"F-fahira Adelia?"
(Namakamu) mengerjabkan kedua matanya. Rasanya nama itu seperti tak asing baginya. Tapi tentu ia tak kenal gadis di hadapannya.
Gadis itu tersenyum, "Iya. Nama gue Fahira Adelia. Lo bisa panggil gue Fara atau Adel."
"Lo tau kan kak Adel? Dia mengalami hal yang buruk dan itu gara-gara Kak Iqbaal!"
"Bahkan Lo tau dia sampe meninggal!"
Adelia. Iya, nama itu adalah nama yang sering Rasya ceritakan kepada dirinya. Pantas saja ia seperti tak asing dengan satu nama itu. Ia menatap gadis di depannya. Apakah benar pemilik nama Fahira Adelia di depannya ini adalah orang yang sama seperti yang diceritakan Rasya?
Tapi sepertinya tidak mungkin. Nama Adelia tidak hanya satu di seluruh penjuru dunia, kan?
"Mmmm kenapa?"
(Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Maaf, tadi—Fara kenapa bisa nemuin (Namakamu) disini?" Ucap (Namakamu) sedikit gugup.
Fara tersenyum, "Loh kan ini jalanan umum. Terus gue liat Lo pake seragam yang sama kayak orang kemarin. Mmm gue mau ajak Lo ngobrol."
(Namakamu) menggaruk kepalanya yang tak gatal. Seketika pria berbadan gempal itu terlintas di otaknya. Dengan sesegera mungkin, kedua kakinya hendak melangkah, namun pergelangan tangannya di tahan oleh gadis berperawakan tinggi itu.
"Tunggu."
"Lo kenal Iq—Iqbaal Dhi apa ya gue lupa."
Otomatis otak (Namakamu) berputar pada lelaki yang kini tengah dekat dengannya. Iqbaal. Lelaki itu. Apa gadis di depannya ini sedang menanyakan kakak kelasnya itu? Tapi bagaimana ia bisa tahu?
"Iqbaal Dhiafakhri?"
Fara menjetrikan jarinya seraya mengangguk, "Iya, dia. Lo kenal?"
Sepengetahuannya nama Iqbaal Dhiafakhri hanya ada satu di SMA Angkasa Samudra. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Anak SMA Angkasa, kan?"
Fara menggaruk kepalanya bingung. Ia tak tahu lelaki bernama Iqbaal itu bersekolah dimana. Yang ia tahu, dirinya selalu dikira pengagum lelaki bernama Iqbaal itu oleh dua orang yang beberapa waktu lalu menjadi narasumbernya dalam rangka menanyakan toilet di pasar malam.
"Gue gak tau. Mmm gue boleh nanya sesuatu?"
(Namakamu) melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya lalu menatap gadis itu kembali. Sepertinya ia masih mempunyai waktu untuk menampung pertanyaan dari gadis yang beberapa menit lalu ia kenal.
"Lo kenal mmm Rasya dan—" Gadis itu terlihat berpikir sebelum ia menjetrikan jarinya, "—Risa!"
Rasya? Risa? Apa kedua orang yang ditanyakan Fara itu adalah teman sekelasnya juga?
"Mereka berdua pakai seragam yang sama kayak Lo."
Ternyata benar. Maksud Fara itu adalah teman sekelasnya.
"Kenal. Kenapa?" Tanya (Namakamu).
"Mmm gimana kalau kita ke cafe aja? Biar enak ngobrolnya. Gue yang bayarin kok."
Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ia harus pergi menemui pria berbadan gempal itu, tapi bagaimana dengan gadis di hadapannya? Menolak saja rasanya tak enak.
"Kenapa? Mm Lo lagi sibuk ya?"
(Namakamu) menghela nafas, "Y-Yaudah deh ayok."
Urusan dengan pria bernama Richard itu biarlah ia menanggung resikonya. Yang terpenting sekarang dirinya bisa membantu gadis di hadapannya. Sesuai yang ibundanya bilang, memberi pertolongan kepada orang itu hal yang harus diutamakan. Dan kata-kata itu melekat pada (Namakamu) sampai detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Geng [Completed]
Fiksi PenggemarNamanya Kak Ikbal. Dia ketua geng coldiest sekaligus ketua band. Orangnya datar banget lebih datar dari ubin lantai. Kata orang dia itu seorang psikopat. Bukan psikopat manusia tapi PSIKOPAT PERASAAN. Serem? Nggak! Karena bagi (Namakamu) Kak Ikbal i...