Naruto duduk dengan rokok yang terselip di sela bibirnya, sementara matanya mengarah pada sosok perempuan yang hampir telanjang di ranjangnya.
Naruto menghembuskan asap rokoknya hikmat lalu memutuskan untuk berhenti. Ia merangkak, memeluk partner tidurnya, melampiaskan rasa lelah dan penat sehabis kerja.
"Besok adalah waktunya." Kata sakura, ia mengenggam tangan naruto yang memeluknya.
"Ya..." naruto menyamankan diri menghirup sisa-sisa aroma parfum dari tubuh sakura. "Meskipun kasihan padanya... tapi itulah satu-satunya jalan keluar."
Sakura mengangguk, "harus menyingkirkan hinata."
"Kau bisa menekannya hingga ia frustasi lalu bunuh diri."
Sakura berbalik, tersenyum lebar, "jahatnyaaa...."
"Dengan begitu kau tak perlu mengotori tanganmu sayang~" naruto terkekeh, meskipun begitu, sakura masih dapat melihat secuil rasa tak tega di mata naruto
Tangan sakura membelai pipi naruto, jauh di dalam pikirannya, ia membayangkan naruto yang tidur bersamanya adalah sasuke.
Itulah satu-satunya harapan yang tak terwujud selama ia hidup.
Dan sakura tidak mau membiarkan harapan itu redup dan mati. Hanya sasuke yang pantas bersanding dengannya, hanya sasuke yang mampu membuatnya merasa berdebar-debar. Mana mungkin, membiarkan arti hidupnya tersingkirkan begitu saja?
Sakura akan melawan takdir jika memang diperlukan.
"Selama kau pergi untuk berperang, akan kuusahakan untuk menghancurkannya." Sakura mengepalkan tangannya erat diudara. "Jika tak cukup membuatnya frustasi atau pergi, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri."
Naruto diam, meskipun harus membunuh istrinya, itu tak mengapa. Jika ia dapat mempertahankan pekerjaan ini... dan nama baiknya.
Naruto tak mau kembali ke masa itu... tidak akan.
.....
Sesungguhnya... hinata enggan ikut untuk mengantar kepergian naruto. Namun... tentu tidak boleh seperti itu. Akan semengerikan apa gosip di kalangan mereka jika hinata tidak mengantar kepergian suaminya ikut berperang?
Berperang!
Suatu perjuangan terhormat yang mengantarkan kematian, dan di saat-saat seperti ini seorang istri yang baik tidak menghantarkan suaminya???
Orang-orang pasti akan menyebutnya wanita ular yang hanya mengincar nama baik komandan perang.
Meskipun enggan, dan sangat tidak mau, hinata berdiri dianatara banyaknya orang-orang yang mengantar kepergian orang tercinta mereka ke medan perang.
Sebagian menangis, adapula yang histeris tak rela, mereka berdoa untuk keselamatan orang tercinta. Hinata pun melakukan yang sama, meskipun dengan perasaan yang campur aduk ini.
"Ny. Uzumaki!" Beberapa bawahan naruto yang mengenali hinata menunduk dengan sopan.
Hinata mengangguk dengan senyum manis, beberapa pria itu berlalu dengan ceria. Hinata berharap... mereka semua akan pulang dengan semangat.
Menghela nafas, hinata pun berbalik, ingin berada di barisan terakhir kerumunan para pengantar ini. Ia tidak ingin dilihat oleh siapapun yang ada disini. Wajah datarnya akan membuat orang membaca situasinya, lambat laun mereka akan menyelidiki apa yang terjadi.
Keluarga dengan nama baik selalu mendapat perhatian lebih dalam setiap gerak gerik mereka.
Hinata tak sengaja melihatnya, ia benar-benar menangkap siluet itu dari sudut matanya. Orang yang sangat ia kenal bersama dengan wanita yang ia kenal pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO
Short StoryNaruto adalah suaminya,seorang jendral perang yang meninggal dalam perperangan, setelah menjanda akhirnya ia menikah lagi, namun tiba-tiba naruto menghampirinya?!