{3} Kunjungan

2.3K 239 94
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.
Aqmal POV

Ini sudah Minggu ke dua aku berada di Pondok Pesantren Nurul Huda, setelah sekian lama aku menetap di pusat kota Semarang. Aku bekerja sebagai seorang Dosen di salah satu Universitas Negri di Kota Semarang.

Sudah satu tahun aku tidak pulang ke kampung halaman. Sudah sangat lama setelah aku lulus di salah satu universitas legendaris yang ada di Mesir beberapa bulan yang lalu. Akhirnya, aku memilih kembali ke tanah air dan tinggal di Pesantren ini selama beberapa waktu ke depan.

Kini, kududukkan tubuhku di sebuah sofa ruang tamu. Aku lupa, sejak menjaga gadis itu, aku belum makan. Dari awal bertemu, dia sudah berhasil menjelajahi pikiranku, bahkan aku sendiripun tidak tau, apa aku tertarik padanya?

Aku termenung membayangkan peristiwa-peristiwa yang menimpaku, peristiwa yang membuatku bertemu dengan gadis songong itu. Tidak aku sadari, aku berhasil menerbitkan seulas senyum yang beberapa bulan ini lenyap akibat peristiwa 'itu'

Aku terus terbayang dengan mata lentik nan bening gadis itu. Beberapa saat aku memikirkan hal demikian, membuatku tersadar, bahwa aku telah melakukan zina. Iya, zina hati!

Kupejamkan mataku sesaat. Kuhirup aroma yang kurasakan ada di dekatku. Aku sangat mengenali wangi ini. Tiba-tiba, aku merasa sofa yang ku duduki sedikit bergoyang. Pelan-pelan, aku membuka kedua mataku.

Aku menatap sosok yang sekarang ada di hadapanku. Aku menyalami punggung tangannya lembut. Tak lupa sedikit memberi senyuman padanya.

"Ada apa to, le? Gelisah terus?" Tanya Ummi Fauziyahibuku.

Aku hanya tersenyum sembari menggeleng pelan.

Tangan yang sedikit keriput itu mengelus lembut ujung kepalaku. Aku merasa nyaman dengan sentuhan sosok yang sudah melahirkanku itu. Sosok yang sangat hebat, sudah membesarkanku hingga sebesar ini

"Apa ada yang kamu pikirkan?" Ummi kembali bertanya dengan nada yang lebih lembut.

Aku memegang tangan kanannya yang sekarang mengelus rambutku. Kuangkat tangan itu hingga berada di depan bibirku. Kucium tangan itu beberapa kali, hingga ummi sendiri yang melepaskan genggamannya.

Ummi tersenyum teduh di hadapanku, "Apa kamu sedang ada masalah nak?"

Helaan napas menjadi jawabanku.

Hening, selama beberapa saat aku tidak memulai pembicaraan dengan ummi. Aku hanya sedang bimbang tentang perasaanku sendiri, apakah aku benar-benar jatuh cinta, atau hanya obsesi semata?

"Ummi, Aqmal sedang memikirkan sesuatu."

Ummi menyergitkan keningnya. "Memikirkan apa?"

"Perempuan."

Ucapanku sukses membuat Ummi menganga tak percaya, semenjak kejadian 'itu' aku sama sekali belum mengenalkan perempuan kepada ummi dan keluargaku, aku begitu kalut hingga tidak tertarik dengan apa yang namanya cinta. Tapi sekarang, gadis itu mengusik ketenanganku.

"Putra Ummi sedang jatuh cinta, ya?" Bukannya marah, kini Ummi terang-terangan menggodaku.

"Tidak tahu."

"Jangan kaku-kaku, nak. Mana mau cewek sama kamu?"

"Bagaimana, mi?"

Ummi mengangkat satu alisnya bingung. "Bagaimana apanya?"

"Aqmal."

Ummi mengelus kepalaku, beliau menampakkan senyuman indahnya.

"Ikat dia, nak. Tidak baik terus memikirkan apa yang haram kamu pikirkan. Jangan menumpuk dosa, dengan memikirkan wanita yang belum halal bagimu. Kenalkan kepada Ummi, ya?" Perintah Ummi dengan seulas senyum yang terus menghiasi bibirnya.

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang