4

690 116 12
                                    

"Apa kau membawa gadis lain kerumah?"

Itu adalah pertanyaan yang dilontarkan hinata saat ini, ia bersandar didinding dengan wajah datar, namun pandangannya diarahkan ke lain, sebenarnya mengalihkan pikirannya yang seumpamah benang kusut.

"A-apa?! Siapa yang bilang begitu?!"

Hinata menghela nafas, ia memainkan ujung rambutnya, jujur saja saat ini sangat tidak ingin berbicara hal seperti ini pada naruto.

Tapi, ia hanya ingin tahu kebenarannya. Dan jika ya, hinata pun tak tahu harus berbuat apa?

"Apapun yang orang-orang katakan padamu, mereka berbohong! Tidak mungkin aku membawa seorang gadis kerumah kita!" Naruto tertawa setelah itu, tawa meremahkan yang menyangkal tuduhan tak langsung dari hinata.

Tapi hinata tidak bodoh, ia tahu apa yang telah terjadi hanya dari jawaban sembrono naruto.

"Minggu yang lalu... rabu hingga sabtu aku habiskan menginap dirumah ayah." Hinata bergumam, berbicara pada dirinya sendiri, namun suaranya terdengar cukup jelas bagi naruto.

"T-tunggu! Apa kau mencurigaiku berselingkuh?!" Naruto beranjak berdiri, mendekati hinata dengan wajah yang berang.

"Aku tak bilang begitu." Hinata tersenyum kecil. "Kau yang bilang."

Naruto memanas, entah mengapa senyum dan gestur tubuh hinata terasa...mengejeknya! Jika saja bukan karena hiashi hyuuga, orang yang berperan penting dalam karirnya. Naruto mana mungkin mau menikahi gadis yang tak pernah ia cintai!!!

"Jangan buat aku bermain tangan!" Ancam naruto, kesabarannya mulai habis, dan dia memang bukan lelaki yang penyabar.

Hinata menatapnya, dengan matanya yang pucat, tidak ada emosi apalagi ketakutan terhadap dirinya. Hanya sebuah pandangan yang tidak berarti.

Naruto berdecak, tangannya yang entah sejak kapan berada diudara tertahankan, jika ia memukul hinata itu sama saja dengan bunuh diri. Tanpa sokongan dari ayah hinata mana mungkin ia dapat menjabat sebagai komandan perang? ia hanyalah seorang anak yatim piatu yang tidak diinginkan orang-orang kecuali gadis bodoh dihadapannya. Ia sangat bersyukur pada hinata, dari antara pria yang mengaguminya, hinata memilihnya!

Naruto menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, jangan, ia tidak boleh mengacaukan karirnya. Saat ini ia sedang berada di puncak, orang-orang menghormatinya, dan tidak ada yang menolaknya. mereka semua menyukainya, karena ia orang yang hebat sekarang!

"jika kau mau bercerai, aku sungguh tidak apa-apa." hinata tersenyum padanya. "aku tidak ingin dibodohi olehmu."

Naruto terbungkam, sejenak ia rasa lidahnya keluh. angan-angan serta mimpinya retak bagaikan cermin yang hancur terkeping-keping. Tidak! ia mengorbankan segalanya demi mencapai puncak tangga ini, ia menyiksa dirinya dengan bahagia bersama wanita yang tak pernah ada di hatinya, tidak mungkin... Ia tidak ingin kembali pada masa itu, ia tidak ingin orang-orang menjadi tidak menghormatinya lagi!

"tutup mulutmu!" bentak naruto, ia mendorong hinata kebelakang hingga hinata membentur dinding.

"AKH!!" hinata kemudia meringgis menahan rasa sakit di punggungnya, benar-benar sakit! Tenaga naruto tidak main-main saat mendorongnya.

"dengarkan aku sialan!" wajah naruto mendekat, hembusan nafasnya bahkan terasa diwajah hinata.

Hinata benar-benar ketakutan sekarang, apa salahnya? jika naruto memang tidak menginginkannya mereka bisa bercerai baik-baik dan naruto bebas berhubungan dengan siapapun dan siapa saja. Ia hanya ingin membantu! dan ia tidak ingin terlihat menyedihkan di mata orang lain.

TWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang