16

283 43 8
                                    

Setelah mendapatkan bogem mentah dari perkelahiannya dengan sasuke, naruto menyeret shion pergi dari kamp militernya dengan wajah tertunduk dan perasaan yang sangat buruk. Sial pikirnya, ia terus mengumpat karena lengah dan masuk perangkap sasuke begitu mudahnya. Siapa yang menyangka sasuke akan mempermalukannya didepan petinggi dan rekan kerjanya?

Bagaimana karirnya setelah ini?

Dan bagaimana jika para jurnalis sialan itu mempublikasikan malam yang sial ini dikoran berita esok hari?!

Pikiran naruto berkecambuk, tidak ada yang lebih buruk dari ini, semua sudah berakhir pikirnya. Karirnya yang ia banggakan... citranya sebagai seorang anak yatim piatu yang sukses.. dan... bagaimana ia akan menghadapi Hiashi Hyuga?!

Oh tuhan... dirinya benar-benar akan mati!

"Naruto-san" Shion menghempaskan tangannya yang ditarik oleh naruto sejak melarikan diri 10 menit yang lalu dengan kasar. Nafasnya terengah-engah, entah berapa kali ia memanggil naruto tapi lelaki itu sama sekali tidak mendengarnya.

Bahkan tak peduli dengan penampilannya yang berantakan dan berurai air mata. Shion merasa kakinya lemas... selain baru saja diseret naruto berlari, rasa malu dan shocknya membuat ia benar benar ingin mengubur dirinya hidup hidup.

"Hiks... apakah benar? Kau telah memiliki istri?" Shion duduk terkulai, memandangi wajah naruto dengan cahaya bulan yang remang-remang dipinggir sungai.

Naruto tidak menjawabnya, yang menjawabnya hanyalah aliran sungai yang deras disertai kelap kelip bintang di langit yang gelap.

"Mengapa kau memperlakukan aku seperti ini?!" Kemurkaan shion datang begitu saja dengan diamnya naruto, ia merasa dikhianati padahal ia begitu mencintai naruto dengan setulus hati. "Kau adalah cinta pertamaku..."

Naruto menggeram, tersenyum sinis pada kepolosan Shion. "Kau gila?! Selama ini kau kira aku menyetubuhimu karena aku mencintaimu?!"

PLAK

Tamparan itu terasa begitu pedas baginya, meskipun yatim piatu dan hidup dengan belas kasih penduduk desa, Shion tidak pernah merasakan dipermalukan dan disakiti seperti saat ini. Ia mengusap pipinya dengan pikiran yang tak karuan, tapi yang membuatnya bahkan paling sakit adalah kata-kata dari mulut naruto.

Jadi selama ini... naruto hanya mempermainkan kepolosannya?

"Gadis bodoh! Biadap! Kebodohanmu baru saja menenggelamkan karirku dasar sialaan!" Terbawa emosi yang menggebu-gebu dan terbayang kejadian dimana sasuke dengan bangganya mengumumkan perselingkuhannya serta menyatakan diri akan menikahi Hinata membuat ia tak bisa lagi mengendalikan diri.

Tubuh mungil Shion yang malang ditendangnya dengan sekuat tenaga, melampiaskan kemurkaannya terhadap kebodohan dirinya sendiri. Kakinya terus saja menghantam perut gadis mungil itu hingga ia menjerit kesakitan dan memohon ampun kepada lelaki yang jauh lebih kuat darinya.

Percuma saja melawan... Naruto benar-benar kehilangan akal. Kepada Hinata pun ia berani bermain tangan, apalagi seorang gadis yatim piatu yang berasal dari desa?

"Jika aku membunuhmu sekarang pun tidak akan ada yang peduli padamu jalang!" Teriak Naruto, masih dengan menggebu-gebu menghajar Shion yang mati-matian melindungi dirinya sendiri.

Shion menangis tersedu-sedu sembari menahan sakit yang luar biasa, ia tak menyangka, senyuman lelaki yang ia anggap rumah... kini menjadi seringai iblis tanpa ampun yang menghajarnya.

Sebenarnya... salah apa yang ia lakukan hingga ia pantas diperlakukan seperti ini? Bukankah Naruto-lah yang salah? Lelaki itu jelas-jelas mendekatinya terlebih dahulu. Memaksanya untuk berhubungan tubuh, dan menjanjikannya kata-kata manis bahwa ia akan bertanggung jawab dan membawanya ke kota sebagai istri.

Shion sakit hati, takut, sekaligus putus asa... mengapa Naruto begitu membencinya padahal semua ini adalah kesalahannya sendiri!

Shion hanya ingin dicintai... dan merasakan untuk memiliki...sebuah keluarga.

Dengan suara yang lirih, dan mata yang berkaca-kaca ia bertanya pada Naruto, "apa kau... pernah sekali saja mencintaiku?"

Naruto tersenyum mengejek, menjambak rambut Shion dan meludahi wajah gadis lugu itu. "Kau itu hanya mainan tolol! Dasar jalang bodoh! Bahkan pelacur lebih berharga daripada kau!"

Ahh...

Shion tersenyum kecut, jika begitu... maka ia tidak akan ragu lagi...

Didalam kesunyian malam itu, ketika langit sama gelapnya dengan perasaan Shion. Suara tembakan yang nyaring sampai ke kamp militer. Orang-orang saling berpandangan dengan firasat buruk, bergegas mereka semua pergi ke arah tersebut dengan cemas.

Kecuali sang otak dari permainan ini.

....

Beberapa saat sebelumnya

Shion tersenyum lembut sembari menyerahkan kamera yang ia pinjam dari sasuke beberapa hari yang lalu.

"Kau yakin?" Tanya sasuke, ia tersenyum ramah pada Shion namun entah mengapa senyumnya terasa hambar bagi Shion.

"Meskipun ini mungkin mempermalukanku..." Shion menggigit bibirnya. "Tapi dengan ini Naruto-kun tidak akan dapat mengelak lagi kan?"

Sasuke tersenyum makin lebar, meskipun wajahnya sungguh mempesona, namun Shion tidak nyaman setiap kali melihat Sasuke tersenyum seperti itu.

"Shion.. kau gadis yang sangat pemberani, aku yakin kau akan mendapatkan Naruto selamanya."

Shion terkekeh, "justru aku paling berterima kasih pada mu Sasuke-san, ketika aku bertanya pada mu tentang kemungkinan Naruto-kun memiliki gadis yang menyukainya. Aku tau aku harus berbuat ekstrim seperti ini, dan kau dengan murah hati menyarankan ide ini."

Sasuke mengangguk-angguk, "lebih tepatnya meminjam kamera atas idemu Shion." Tekan Sasuke, sebisa mungkin ia tidak ingin menjadi tokoh utama dalam rencana busuknya. Menjadi mindmaster saja cukup baginya. Sasuke memandang sekeliling rumah Shion yang lusuh. "Bisakah kau mengambilkan ku air?"

"Ah! Dimana kesopananku?!" Shion berlari kecil ke dapur segera mengambil segelas air putih untuk tamunya.

Dengan celah seperti itulah, Sasuke menyelipkan pistol punya Naruto menggunakan sarung tangan di dekat sofa Shion. Ia tersenyum kecil, sedikit merasa kasihan pada gadis lugu ini. Semua yang sasuke rencanakan sejauh ini berjalan dengan baik. Dan malam ini... adalah hasil penentuannya, hasilnya mungkin menjadi dua.

"Ini airmu." Shion menyerahkan segelas air untuk Sasuke dengan ceria.

Sasuke tersenyum, meneguk airnya lalu melirik pistol yang ia selipkan di sofa Shion berpura-pura tak pernah melihat pistol itu sebelumnya.

"Shion senjata api itu..." Sasuke menunjuk jarinya seolah ia begitu lugu dan tak pernah menempatkan pistol itu dari awal disana.

Shion tampak kebingungan sembari memegang pistol itu dengan hati-hati. Apakah ia begitu ceroboh hingga tidak menyadari kehadiran pistol itu disana?

"Ahh aku mengenal pistol ini!" Sasuke memperhatikan pistol ditangan Shion, "mungkin dia tidak sengaja menjatuhkan ditempatmu tadi."

"Lalu aku harus bagaimana???"

"Begini saja..." Sasuke kembali tersenyum lebar, "kau bawa saja ke acara malam ini dan serahkan pada Naruto nanti, jika kau memerlukan pistol ini kau harus menarik pelatuknya terlebih dahulu sebelum membidik." Sasuke menunjukkan keberadaan pelatuk pada pistol yang dipegang Shion.

"Sasuke-kun kenapa kau mengajariku cara menembak". Shion tertawa berpikir Sasuke begitu konyol. Pada saat itu, Sasuke tidak menjawabnya. Ia hanya berdiri tersenyum, meletakkan gelas yang ia pegang di meja dan mengangkat topinya sedikit lalu pergi dari rumah Shion.

Saat itu, Shion mungkin tidak tahu apa-apa kecuali semua yang telah terjadi hingga saat ini adalah rencana Sasuke.

TWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang