>sosok yang baru<

691 101 27
                                    

Mengusap wajah sembabnya. Gadis itu menatap pantulan dirinya lewat cermin di depannya. Sudah terhitung berapa kali ia mengusap air matanya yang turun, namun tak urung kedua matanya tak bisa diajak kerja sama.

Sekali lagi, ia menghela nafas dalam dengan kedua mata terpejam. Setelahnya ia mengangkat kedua ujung bibirnya lalu mengepalkan tangannya. Mencoba untuk menguatkan diri sendiri. Karena, siapa lagi yang akan menguatkannya sekarang? Cowok yang biasanya menguatkan dirinya kini bahkan tak akan ingat lagi dengannya.

Kenangan manis waktu lalu, kemarin, akan hilang begitu saja di kehidupan cowok itu.

Tak apa. (Namakamu) pikir, ini cara Tuhan agar Iqbaal tidak merasakan sakit ketika ia akan meninggalkannya nanti. (Namakamu) sangat berterimakasih pada Tuhan, setidaknya Iqbaal tidak akan merasakan sakitnya (Namakamu) saat ini.

Gadis itu membalikkan badannya lalu membuka pintu toilet wanita dengan kepala yang menunduk.

"(Nam)."

Mendongakkan kepalanya. (Namakamu) menatap dua orang yang sudah lama tak menghiasi kedua matanya. Kedua orang itu tersenyum dengan wajah iba nya.

"Gue tau Lo kuat," ucap Risa. Cewek itu merentangkan tangannya membuat (Namakamu) dengan cepat memeluk sahabatnya.

Selemah itu kah (Namakamu), hingga sekarang gadis itu mengeluarkan air matanya lagi di bahu Risa. Bahkan gadis itu sudah bertekad untuk tidak menangis lagi, namun tetap saja isakannya terdengar keras.

Rasya menatap (Namakamu) iba. Ia mengangkat tangannya lalu mengelus pelan punggung gadis itu.

"Lo harus bersyukur (Nam), meskipun dia bakal lupa sama Lo, tapi dia masih bisa nafas," nasehat Rasya.

Risa mengangguk menyetujui ucapan cowok itu. Sedetik kemudian (Namakamu) melepas pelukannya lalu mengelap air matanya sendiri. Hal itu mengingatkannya pada cowok yang kini berbaring lemah di atas brankar. Karena biasanya Iqbaal yang menghapus air matanya. Tapi sekarang?

"Sahabat gue pokoknya kuat banget. Lo hebat!" Risa memegang bahu (Namakamu).

(Namakamu) mencoba tersenyum walaupun yang terlihat hanyalah senyum getirnya, "K-kalian kok tau Kak Iqbaal kecelakaan?"

"Di sekolah udah kesebar berita nyokap Lo sama bokap Kak Iqbaal nikah. Makanya cewek-cewek disana histeris banget, soalnya Lo udah jadi adek Kak Iqbaal. Nggak mungkin lagi jadi pasangannya."

"Ris!" peringat Rasya.

Risa menatap Rasya sekilas lalu menatap (Namakamu) lagi, "Eh sorry (Nam), gue gak bermaksud."

(Namakamu) mengangguk seraya tersenyum, "Nggak apa-apa kok. Emang kenyataannya gitu. Udah lanjut-lanjut."

"Nah dari situ, tiba-tiba isu Kak Iqbaal kecelakaan nyebar di sekolah. Gue coba hubungin Lo, tapi gak bisa. Untungnya si Rasya punya nomor nyokap Lo, katanya waktu itu dia nyolong sih di hp Lo. Akhirnya kita kesini," jelas Risa membuat Rasya memamerkan giginya.

(Namakamu) menghela nafas lalu mengangguk. Ia menatap kedua kakinya sesaat lalu menatap kedua temannya lagi.

"Ayo (Nam), Kak Iqbaal udah sadar," ajak Risa.

(Namakamu) terdiam sesaat, "Udah sadar? Dia ngenalin Lo berdua?"

"Nggak lah. Dia cuman kenal bokap nya aja. Katanya sih amnesia sebagian."

(Namakamu) menganggukkan kepalanya pelan, "Yaudah Lo berdua duluan aja. Gue belum siap ketemu Kak Iqbaal."

Risa menghela nafas, "(Nam), gue disuruh bunda Lo untuk cari lo. Jadi sekarang mending ikut kita, gue yakin Lo pasti kuat."

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang