>malam dan dingin<

716 121 10
                                    

"Tenang kak. Nanti (Namakamu) bantuin deh buat deket sama Risa. Dia orangnya baik kok."

Raka tersenyum, "Awas Lo boong."

(Namakamu) terkekeh kecil, "Iya (Namakamu) gak akan boong."

Raka mengangguk-anggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil. Cowok itu berdiri lalu menatap (Namakamu).

"Gue mau tidur. Lo gimana?" tanya Raka.

(Namakamu) menatap Raka, "Nggak deh. Kak Raka duluan aja. (Namakamu) masih mau disini."

"Beneran Lo gak apa-apa sendiri?"

(Namakamu) mengangguk. Mencoba meyakinkan kakak kelasnya itu.

"(Namakamu) nggak apa-apa. Lagian ini deket kok sama lokasi tenda. Tuh masih keliatan kan?" ucap (Namakamu) seraya menunjuk beberapa tenda.

Raka mengikuti arah telunjuk gadis itu lalu mengangguk.

"Yaudah gue duluan. Hati-hati."

(Namakamu) mengangguk. Raka berbalik lalu berjalan menuju tenda.

Malam sudah berganti pagi. Namun gadis itu masih berdiam diri di depan api unggun yang mulai meredup itu. Ia menghela nafas, rasanya udara malam benar-benar membuatnya betah berlama-lama disini.

"(Namakamu) ngapain ya?" gumam (Namakamu).

Ia menatap ke sekelilingnya. Seram, tapi (Namakamu) tidak takut. Toh teman-temannya ada di dalam tenda.

(Namakamu) bangkit dari posisi duduknya. Ia menatap sekitar, mencoba mencari hal yang lebih menyenangkan dari sekedar diam di depan api unggun.

Kedua kaki gadis itu melangkah tanpa arah. Matanya menelisik satu persatu pohon tinggi yang berjajar acak di depannya.

(Namakamu) menatap langit kelabu yang begitu cerah. Entah apa yang membuat langit itu tidak terlihat seperti biasanya. (Namakamu) melangkahkan kakinya. Sepertinya tempat itu menarik.

Langkah gadis itu perlahan terhenti menatap siluet seseorang yang kini sedang berdiri menatap hamparan kota. Ia mengerutkan dahinya. Siapa yang datang kesini selain ia dan teman-temannya?

(Namakamu) memeluk tubuhnya sendiri ketika angin begitu menusuk kulit telanjangnya. Gadis itu memutuskan untuk melangkah mendekati siluet seseorang yang berada di ujung bukit itu.

"Kak Iqbaal?"

Mendengar suara gadis, pria itu membalikkan badannya. Menatap datar seseorang yang kini memperhatikannya.

(Namakamu) berjalan semakin dekat lalu berdiri di samping lelaki itu.

"Kak Iqbaal kok belum tidur?" tanya (Namakamu). Ah mengapa rasanya sangat canggung seperti ini?

Iqbaal menatap hamparan kota didepannya, "Belum ngantuk."

(Namakamu) membulatkan bibirnya lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, "Sama (Namakamu) juga."

Iqbaal diam. Tidak merespon ucapan gadis itu. (Namakamu) ikut menatap hamparan kota di depannya. Ia tersenyum manis.

"Pemandangannya bagus ya kak."

"Hm."

"Nyesel (Namakamu) baru lihat sekarang. Kenapa kak Iqbaal gak ajak (Namakamu) daritadi?"

"Hm."

"(Namakamu) suka. Lain kali kita kesini lagi yu kak?!"

"Hm."

(Namakamu) mengatupkan bibirnya ketika menyadari keanehan pria di sampingnya. Ia menolehkan wajahnya ke samping menatap wajah datar Iqbaal.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang