>demam<

649 102 14
                                    

"Bunda."

"Bunda."

Mendengar suara dengan volume yang cukup keras membuat cowok itu terbangun dari tidurnya. Kedua matanya mengerjab, menatap langit-langit kamar.

"Bunda hiks."

Iqbaal menolehkan wajahnya ke samping, melihat (Namakamu) yang kini menangis dengan kedua mata yang tertutup.

"Bunda...."

Cowok dengan kaos hitam itu bangkit dari posisi tidurnya. Ia memegang kepalanya yang terasa pening.

"Bunda hiks.."

Iqbaal memejamkan matanya sesaat lalu mulai berjalan mendekati kasur miliknya. Tangannya terangkat mengusap kedua mata gadis itu yang terus mengeluarkan cairan bening.

Suhu tubuh gadis itu naik. Mungkin itu yang menyebabkan (Namakamu) menangis seraya bergerak gusar seperti ini.

"(Nam)," panggil Iqbaal.

"Hiks bunda...."

Iqbaal menghela nafas ketika melihat kaos bagian belakang yang dipakai (Namakamu) terlihat basah. Sepertinya gadis itu merebahkan dirinya di kasur bagiannya yang basah. Ini yang Iqbaal takutkan jika gadis itu tetap tidur di kasur bagiannya, gadis itu akan demam seperti ini.

"(Namakamu) mau ketemu bunda hiks," racau (Namakamu).

"(Nam), bangun." Iqbaal menghela nafas ketika gadis itu sama sekali tak terusik dengan pergerakkannya.

"(Namakamu)...."

"Bunda...."

Iqbaal menghapus air mata gadis itu yang tak henti-hentinya turun. Pria itu beranjak menuju dapur, berniat mengambil wadah dengan air hangat dan handuk kecil.

Setelah ia mengisi air hangat ke dalam wadah berukuran sedang, kedua kakinya melangkah menuju kamar miliknya lagi. Matanya menangkap (Namakamu) yang kini semakin bergerak gusar dengan mulut yang terus bergumam nama sang ibunda.

Iqbaal berjalan lalu menyimpan wadah berisi air hangat itu diatas nakas. Cowok itu dengan cepat menyelupkan handuk kecil ke dalam wadah berisi air hangat lalu memerasnya.

"Bunda dimana hiks..."

Dengan telaten, Iqbaal menyimpan handuk kecil itu di dahi (Namakamu). Sesekali tangannya bergerak memegangi kepalanya sendiri ketika terasa ngilu.

"(Nam)," panggil Iqbaal lagi.

"Mau ketemu bunda," racau (Namakamu) lagi.

Iqbaal tidak mengerti, mengapa gadis itu tidak mau membuka kedua matanya. Di satu sisi Iqbaal khawatir karena gadis itu terus menggumamkan nama sang ibunda, tapi di sisi lain ia juga bingung apa yang harus ia lakukan selain mengompres dahi gadis itu agar demamnya turun.

Cklek

Menolehkan wajahnya ke arah pintu. Iqbaal menatap Karel yang kini berjalan ke arahnya dengan pakaian yang terbilang acak-acakan. Iqbaal tentu tahu apa yang terjadi pada Karel. Tidak mungkin seorang sahabat tidak mengetahui kelakuan salah satu sahabatnya di kala sedang kacau.

"(Namakamu) kenapa?" tanya Karel. Emosinya sudah mereda.

Iqbaal menghela nafas, "Demam."

Karel mendekat ke arah (Namakamu) membuat Iqbaal memundurkan langkahnya. Iqbaal juga sadar diri, kalau posisi Karel disini lebih penting daripada dirinya. Karel adalah kekasih dari gadis itu, sedangkan dirinya hanya sebatas kakak dan adek kelas. Begitu bukan?

"(Nam)," ucap Karel seraya mengusap pipi gadis itu.

Entah bagaimana bisa, kedua mata gadis itu terbuka perlahan. Iqbaal yang melihat itu hanya terdiam seraya menyenderkan punggungnya ke dinding.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang