>ayah baru?<

1K 173 8
                                    

(Namakamu) membuka pintu utama rumahnya. Ia berhenti di ambang pintu ketika kedua bola matanya menatap dua orang dewasa tengah bercanda ria di sofa ruang tamu. Ia menghela nafas ketika kedua orang itu menatap ke arahnya dengan tawa yang perlahan memudar.

"Siapa itu?" Tanya seorang lelaki yang seumuran dengan sang mama.

Kanaya tersenyum paksa, "(Namakamu), anak pertama ku."

Pria dewasa itu menganggukkan kepalanya membuat gadis itu menghampirinya kemudian menyalimi tangannya.

"(Namakamu) om."

Nathan—pria dewasa itu terkekeh, "Cantik juga ya kamu."

(Namakamu) memperlihatkan senyuman manisnya, "Makasih om."

Kanaya mengode (Namakamu) agar pergi meninggalkan area ruang tamu, namun gadis itu malah menduduki sofa yang kosong yang terletak di hadapan sang ibunda.

"Kelas berapa kamu?" Tanya Nathan.

"Kelas 10 om," Jawab (Namakamu) sopan.

"Sekolah dimana?"

"SMA Samudra."

Nathan menatap Kanaya seraya terkekeh, "Cantik dan pintar juga ya anak kamu."

Kanaya tersenyum kikuk seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Ya gitu."

Setelahnya Nathan menatap (Namakamu) kembali. Ia mengelus pucuk kepala gadis itu. Gadis itu menatap mata teduh milik pria dewasa itu. Sepertinya ia tak asing dengan wajah pria itu, tapi (Namakamu) tak ingat dirinya pernah melihat wajah pria itu dimana.

(Namakamu) terpaku sesaat ketika hatinya menghangat melihat senyuman tulus pria itu. Jadi, ini rasanya diberi kasih sayang oleh seorang ayah?

"Kok kamu nangis?" Tanya Nathan tanpa melunturkan senyumnya.

(Namakamu) mengerjabkan matanya beberapa kali sehingga air matanya itu tertahan di kelopak matanya, "Nggak kok om."

"Wah jangan-jangan kamu akting ya? Pandai juga ya kamu!!!" Kekeh Nathan.

"Akting apaan om? Disini kan gak ada kamera?" Tanya (Namakamu) polos.

Nathan semakin terkekeh. Lucu sekali anak gadis dari wanita yang ia cintai itu.

"Lucu sekali kamu."

(Namakamu) hanya menampilkan deretan giginya. Tak sengaja kedua matanya membola ke arah Kanaya. Wanita paruh baya itu memainkan kedua matanya. Tentu ia tak mengerti. Apa sang bunda kelilipan?

"Bunda, bunda kenapa? Kok matanya muter-muter? Perih ya? Atau digigit nyamuk? Ah nggak mungkin, nyamuk kan cuman mau ngigit (Namakamu) karena kat—"

"Kamu mandi dulu ya. Malam kita dinner sama Om Nathan," Potong Kanaya.

(Namakamu) mengangguk kemudian berdiri dan berjalan seraya meloncat-loncatkan kakinya menuju kamarnya. Kanaya yang melihat itupun hanya memperlihat deretan giginya menatap Nathan yang berekspresi aneh.

"Mmm maaf Nay."

Kanaya mengangkat kedua alisnya, "Kenapa Mas?"

Nathan menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Anak kamu mengidap penyakit gangguan jiwa?"

Kanaya terdiam seketika. Otaknya berpikir mungkin pria itu merasa aneh dengan sikap anak gadisnya yang kelewat polos. Ia tersenyum kikuk.

"Sedikit," Ucap Kanaya hati-hati.

Dan tanpa keduanya sadari, seorang gadis kini tengah bersembunyi di balik dinding pembatas ruang tamu dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang