Malam ini Mexy mengutuk dirinya, harusnya ia tidak pulang sendirian.
Tadi saat berbelok tiba-tiba seseorang memukulnya dengan tongkat yang terbuat dari besi.
Berakhirlah kepalanya berdarah, ia berharap mati secepatnya daripada dibunuh orang misterius tersebut.
"Lepas!" Seru Mexy.
Orang yang mengikat Mexy duduk dengan santai sambil meminum secangkir teh yang masih panas.
Ia beranjak dari kursi menghampiri Mexy.
"Berisik"
Byuur!
Teh panas itu berhasil membasahi wajah Mexy yang dipenuhi luka lebam, sukses membuat Mexy meringis kesakitan.
"Argh! Lo siapa sih?! Pengecut! Buka masker sama topi lo!"
Mexy berusaha melawan ketika orang itu menekan luka di pipinya dengan kuat.
"Akhh sakit!"
Bukannya dilepas, kini Mexy malah mendapat tamparan keras.
"Menyenangkan"
Mexy melotot tidak percaya mendengar ucapan orang di depannya.
"Gila! Bajingan! Brengsek! Pengecut!" Umpatnya kesal.
"Kau lapar?" Mexy enggan menjawab.
"Baiklah..ini, makan!"
"Huekk uhukk uhukk!"
Mexy memuntahkan makanan yang di suapi pembunuh tersebut. Ya, Mexy yakin dia pasti seorang pembunuh.
"Kenapa? Bukankah itu lezat? Aku mengambilnya dari tempat sampah, ah..atau harus kusebut memungutnya?"
"Apa?! Lo mau apa dari gue?! Uang?! Gue kasik! Sebanyak yang lo mau! Lepasin gue!"
Pembunuh itu menaikkan sebelah alisnya "aku menginginkan nyawamu."
Kalimat itu mampu membuat Mexy merinding, keinginannya untuk melawan pun hilang perlahan-lahan.
Terlebih saat ini.
"Ja-jangan...jangan!"
Mexy terus meronta kesakitan, kedua pipinya di setrika oleh orang gila di depannya ini. Jika Mexy berteriak, maka mulutnya terasa seperti terkoyak.
"To..tolong bunuh gue sekarang..gue mohon"
"Akhirnya kau mengucapkan kalimat yang enak didengar, tentu aku akan mengabulkannya"
Dor!
Peluru berhasil menembus dahi Mexy, saat itu juga ia meninggal di tempat.
"Permainan dimulai"
Veny terus menelpon Mexy, namun tidak pernah diangkat. Ia jadi sedikit khawatir.
"Ck! Merepotkan!" Veny mengambil jaketnya, bergegas menuju rumah Mexy.
Tok tok tok
"Tidak ada orang.." gumam Veny.
"Apa dia pergi keluyuran? Aish.. bisa gila gue!"
"Veny?" Merasa terpanggil, Veny melihat ke belakang.
"Ares? Lo..ngapain ada di sekitar sini?"
Ares tersenyum tipis "gue baru mau pulang dari supermarket, lo sendiri?"
"Gue..mau ketemu Mexy"
Ares mengangguk "kenapa gak masuk ke rumahnya?"
Veny menatap rumah Mexy sekilas "kayaknya gak ada orang, gue balik dulu"
"Tunggu"
Veny menoleh, menunggu Ares melanjutkan kata-katanya.
"Kenapa lo selalu larang gue dekat sama Karin?"
Veny meremas ujung jaketnya kuat.
"Kenapa lo mau tahu? Nanti juga masih dekat sama dia, mulai sekarang gue gak bakal peringatin lo lagi. Terserah, resikonya tanggung sendiri"
Ares ingin bertanya lagi, tapi Veny sepertinya buru-buru pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie {Hiatus}
Mystery / ThrillerKarin selalu dibully oleh Jenessa dan teman-temannya, karena Karin dekat dengan Ares most wanted di sekolah. Beruntung Karin mempunyai sahabat yang selalu ada di sampingnya, Venysilla. Deskripsi yang pendek, namun memiliki banyak makna di dalamnya. ...