5.Menangis

16 7 30
                                    

Brukk

Veny tanpa sengaja menyenggol Ares didepannya. Dia terlihat seperti sedang menghindari Ares.

"Lo kenapa..nangis?" Veny mendorong Ares kemudian pergi dengan berlari kecil.

Terlanjur penasaran, niat awalnya ingin mengunjungi Karin dia urungkan dan segera menyusul Veny.



























"Lo kenapa? Karin gak papa kan?" Ares menahan lengan Veny, membuatnya terpaksa berhenti.

"Gue gak papa, cuma kelilipan mata gue"

Ares berdecih "kalau mau bohong pintar dikit"

"Si..siapa yang bohong"

Ares perlahan mengusap air mata di pipi Veny.

"Udah gak usah nangis lagi, gue siap kapanpun lo mau cerita"

Veny menatap Ares datar.

Oh ya? Gue gak yakin Res -batin Veny.

"Gak usah deketin Karin lagi, berapa kali gue harus bilang ke lo?"

Ares menaik turunkan kedua alisnya secara bergantian.

"Lo belum tau?"

Veny tampak tak tertarik sedikitpun.

Ares mengangguk mengerti.

"Kayaknya emang belum, gue sama Karin resmi pacaran 1 hari yang lalu"

Shit, padahal Veny tak ingin mendengar kalimat itu. Sudah susah payah ia mengalihkan pembicaraan dengan Karin sekarang Ares yang mengungkapkannya duluan.

"Terus? Apa hubungannya sama gue? Asal lo tahu, lo gak pantes jadi pacarnya. Tiap dia dibully, lo kemana aja? Cih"

Veny tak betah jika harus berlama-lama bersama Ares, jadi dia memutuskan untuk pergi saja.

Dia muak melihat wajah Ares.

"Tidak tahu diri"

"Gak peka"

"Gak tau terimakasih!"

Umpat Veny penuh penekanan.

Tentu saja hal itu tidak terdengar ditelinga Ares, karena jarak mereka sudah cukup jauh.



























"Lo yakin gak papa?" Karin tersenyum tipis dan menggeleng.

"Gue udah mendingan kok, gue bosan disini sendirian, lebih baik dikelas aja"

Ares menuntun Karin untuk duduk kembali.

"Gue temani disini, yang penting lo sembuh aja dulu"

"Nggak Res, gue gak papa, gue cuma pengen belajar"

Ares tetap dengan niatnya "gak apa, gue temani aja, sana tidur lagi, gue jaga disini"

Pasrah, akhirnya Karin mengangguk.

1 jam sudah Ares dan Karin berada didalam uks. Bahkan Ares sampai ikut tertidur di kursi.

Brakkk!

"Cewek penggoda! Bisa-bisanya lo manfaatin keadaan!"

Plakk!

Jenessa menampar Karin dengan keras, Ares buru-buru mendorongnya dan mencegah dia supaya tidak melakukan hal yang lebih keterlaluan lagi.

"Cukup! Lo keterlaluan! Kali ini gak bakal gue biarin lo ganggu cewek gue lagi!"

Ares menarik tangan Jenessa menuju gudang.

























"Uhukk uhukkk.. Res.. gue mohon, lepasin gue, asal lo tahu Res, gue lakuin ini karena gue suka sama lo"

Ares semakin membrutal ia menendang dan menjambak Jenessa seperti yang Jenessa lakukan pada Karin.

Brakk!

Sebuah buku dilemparkan mengenai kepala Jenessa, membuat yang dilempar merasakan sakit dan pusing yang luar biasa.

Sudut bibirnya sudah berdarah karena ditendang Ares.

"Apa tadi lo bilang? Lo sebut cewek gue apa? Berani lo ulangi?!"

Jenessa memegang kepalanya yang terasa sakit. Menatap Ares marah.

"Karin penggoda! Cewek penggoda!"

"AAAA!!!" teriak Jenessa, Ares menarik rambutnya dan menendangnya hingga terjatuh jauh beberapa meter dari tempat awal ia berdiri.

"Ini peringatan! Sekali lagi lo ganggu Karin, lo bisa aja mati ditangan gue, jangan kira gue gak berani kasar sama lo karena lo cewek"

Ares kemudian pergi dengan santai.

Jenessa berteriak histeris dan menangis tak berdaya.

"Awas aja lo berdua!! Gak akan gue biarin!! Sialan! Bajingan!!"

Camaraderie {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang