-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.Jika mencintai Allah itu seperti pintu, maka mencintaimu adalah kebodohan yang disengaja. Aku terlalu berharap tentang perjalanan hidupku, aku kira semudah itu melewati kenyataan dunia, namun ternyata tidak. Ada beberapa hal yang tidak bisa kutemukan di lain waktu. Kegagalan, kekecewaan, kesedihan, itu semua tidak bisa lepas dari dunia seorang remaja yang akan menginjak fase dewasa.
Pernah mengejar, namun tak terkejar. Karena aku sadar, semua yang aku lakukan bukan lillahita'ala, namun hanya mengharap kebahagiaan fana yang pada dasarnya tidak akan pernah bertahan lama. Iya, aku tau itu. Begitu banyak kesalahan yang pernah aku lakukan dulu, tapi bagiku, kesalahan adalah sebuah motivasi dan semangat untuk berprogres menjadi pribadi yang lebih baik.
Perlahan, semua yang kulakukan akan aku kembalikan lagi kepada Allah, kuserahkan takdir terbaik menurutnya, karena yang terbaik menurut Allah pasti terbaik menurut kita. Termasuk dalam perihal jodoh. Sempat gagal dalam membangun hubungan, membuat rasa trauma hadir untuk mengenal seorang lelaki. Namun lagi-lagi, Allah berikan laki-laki yang bisa menghapus trauma dalam diriku.
"Jadi, gimana Kanaya? Kamu mau 'kan sama keponakan Tante?" tanya Tante Dewi.
"Saya ikut bagaimana baiknya saja."
"Kesimpulannya, Kanaya menerima lamaran dari nak Azzam. Benar begitu?" Seisi ruangan menyorotku penuh tanda tanya, dua detik setelah itu aku mengangguk kecil.
Iya, Muhammad Azzam Baihaqi, laki-laki yang beberapa bulan lalu hadir dalam hidupku saat ini telah resmi melamarku. Ada banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari kisah hidupnya, termasuk caranya membuat banyak orang bahagia. Kak Azzam dulunya tinggal di Pekanbaru namun karena sebuah kecelakaan, orang tua kak Azzam meninggal dunia. Akhirnya kak Azzam dirawat oleh tantenya yaitu Tante Dewi, Tante Dewi sudah menganggap kak Azzam sebagai anaknya sama halnya dengan kak Nisa. Tante Dewi lah yang sudah membiayai pendidikan kak Azzam hingga kak Azzam lulus SMA, setelah lulus kak Azzam mencoba daftar kuliah di Mesir jalur beasiswa dan dia diterima. Setelah wisuda, kak Azzam membangun usaha restoran dengan kak Nisa, hingga restoran itu sudah mempunyai beberapa cabang di Indonesia. Melihat ketangguhannya membuatku yakin, bahwa dia bisa menjadi imam yang bertanggung jawab. Dan satu lagi alasan kenapa aku menerimanya, kak Azzam adalah laki-laki yang tidak diragukan ilmu agamanya. Lalu, apa lagi yang harus aku pertimbangkan? Cinta? Bukankah cinta bisa hadir ketika sudah terbiasa?
Kak Azzam, izinkan aku belajar mencintaimu, sama halnya dengan cintaku pada penciptamu.
-o0o-
Aku mengerutkan kening ketika mobilku tidak ada di garasi, aku kembali mengecek motor matic yang biasanya aku gunakan untuk pergi kuliah, namun sama saja, motorku tidak ada di garasi. Sebal sekali, di saat situasi mendesak malah tidak ada kendaraan yang nganggur. Biasanya saja ketika tidak digunakan mobil dan motorku anteng di garasi.
Hari ini aku ada janji dengan salah satu dosen untuk mengumpulkan beberapa tugas yang belum sempat aku kumpulkan karena sakit. Dosenku itu memintaku untuk datang ke sebuah cafe jam sembilan tepat, sedangkan ini sudah pukul delapan lebih seperempat. Oh astaga, bisa telat kalau begini ceritanya.
Sambil berdecak sebal, aku mengambil ponselku berniat memesan ojek online. Tapi sudah sepuluh menit memesan, para Abang ojek malah meng-cancel pesanku, menyebalkan bukan?
Aku terkejut ketika handphoneku berdering, segera aku melihat siapa yang menelponku.
"Kak Azzam?" lirihku merasa heran. Tumben sekali kak Azzam menelpon, tidak biasanya dia seperti ini kecuali ada yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]
Spiritual[Ar-Rasyid Family1] [PROSES REVISI] Tentang harapan yang kutaruh pada manusia, kemudian Allah jatuhkan hingga aku lupa, sebaik-baiknya tempat berharap hanya kepada-Nya. *** "Apa kamu mau menjalani hidup bersama saya?" Tanya Gus Aqmal serius. Aku me...