baju Claire dibagian lengan sobek, terikut mobil tadi.

Orang berpakaian serba hitam itu melihat kesana kemari.

Pandangannya terhenti pada puntung rokok yang belum sempat dibuang.

Ia berjalan santai dan mengambilnya kemudian memutar paksa leher Claire yang awalnya wajahnya menghadap aspal menjadi menghadapnya.

Dia memasukkan kembali puntung rokok itu ke dalam mulut Claire dengan kasar.

Tak lama ia tersenyum puas dibalik masker hitamnya.

Ia pergi meninggalkan Claire yang mati mengenaskan dan darah dimana-mana. Dengan mata yang masih terbuka lebar.

3 jam kemudian ambulans datang membersihkan semuanya.

Claire, korban tabrak lari.

Camaraderie {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang