Hinata mengerjab beberapa kali sebelun terbiasa dengan cahaya di ruangan. Lenguhan malas lolos dari celah bibirnya.
"...aku...dimana..." lirihnya, ia memijit kepalanya sendiri kala rasa pening membuat kepalanya terasa tak nyaman.
Begitu ia mendapatkan serpihan ingatannya kembali mengenai pertengkarannya dengan naruto, hinata menggigit bibir.
Padahal ia hanya ingin hidup damai... ingin jauh dari masalah...sekarang... apa yang harus ia lakukan...
Jika bisa ia bahkan tak ingin kembali ke rumah. Karena ia tahu! Sifat naruto yang keras kepala itu, naruto hanya akan... menunggunya untuk memberinya pelajaran.
Semuanya telah hancur...
"Jika saja...aku diam..."
"Hinata." Panggil sasuke.
Hinata terkejut, tidak menyadari kehadiran sasuke. Ia berusaha tersenyum, menampilkan aura cerianya agar sasuke melupakan bahwa ia tidak baik-baik saja.
Sasuke duduk di sisi ranjangnya, menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Namun... mata hitam yang indah itu membuatnya tenggelam dalam kedamaian. Begitu tenang... sunyi... seakan-akan... tidak akan ada masalah lagi...
"Apa kau merasa sakit? Atau ada yang perlu dikeluhkan?" Tanya sasuke memecah keheningan yang nyaman diantara mereka.
"..." hinata gelisah, meskipun ia sangat ingin berbicara pada seseorang. Dan meskipun ia merasa nyaman bersama sasuke, sebagai seorang wanita dewasa yang telah menikah rasanya tidak wajar membeberkan masalah miliknya pada orang luar.
Meskipun ia ingin sasuke mengetahuinya....
"Hinata...aku tak tahu apa yang sedang terjadi pada kalian..." sasuke menatap hinata, cahaya matanya sedikit meredup. "Aku akan bicara pada naruto."
Hinata tidak menyahut. Tapi entah bagaimana... air matanya menetes. Ia tidak tahu...benar benar tidak tahu bagaimana ia akan bertahan. Ia takut pada naruto! Pernikahan ini tak lagi sehat!!!
Hinata ingin bercerai! Ia sudah muak dengan segala hal yang terjadi pada pernikahan ini! Sejak awal... ia tidak menikahi siapapun... ia sendirian, ia sendiri yang melakukan pernikahan itu. Sejak awal... naruto memang tidak pernah ada.
"Sasuke... aku-"
"HINATA!!"
Wajah hinata berubah menjadi horor. Ia sangat mengenali suara ini, 3 tahun hidup bersamanya tidak akan mengkhianati kepekaan hinata terhadap dirinya.
Hinata tidak sadar dengan apa yang dilakukannya, ia mengenggam jemari sasuke dengan erat. Alam bawah sadarnya melakukan itu meminta pertolongan.
Sasuke merasakan kuatnya genggaman hinata, dan merasakan rasa takut dan keputuasaan itu. Sasuke rasa hinata tak lagi dapat menyelamatkan dirinya, ia telah diujung tanduk. Dan sepertinya... memang benar-benar tidak ada lagi orang yang akan menyelamatkannya kecuali dirinya.
Sasuke membalas genggaman tangan hinata,
"Aku akan menjagamu." Janji sasuke,
Saat itu, bersamaan dengan kata-kata sasuke. Entah hidup di imajinasinya atau inikah kenyataan, cahaya yang lembut menyinari sekitar mereka. Hangat...dan sangat nyaman....
Inikah...perasaan yang seharusnya ia rasakan ketika bersama naruto...?
Nyaman sekali... rasanya... ia tidak takut akan apa-apa lagi.
.....
"Sakura... lelaki itu mengerikan..." ino meremat baju sakura, ia merasa sangat terganggu dengan kehadiran pria tak dikenal berteriak dengan lantang di depan klinik. "Ugh sasuke-sensei belum juga keluar..." risaunya, ia terus-terusan melirik pintu ruang pribadi sasuke. Berharap sasuke akan mengatasi ini.
"Jangan takut. Lelaki itu suaminya hinata." Jelas sakura, sakura menyingkirkan ino menjauh darinya. "Kita tinggal mempertemukan mereka dan masalah selesai!"
Ino tampak tidak yakin, jika lelaki itu adalah suami hinata, maka mungkin sebaiknya untuk tidak dulu mempertemukan mereka.
Menurut ino saat ini suami hinata itu sedang tidak terkendali, dan akan sangat bahaya menyerahkan hinata dengan kondisi seperti itu.
"Mm... bukankah hinata-san pasiennya sensei? Sensei tahu apa yang terbaik untuk hinata-san, kau jangan bertindak gegabah." Saran ino, karna... sasuke paling tidak suka orang luar ikut campur dalam masalahnya, apalagi pasien yang ditanganinya.
Seorang dokter-lah yang paling mengenali penyakit pasiennya, itu yang selalu sasuke katakan jika ada yang meragukan pelayanan dirinya.
Dan... ino hanya merasa, entah perasaannya saja atau bukan... tapi hinata lebih seperti orang yang sangar dekat dengan sasuke. Sasuke saja memperlakukannya sebaik itu...
"Tidak! Bagaimanapun juga hinata adalah tanggung jawab suaminya! Kita harus menyerahkannya ke suaminya donk!" Tegas sakura.
Ino menghela nafas, kepala batu.
"Baik! Lakukan sesukamu!!! Kalo sasuke-sensei marah itu adalah masalahmu juga!!"
KRIIEET.
pintu ruangan pribadi sasuke terbuka, tepat sekali sesudah bentakan sengit ino.
"Apa yang kalian ributkan ini?" Tanya sasuke datar, biasanya aura orang ini memang berbahaya namun hari ini rasanya berlipat-lipat ganda.
Ino menundukkan kepala, pura-pura bodoh seperti biasanya. Jika ia diam, maka semuanya akan baik-baik saja.
"Sensei! Anda harus mengembalikan pasien hinata pada suaminya!" Seru sakura, ia tidak memperdulikan suasana tegang ini.
Ino hampir menggigit lidahnya sendiri, terkejut akan tindakan ceroboh sakura! Hello??! Bukankah dia sangat paham bahwa sasuke bukan orang yang suka diragukan keputusannya??? Dan satu hal lagi sasuke tak suka diperintah! Sakura harusnya tahu betul! Mereka bekerja bersama sasuke hampir 5 tahun!!! Well...untuk sakura sih...hampir 8 tahun.
"kenapa jadi masalah untukmu?" Tanya sasuke sinis. Ia tidak menunggu jawaban sakura, ia berlalu untuk membuka pintu masuk agar dapat bertemu dengan naruto.
Sakura menggigit bibirnya, kesal karena sama sekali tidak diperdulikan. Selama ini, sama sekali tidak diperdulikan!
"OI TEME!!!" seru naruto ketika ia menjumpai wajah sahabatnya. "Mana hinata?! Aku ingin berbicara dengan wanita itu!!"
Sasuke mendorong tubuh naruto menjauh, dengan tempramental yang sekarang, wajar jika naruto meledak.
"Oi! Apa maksudmu hah?!"
Sasuke tidak menjawab, ia hanya sibuk menggulungkan lengan kamejanya hingga ke siku.
"Kau apakan istrimu naruto?" Tanya sasuke datar. Ia bahkan tidak memandang naruto, sibuk menggulungkan kamejanya.
"apa maksudmu sialan?!" Tindakan dan pertanyaan sasuke semakin membuat amarah naruto meledak-ledak.
"Aku melihat salah satu matanya lebam, sebuah tonjokan? Lengan juga membiru... apa kau menendangnya? Melampiaskan amarahmu?" Sasuke selesai menggulungkan kedua lengan kamejanya, ia mendekat pada naruto, menatap sahabatnya dengan pandangan dingin. "Sampah."
BUAAAGHHHH
Sasuke melayangkan tinjunya, tepat di wajah naruto. Tenaga yang tidak main-main itu berhasil menumbangkan naruto. Sasuke tahu harusnya naruto tidak akan tumbang dengan satu serangan, namun sepertinya ia mabuk.
Pria berambut blonde itu tersungkur, langsung tidak sadarkan diri di laman sasuke.
Sasuke menghela nafas,
Harusnya ia tidak semarah itu.... tapi... wajah hinata terus terbayang-bayang di otaknya. Wajah cantik yang sembab karena air mata... hati sasuke sakit memikirkan itu...
"Ino! Sakura! Hubungi sai dan suruh ia mengantar pria ini pulang!"
"Baik!!"
.....

KAMU SEDANG MEMBACA
TWO
القصة القصيرةNaruto adalah suaminya,seorang jendral perang yang meninggal dalam perperangan, setelah menjanda akhirnya ia menikah lagi, namun tiba-tiba naruto menghampirinya?!