{16} Bertemu

1.3K 158 57
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.


Jalanan kota Surabaya masih terasa sepi, beberapa toko-toko di pinggir jalan belum juga menampakkan tanda-tanda akan buka. Ini diakibatkan hujan deras yang melanda dari malam hingga subuh tadi. Jadilah udara di sekitar sangat dingin, mungkin beberapa orang memilih untuk tetap berbaring dan menyelimuti tubuh mereka dibandingkan beraktivitas di luar.

Motorku berhenti di depan toko buku besar yang masih sepi akan pengunjung. Segara saja aku masuk ke dalam, di luar begitu dingin.

Ketika aku masuk, seorang pekerja perempuan menyapaku dengan senyuman khasnya. "Tumben pagi-pagi udah sampai, Kan?"

Aku tergelak kecil. "tugas makalahku dikumpulkan besok pagi, apa boleh buat harus cari referensi."

"Oh, kalau gitu silahkan dicari bahan referensinya. Enjoy ya."

Aku mengacungkan ibu jariku, lalu segera menelusuri beberapa rak yang menyediakan buku khusus mahasiswa. Begitu asik memilih, hingga aku tak sadar bahwa sadari tadi ada orang yang juga sama memilih buku di belakangku.

Ketika aku berbalik arah, tubuhku menabrak punggung tegapnya membuat buku-buku yang dia bawa jatuh ke lantai. "Eh, maaf maaf. Aduh, saya gak lihat kalau ada masnya di situ." Aku berjongkok membantu mengambil buku-buku yang jatuh karena insiden tadi.

"Hm."

Tanganku berhenti mengambil buku, suara itu. Perlahan aku mendongakkan kepala, melihat siapa yang tadi aku tabrak.

"Gus?"

Laki-laki berkaus hitam, celana hitam dan topi hitam itu menunduk. Ia melepas topinya, dan nampaklah rambut yang acak-acakan.

"Kanaya? Ini benar kamu?" tanyanya lirih.

"Iya, Gus. Njenengan ada apa datang ke Surabaya? Lalu Adila mana?"

"Kenapa saya harus membawa Adila?"

"Bukannya Adila istri njenengan?"

"Bukan. Dia bukan istri saya."

Aku terkejut. "Kenapa bisa?"

"Karena bukan jodoh."

Oke, Nay. Jangan lupakan saat ini kamu sedang bertanya dengan siapa. Kamu akan tetap kalah berdebat dengan Gusmu. Ingat itu.

"Ya, maksudnya kalian cerai?"

"Saya belum pernah menikahi perempuan mana pun."

"Loh? Adila?"

Gus Aqmal menghela napas panjang. "Dia bukan istri saya, bukan mantan istri saya, saya tidak pernah menikah dengan dia, saya belum pernah menikah dengan siapapun. Kamu paham?"

Sebentar, jadi pernikahan itu, "batal?"

"Iya, batal. Ada beberapa alasan yang membuat saya dan dia membatalkan pernikahan. Yang pertama, dia mencintai laki-laki lain, yang ke dua, saya mencintai perempuan lain dan yang ke tiga kami tidak mau egois."

"Lalu?"

"Apanya?"

"Pernikahannya?"

"Apa kamu mau saya nikahi?"

"Hah?"

-o0o-

Pertemuan di toko buku pagi tadi, membawaku bertemu dengan Abah kyai dan Umi Fauziyah. Gus Aqmal memaksaku untuk pergi ke apartemen yang ditempati oleh Abah dan Umi. Awalnya aku menolak dengan halus ajakan beliau, tapi melihat kesungguhannya aku jadi tidak tega. Akhirnya aku manut saja. Toh untuk sambang ke kyai dan Bu nyai.

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang