{15} Pdkt

1.4K 166 65
                                    


-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.

Aku memasuki sebuah Restoran, NiRa's Resto namanya. Sebuah restoran out door yang menyajikan pemandangan jalanan kota Surabaya, Restoran ini termasuk dalam beberapa jajaran tempat nongkrong anak muda. Walaupun tidak seperti cafe yang menyajikan berbagai macam kopi, tapi restoran ini membual hal beda dengan menyediakan beberapa makanan lawas yang disulap menjadi jajanan hits anak muda.

Ketika memasuki Restoran, aku sudah disuguhkan dengan pemandangan yang sangat menyebalkan. Bang Yusuf sudah duduk anteng di salah satu kursi sambil memainkan ponselnya. Ditambah pakaiannya yang terbilang cukup santai membuatku yakin, jika dia ke sini bukan untuk mencari makan siang, tapi untuk menikmati waktu weekend.

"Eh, Nay, tumben keluar rumah?" Tiba-tiba suara lembut Kak Nisa mengalihkan atensiku. Aku tertawa kikuk dan segera menyalami tangannya.

"Iya, nih, Kak. Lagi libur kuliah, pengen main ke rosto kakak. Eh malah gak sengaja lihat bang Yusuf, mau samperin jadinya."

"Ya udah, sana samperin, kakakmu juga baru sampai."

Ketika hendak meninggalkanku, aku segera mencekal tangan kak Nisa, hingga dia sedikit kaget.

"Kenapa, Nay?"

"Mau ikut kakak aja," ucapku sambil menyengir tanpa dosa.

Akhirnya aku mengikuti kak Nisa menuju salah satu meja yang letaknya berada di depan meja kasir. Kak Nisa memanggil karyawannya, memesan beberapa makanan untuk kami, setelah itu, dia mulai fokus lagi ke arahku.

"Jadi gimana kuliahnya?"

"Gitu deh, kak. Masih Maba jadi ya enak-enak aja."

Dia tertawa. "terus gimana hati, udah sembuh?"

"Maksudnya?"

"Semoga cepat sembuh, hati kamu juga punya hak untuk mencintai orang baru."

Aku diam di tempat, aku rasa kak Nisa sudah tau tentang kejadian itu. Jiwa keibuannya berhasil menenangkanku, menjadikan semangat baru untuk terus menjalani hidup. Tidak menyesal Bang Yusuf akan menikah dengan Kak Nisa. Kak Nisa orang yang baik.

"Iya, udah sembuh pelan-pelan. Tinggal cari orang baru yang belum kelihatan hilalnya." Aku tertawa di akhir kalimat. Lalu disambut tawa kak Nisa juga.

"Udah ada banyak loh, sebenernya Nay. Tapi kamunya belum bisa buka hati. Salah satunya temennya kakakmu."

"Hah?"

"Dasar gak peka."

Yang benar saja, di sini aku seperti orang linglung yang gak tau apa-apa.

"Mencintai seorang Gus itu sulit. Dan dicintai Gus itu hal rumit. Jika mencintai Gus, sama halnya sedang mencintai kekasih Allah.  Dan dicintai Gus, maka sama halnya kita tengah menjaga nama baik kekasih Allah. Satu kesalahan fatal bukan hanya berdampak pada salah satu pihak, tapi juga berdampak pada keluarga ndalem dan pesantren."

***

Setelah puas berbincang dengan Kak Nisa, aku memutuskan untuk menghampiri Bang Yusuf. Ketika aku duduk di kursi depannya, ternyata dia sedang menerima telpon. Entah dari rekan kerjanya atau teman sepantarannya. Yang aku dengar, mereka akan bertemu di Restoran ini. Sambil menunggu, aku melahap beberapa santapan ringan yang ada di meja.

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang