6

633 104 7
                                    

Setelah kejadian 3 hari yang lalu ketika sasuke membuat naruto pingsan, naruto belum terlihat kembali. Itu setidaknya membuat hinata agak tenang dan merasa sangat berhutang budi pada sasuke.

"Sasuke-kun, ku pikir aku sudah lebih baik."

Sasuke yang sedang duduk membaca buku tak jauh dari hinata tidak merespon perkataan hinata. Ia mendengarnya hanya saja tidak menggubris.

Hinata tahu sasuke mendengarnya namun sengaja mendiamkannya, ia jadi agak sedikit kesal akan itu.

"Biarkan aku melakukan sesuatu untukmu sensei." Ucap hinata lagi, ia agak bosan dengan makanan yang sasuke siapkan, makanan anjuran dokter itu tidak enak.

Selama ia berada di klinik ini, memang sasuke-lah orang yang mengurus keperluannya dari A-Z, hinata jarang melihat ino masuk ke kamarnya mungkin itupun saat sasuke benar-benar sibuk.

Ino sering mengajaknya mengobrol maupun membicarakan sasuke.

Hinata jadi ingat...

"Sasuke sensei itu adalah orang dingin lho~ tapi untuk hinata-san adalah satu-satunya pengecualian!!" Ino berdehem, berkedip padanya. "Apakah itu berartiii~hmmm~~~"

Hinata menutup wajahnya malu, apa-apaan itu?! Ia sangat tidak sopan!
Sasuke hanya terlalu baik, ia melakukan semua ini karena sasuke kasihan padanya. Benar! Tidak ada perasaan pribadi apapun yang terlibat!

Hinata kesal.

Mengapa ia menjadi...begitu kurang ajar. Harusnya berterima kasih bukannya malah memikirkan yang tidak-tidak, apalagi menyangkut sasuke.

"Ada apa??" Tanya sasuke, suara beratnya mengalihkan fantasi gila hinata.

Hinata bahkan tidak sadar bahwa sasuke sudah sedekat ini dengannya. Pipinya semakin memanas, ia bahkan merasa gerah.

"Keringatmu banyak sekali..." sasuke menghela nafas. "Jangan banyak pikiran hinata, nanti kau kembali sakit. Kau itu baru saja sembuh, sebaiknya memikirkan sesuatu yang menyenangkan, atau... kau ingin sesuatu?"

Hinata menggeleng cepat, ah dia tidak mau apapun kok! Hanya saja! Ia agak merasa tidak nyaman dengan omongan ino dan keberadaan sasuke, ia malu sekali melihat sasuke.

"A-aku... kapan boleh pulang?" Tanya hinata mengalihkan pembicaraan sasuke. Duh! Memalukan sekali.

Sasuke berdecak.

"Sudah merasa dapat menghadapi naruto?"

Hinata terdiam.

Ia menggeleng pelan.

Helaan nafas sasuke terdengar, ia menepuk kepala hinata pelan.

"Hinata... kau harus berbicara pada orang tuamu."

Hinata ingin, tapi... ayahnya... apa yang akan dikatakan ayahnya. Ia pasti tidak percaya pada apa yang akan hinata katakan, naruto dikenal orang-orang sebagai sosok yang ramah dan sangat peduli terhadap orang lain.

Dan citra sosok yang baik itu harus ternodai gara-gara omongan istrinya yang mengakui bahwa suaminya berselingkuh?

Hinata bahkan tidak menemukan bukti akan perselingkuhan itu!

Tidak hanya selingkuh, naruto juga melakukan kekerasan terhadap istrinya. Harusnya itu sangat cukup!

Tapi...

Ayahnya mungkin tidak akan peduli.

"Sasuke... aku tidak tahu harus apa...." bisik hinata, ia benar-benar merasa bahwa... mengadu pada ayahnya pun akan percuma.

"Jika kau menjelaskan masalahmu padaku, hinata aku janji akan membantumu menyelesaikannya." Sasuke mengambil tangan hinata, mengenggamnya sangat erat, pandangan matanya yang tegas itu menggoyahkan hinata.

Apa...menceritakannya pada sasuke adalah hal yang tepat?

Tapi..

Hinata mulai membuka mulutnya.

.....

"Ino, jika sasuke sensei mencariku bilang padanya aku izin untuk mencari makanan sebentar." Kata sakura pada ino, ino mengangguk malas.

"Jangan lama-lama!!! Nitip yak hehehe."

Sakura menjulurkan lidah, cukup menjadi sebuah ungkapan penolakan.

"Pagi sakura" sapa tetangga mereka ramah, sakura mengangguk dengan senyum lebar.

Ia adalah seorang gadis dengan reputasi yang sangat bagus. Benar. Ia terkenal di sepanjang daerah ini, ia tahu bahwa ia cantik.

Orang-orang mengaguminya karena ia cantik, pandai dan kuat. Citranya benar-benar sempurna.

Namun tidak dengan kisah cintanya... dan rahasianya.

Sakura menoleh kanan dan kiri sebelum memasuki gang tak jauh dari klinik mereka, pergi ke tempat terpencil itu hanya untuk menelpon seseorang.

"Jemput istrimu." Geram sakura.

Ia benar-benar muak melihat sasuke yang berkunjung setiap ia punya waktu luang ke kamar jalang itu.

Dan apa?

Sakura satu-satunya yang di larang masuk ke sana. Sasuke berbicara padanya secara pribadi untuk menyampaikan itu.

Sakura muak!

Memang apa bagusnya sosok wanita malang yang menyedihkan itu?

Ia bahkan di bodoh-bodohi suaminya!

"Kau lupa apa yang terjadi 3 hari yang lalu?"

"Aku tidak peduli!!! Pokoknya jemput dia!!! Dia istrimu! Lakukan sesuatu!!!"" Sakura hampir menjerit melampiaskan kekesalannya yang tiada tara.

Menjengkelkan, benar-benar menjengkelkan.

Cara sasuke peduli pada hinata benar benar membuatnya marah besar. Jika saja ia dapat melakukan sesuatu atau bahkan mengancam wanita itu.

"Baiklah, baiklah, aku akan bicara pada sasuke, sayang."

"Aku tidak akan menemuimu lagi jika kau tak berhasil membawa hinata pergi!." Sakura tersenyum pada dirinya sendiri. "Dan jika kau tak berhasil, aku akan melakuka sesuatu padanya."


...

Tbc

TWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang