Derap langkah menyebar di dalam hutan, pasukan kamp militer berusaha mencari asal usul suara tembakan yang terdengar. Di hari perdamaian seperti ini, suara tembakan mungkin bisa saja menjadi pengkhianatan perjanjian oleh kubu musuh yang diam-diam menyerang wilayah mereka.Meskipun sepertinya kekhawatiran itu percuma karena bukan hal tersebut yang terjadi...
Sasuke memisahkan diri dari kelompok tentara, sepertinya ia kurang lebih tahu asal usul suara tersebut. Agar tidak mencurigakan, ia membawa dua orang bersamanya sebagai saksi mata. Ia mungkin merencanakan sesuatu yang jahat, namun ia tidak menyangka pistol itu benar-benar akan digunakan.
Ia kira mungkin itu akan berguna sebagai alat untuk pembelaan diri mengingat sifat Naruto yang cenderung tidak menahan diri terhadap wanita. Akan tetapi, bukankah berlebihan dengan menggunakan pistol dengan kondisi dan situasi yang tidak mengguntungkan keduanya.
Sasuke bukannya peduli.
Tapi akan lebih baik jika kedua orang itu, demi kepentingan keduanya, bekerja sama dengan Naruto mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, si bodoh itu tetaplah pecundang licik yang akan menghalalkan segala cara. Sasuke menghela nafas sembari menyunggingkan senyum, Naruto si bodoh itu tak pernah mengecewakannya.
"Sasuke-san disana!!" Teriak salah satu tentara, ia menunjuk ke tepian sungai dengan arus yang deras.
Sasuke mendecih dan segera berlari mendekat, "Shion! Naruto!!!" Teriak Sasuke berusaha mengalahkan suara arus sungai yang deras.
Entah karena keduanya tidak mendengarkan teriakan Sasuke atau situasi mereka yang membuat keduanya tertegun memandangi satu sama lain, yang pasti Shion masih memegang pistol dengan tangan yang bergetar setelah pelurunya tampak mengenai dada Naruto.
"...sialan..." Naruto melihat ke arah dadanya dengan wajah yang mengerang kesakitan sementara itu tangannya memegang dengan hati hati lukanya dengan darah yang mengucur deras. Naruto tersedak oleh darahnya sendirinya yang menerobos keluar dari mulutnya.
Shion menatap Naruto disaat bersamaan dengan takut, meskipun telah membulatkan tekadnya karena amarah dan rasa kecewa. Namun ketika melihat manusia yang bercucuran darah dihadapannya ia tak kuasa menahan air mata dan rasa gemetar di hadapan kematian.
Meskipun demikian, hal tersebut tidak menahan Naruto untuk berusaha menyerang Shion dan merebut pistol di tangan gadis itu. Shion melawan sebisanya ketika Naruto menjambaknya dengan sisa tenaga yang lelaki itu punya, alhasil mereka berdua dalam pergelutan dimana Naruto tampaknya sangat berambisi untuk merebut pistol tersebut dan menghabisi nyawa Shion.
Yang gadis kecil itu miliki saat ini hanyalah insting bertahan hidup dan keberanian, ia yakin tubuh Naruto tidak mungkin bertahan lama, ia hanya perlu melawan dan melawan tanpa henti untuk menyelamatkan dirinya. Karena Shion yakin, jika pistol itu jatuh di tangan Naruto ia akan dibunuh dengan bengis oleh lelaki tersebut.
"Tolonggggg!!!! Teriak Shion histeris.
Ia dapat mendengar derap langkah kaki dan suara Sasuke yang memanggilnya mendekat. Menyadari hal tersebut bukannya Naruto menyerah dan melepaskannya ia makin jadi menyerang Shion hingga ia mencekik leher gadis yang pernah menghangatkan ranjangnya tersebut dengan sisa tenaga yang ia punya.
Shion ketakutan.
Sasuke mungkin tidak akan sempat menolongnya, gadis itu tak punya pilihan lain selain melawan habis-habisan. Ia menendang Naruto dengan sisa tenaga yang ia punya, dan ketika Naruto terjengkal ia mengambil ranting kayu terbesar yang bisa ia raih dan memukul kepala Naruto dengan keras berkali kali hingga lelaki itu terhuyung-huyung setengah sadar. Dengan amarahnya yang membuncah, Shion mendorong Naruto ke sungai.

KAMU SEDANG MEMBACA
TWO
Historia CortaNaruto adalah suaminya,seorang jendral perang yang meninggal dalam perperangan, setelah menjanda akhirnya ia menikah lagi, namun tiba-tiba naruto menghampirinya?!