>Kak Kevin?<

1.3K 180 6
                                    

Adiknya terlelap dengan dunia kartun yang ditayangkan di televisi. Dengan kedua mata yang terus menatap Alya, (Namakamu) menggerakkan kakinya yang menggantung di udara. Dirinya kini tengah duduk di sofa ruang tengah.

"Minum dulu."

(Namakamu) menolehkan wajahnya ketika suara berat menyapa indera pendengarannya.

"Makasih kak." Gadis itu meneguk satu kali segelas air putih lalu menyimpannya kembali di atas meja.

"Mana buku setoran."

(Namakamu) menatap pria itu dengan mengerjabkan beberapa kali kedua matanya, "Buku setoran apa? (Namakamu) kan gak punya hutang. Emangnya kak—"

"Stop. Gue Kevin, Lo gak amnesia kan?" Tanya pria itu datar.

(Namkamau) terdiam sejenak kemudian menatap pria itu, "Maaf kak."

Sebelah tangannya mengambil buku setoran berwarna ungu yang tersimpan di dalam tas nya. Setelahnya ia menyodorkannya pada Kevin.

Senyum miringnya terbit. Dengan gerakan santai, Kevin membuka lembaran buku setoran itu kemudian membaca deretan huruf yang kini menghiasi lembar kertas tersebut.

Ia menolehkan wajahnya pada (Namakamu) setelah selesai membaca aksara gadis itu, "Sudah sampai batas. Lo yakin dengan pilihan Lo yang terakhir?"

(Namakamu) menghela nafas kemudian mengangguk, "(Nam) yakin. (Namakamu) pasti bisa."

"Lo sekarang sekolah di SMA Samudra kan?"

(Namakamu) mengangguk.

Kevin menolehkan wajahnya pada buku setoran tersebut. Ia tersenyum sinis menatap nama di nomor terakhir yang gadis itu pilih.

Gadis bodoh.

>>><<<

"Bunda!!!"

Kanaya dengan rasa paniknya menghampiri anak pertamanya yang kini berteriak kencang di depan pintu utama. Wanita paruh baya itu membuka kenop pintu kemudian membulatkan kedua matanya.

"Alya?!"

Dengan gerakan cepat, Kanaya menggendong anak keduanya menuju kamar. Tentunya diikuti oleh (Namakamu) yang kini menahan sakit yang menjalar pula di kakinya.

Kanaya mengambil obat merah beserta kapas lalu ia oleskan pada luka sang anak yang berada di siku lengannya.

"Aww bunda sakit," Ringis Alya.

(Namakamu) duduk di tepi ranjang seraya menatap Alya, "Adek tahan ya."

Kanaya membuang kapas bekas ke dalam tong sampah kecil yang berada di kamar Alya. Wanita paruh baya itu menatap (Namakamu) setelah memastikan Alya sudah terlelap. Memang secepat itu untuk seorang Alya pergi ke alam mimpinya.

"Adek kenapa?" Tanya Kanaya dengan tatapan seolah minta penjelasan.

"Maafin (Namakamu) Bun. Tadi adek jatuh gara-gara (Namakamu)."

Kanaya melirik anak bungsunya kemudian menghela nafas. Ia menatap (Namakamu) yang kini menunduk, takut jika sang ibunda memarahinya.

"Bunda sayang sama (Namakamu)."

Gadis itu mendongakkan kepalanya dengan cepat. Jika sang ibunda telah berkata seperti itu, berarti wanita itu telah memaafkan kesalahan yang telah ia perbuat. Senyuman manisnya terbit, membuat kedua matanya menyipit.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang