{6} kode

1.8K 215 56
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Apa yang kalian pikirkan tentang cinta? Apakah sesuatu yang bisa membawa kebahagiaan? Ataukah sebuah rasa ingin memiliki? Atau mungkin, rasa yang menciptakan luka?

Pertanyaan-pertanyaan seputar cinta itu, berhasil membuat benak Gus Aqmal berdenyut. Antara gejolak rasa ingin memiliki dan takut menyakiti. Dua opsi yang harus dipikirkan matang-matang. Ketika cinta disimpan dalam-dalam, maka rasa cemas akan keterlambatan terus membayangi pikiran. Namun, ketika mengungkapkan, maka harus berani bertanggung jawab.

Ting!

Ummiku
Mas, bisa minta tolong nggak? Jemput Kanaya Aulia Najma santri kelas 12 Fathimah dan Adila Putri Sofiana di depan mall Semarang city? Mereka habis lomba matematika. Abah sedang ada di Jakarta.

Aqmal
Iya, Mi

Gus Aqmal menutup ponselnya, dia berjalan cepat menuju ndalem untuk mengambil kunci mobil.

Tiba-tiba kepalanya berdenyut, memikirkan sesuatu yang masih menjadi wacana. Apa ini saatnya? Ini terlalu cepat, tapi jika terlambat?

"Astaghfirullahhal'adziim, apa yang hamba pikirkan ya Allah," gumam Gus Aqmal sembari meraup wajahnya.

Laki-laki 22 tahun itu mengambil kunci mobil dari atas rak yang berisi jajaran kitab-kitab milik Abahnya. Setelah mengambil kunci, Gus Aqmal bergegas ke mall yang Umminya maksud.

Dalam perjalanan, lantunan shalawat menemani laki-laki itu. Membuat suasana mobil terasa sejuk. Al-Qur'an merupakan obat, penyejuk dan petunjuk. Barang siapa dekat dengan Al-Qur'an maka dia dekat dengan Allah.

Sudah dua Minggu Gus Aqmal kembali memijakkan kakinya di pesantren. Tempat di mana dia lahir dan menuntut ilmu hingga lulus Madrasah Ibtidaiyah. Setelah lulus, dia melanjutkan menuntut ilmu di salah satu Pondok Pesantren ternama di Jawa timur. Tidak hanya sampai di situ, setelah lulus Madrasah Tsanawiyah, dia belajar lagi ke Pondok Pesantren yang berbeda.

Menurutnya, menuntut ilmu di pesantren yang berbeda dari sebelumnya sangatlah menyenangkan. Menambah pengalaman juga wawasan tentang kearifan Islam. Tak ayal banyak putra putri kyai yang menuntut ilmu di pesantren-pesantren yang berbeda setiap jenjang pendidikan.

Gus Aqmal memarkirkan mobilnya di tempat parkir mobil. Sebelum masuk ke dalam, Gus Aqmal melirik jam terlebih dahulu. Sudah pukul dua siang, batinnya.

Beberapa kali dia memutari seisi mall, tapi tidak menemukan tempat olimpiade matematika. Hingga Gus Aqmal bertanya pada salah satu penjual toko di dalam mall.

Betapa terkejutnya dia, ketika mendengar acara telah selesai dua jam lalu. Lantas, kemana Kanaya dan Adila pergi?

Laki-laki itu mengitari mall yang masih tetap ramai, tidak ada tanda-tanda kehadiran kedua gadis itu. Terhitung sudah satu jam lebih Gus Aqmal keliling mall. Hingga suara adzan ashar dari Handphonenya membuat Gus Aqmal berhenti melangkah.

Gus Aqmal memutuskan untuk shalat terlebih dahulu, sambil terus mengawasi sekeliling mencari Kanaya dan Adila.

"Gadis itu benar-benar," ujar Gus Aqmal setelah keluar dari Musholla.

Dia duduk di serambi untuk beristirahat sejenak. Hingga iris matanya terpaku pada satu objek.

Kanaya.

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang