{27} Pertemuan

1K 107 68
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.

Kanaya POV

Pagi ini, suasana begitu sejuk, burung-burung berkicau merdu, tumbuhan yang masih basah bergoyang diterpa angin. Langit masih sedikit gelap, matahari masih bersembunyi. Pagi ini, aku keluar untuk joging. Dengan menggunakan rok hitam dan kaus di atas lutut warna senada, aku mengitari kompleks pondok putri yang lumayan luas. Banyak santriwati yang ikut serta bersamaku, adapula yang masih sibuk menyapu kamar, halaman dan aula. Ada juga yang masih duduk termenung di gazebo. Semua terasa tentram di sini.

Cukup lama berlari kecil, hingga aku memutuskan untuk menepi sebentar. Mengibaskan tangan beberapa kali, serta memijat kaki yang agak terasa pegal. Lima menit berlalu, aku segera bangkit dari dudukku, hari ini aku ada kuliah jam pagi, tidak boleh terlambat. Jika terlambat, siap-siap saja akan mendengar ceramah dadakan yang disampaikan oleh Gus Aqmal.

Baru saja aku membuka kenop pintu, aku sudah disuguhkan pemandangan Gus Aqmal yang tengah mengobrak-abrik isi lemari. Tangannya terus memilah tumpukan baju yang sudah tersusun di sana.

Aku berdecak kesal, mengapa Gus Aqmal ini hobi sekali merusak kerapian isi lemari?

"Gus, njenengan madosi nopo?"

*Gus, kamu cari apa

Gus Aqmal menggaruk kepalanya sambil meringis. "Baju putih yang biasa saya pakai ke kampus mana ya, Nay?"

"Kan kemarin sudah njenengan pakai, Gus."

"Loh? Iya?"

Aku menepuk jidatku. "Iya lho Gus, apa njenengan lupa? Kemarin yang nyuruh saya nyetrika siapa? Hm?"

"Iya, ya sudah ganti baju yang abu-abu saja. Ternyata saya hari ini ada jam pagi."

"Nggih, nanti saya siapkan. Gus mau sarapan dulu? Atau mandi?"

"Saya mau langsung mandi nanti sarapan di luar sama kamu," jawabnya sangat enteng. Aku melongo, bukannya ada jam pagi?

"Memang waktuku cukup? Kan Gus ada kelas pagi." Gus Aqmal mengangguk.

"Cukup," ujarnya sebelum dia berlalu ke kamar mandi sambil membawa handuknya.

Setelah Gus Aqmal keluar dari kamar mandi, kini giliranku untuk mandi, niatnya Gus Aqmal akan mengantarku juga karena jam kami yang sama. Oleh karena itu, aku harus segera bersiap supaya Gus Aqmal tidak menunggu lama.

Kapan lagi coba diantar suami rasa dosen?

-o0o-

"Nambah gak, Nay?"

"Hah?"

Gus Aqmal menarik mangkuk bubur ayamku hingga berada di depannya.

"Saya masih laper, makan punyamu aja." Dengan santainya, Gus Aqmal melahap bubur ayam yang seharusnya menjadi milikku.

Karena aku tidak terima akhirnya aku merebut bubur ayam itu. "Ih, Gus kalau mau nambah pesen lagi sana. Jangan makan punya saya. Saya belum kenyang!"

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang