>gedung tua<

759 104 3
                                    

Sekarang (Namakamu) sedang jalan di trotoar dekat dengan lokasi apartemen Iqbaal. Dia kabur, mumpung Iqbaal lagi mandi di kamar. Iqbaal, lelaki itu membuat jantungnya ingin berpisah dari tubuhnya. Maka dari itu (Namakamu) berniat kabur. Kue yang dibikinnya pun tidak jadi, karena Iqbaal malah menjahili (Namakamu).

"Duh (Namakamu) harus kemana," Gumam (Namakamu).

Ini masih pagi, sekita pukul setengah enam, tapi ia sudah berkeliaran diluar. Matahari pun belum menampakkan sinar seutuhnya.

(Namakamu) menjetrikan jarinya. Ia berjalan menuju suatu tempat. Pakaian yang dipakai (Namakamu) pun masih piyama tidur. Dengan rambut yang dikuncir satu. Tak lupa juga sandal karakter berbulu.

Mana sempat (Namakamu) ganti baju, yang ada ketahuan Iqbaal.

(Namakamu) menatap sebuah tempat dengan berbagai peralatan untuk olahraga. Gym. Sebenarnya (Namakamu) nggak pernah kesini, ini baru pertama kalinya. Siapa tau tempat ini mengasyikkan

"Selamat pagi dek."

(Namakamu) menatap seorang lelaki yang memakai pakaian santai. Sepertinya penjaga gym ini.

"Hallo pak."

"Kamu pelanggan baru ya?"

(Namakamu) sempat berpikir kemudian menggeleng, "Nggak."

Bapak itu menatap tak enak, "Oh maaf saya kira pelanggan baru."

(Namakamu) tersenyum paksa. Ia tidak tau lelaki itu berbicara apa. Yang jelas ia kesini memiliki tujuan. Mencari kesenangan.

"(Namakamu) mau angkat barbel yang 50 kg pak," Ucap (Namakamu) dengan polosnya.

Bapak itu tersentak kaget. Tubuh gadis di depannya sangat kecil. Bagaimana bisa mengangkat barbel 50 kg?

"Aduh jangan dek. Gak akan kuat."

(Namakamu) memegang dagunya, "Kuat (Namakamu) itu. Bapak gak tau sih. (Namakamu) kuat beneran."

Terlihat pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sepertinya gadis yang didepannya ini masih anak SMP.

"Jangan ya dek. Percuma."

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya, "Ih (Namakamu) kuat. Bapak kenapa sih gak bolehin (Namakamu)?"

"Maaf ya dek. Saya gak bisa. Lebih baik adek pulang saja ya."

(Namakamu) menghentakkan kakinya kemudian berjalan ke dalam. Bukannya keluar. Pria penjaga gym itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak bisa mengusir gadis itu, karena pelanggannya.

"(Namakamu) main apa ya?" Gumam gadis itu. Ia melihat beberapa orang tengah berolahraga.

(Namakamu) mendekati sebuah alat untuk olahraga. Setahu (Namakamu), alat ini untuk berlari. Iya, treadmill.

Gadis itu memencet tombol-tombol yang ada di treadmill lalu menaikinya. Ia berlari kesenangan, seperti anak kecil.

Orang-orang menatap gadis itu aneh. Mereka memperhatikan (Namakamu), dan mereka pun mengira bahwa gadis itu masih bocah. Terlihat dari penampilannya juga sikapnya saat ini.

"Biya!"

Biya menatap Bella seraya mengangkat kedua alisnya. Mereka kini tengah berada di tempat gym yang sama dengan (Namakamu).

"Lo tau gak tugas kemarin apa aja?" Tanya Bella. Dia sengaja mengajak Biya berbicara agar gadis itu tak membalikkan badan lalu melihat (Namakamu). Bukannya apa, pasti sahabatnya ini akan ribut dengan gadis itu.

Biya mengerutkan dahinya, "Yaelah Bel, ini masih weekend gak usah mikirin tugas lah."

Bella memperlihatkan deretan giginya, "Ya gapapa. Gue kan cuma nanya."

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang