>adik menyebalkan<

585 121 38
                                    

"Om Ibal adek suka yang ini!!"

"Om Ibal suka yang mana? Ini lucu ya Om Ibal!!"

(Namakamu) menghentikan langkahnya ketika kedua matanya menangkap seseorang yang tidak asing baginya sedang berbicara dengan sang adik. Kedua kakinya melemas diiringi kedua mata yang berkaca-kaca. Rasa sakit itu kini hadir kembali, setelah mati-matian (Namakamu) kubur sejak tadi sore.

"Kak Iqbaal," gumam (Namakamu) pelan.

Iqbaal mendongakkan kepalanya menatap seorang gadis yang kini berdiri beberapa meter di hadapannya. Meskipun gadis itu bergumam pelan, tapi tetap saja suaranya terdengar.

"Om Ibal kenapa melamun? Om Ib-"

"Kak (Namakamu)!!" Alya berlari menghampiri (Namakamu) lalu menarik lengan sang kakak.

"Kakak, adek ketemu Om Ibal. Om Ibal baik banget telus juga ganteng," ucap Alya menatap Iqbaal yang kini terdiam dengan wajah dinginnya.

Iya, Alya kenal Iqbaal sejak pria itu menginap di rumah (Namakamu) waktu lalu. Dan keduanya pun sangat akrab sejak pertemuan pertama itu. Ingat kan?

(Namakamu) menatap Iqbaal lalu sedetik kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya. Ia menghela nafas, mencoba menetralkan rasa sesak di dadanya.

"Kakak, adek mau yang ini biar samaan sama Om Ibal."

(Namakamu) mengabaikan ucapan sang adik. Gadis itu sibuk menahan air matanya yang kini memberontak turun. Ah bahkan mungkin jika sekali saja ia mengedipkan matanya, maka air matanya akan terjun bebas mengenai pipinya.

"Kakak! Kok kakak gak dengel adek ngomong?!!" kesal Alya.

(Namakamu) menolehkan wajahnya menatap Alya lalu ia mengangkat kedua ujung bibirnya.

"Oh adek mau yang itu? Yaudah ayok bayar," ucap (Namakamu) seraya tersenyum. Lebih tepatnya memaksa untuk tersenyum.

Alya berdecak, "Kakak! Masa Om Ibal nya gak diajakin!!"

(Namakamu) menghela nafas seraya menatap gadis kecil di hadapannya, "Adek udah kan beli susu kotaknya? Ayo bayar."

Alya mengedikkan bahunya seraya mengerucutkan bibirnya. Gadis kecil itu memeluk leher Iqbaal. Kebetulan pria itu sedang berjongkok.

"Adek, ayo bayar nanti bunda nunggu lama," ucap (Namakamu) menghindari tatapan Iqbaal.

Alya menggeleng lalu menatap Iqbaal, "Om Ibal, adek mau sama om. Om nginap lagi ya di lumah."

(Namakamu) membulatkan kedua matanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Kalau begini, sungguh ia menyesal mengajak sang adik pergi ke supermarket.

"Adek. Pulang cepet!" perintah (Namakamu) dengan intonasi yang tinggi.

Alya menatap Iqbaal, mencari pembelaan. Pria itu menatap Alya lalu sedikit mengangkat kedua ujung bibirnya.

"Pokoknya adek mau sama Om Ibal. Kalau Om Ibal gak mau nginep di lumah, adek yang nginep di lumah nya Om Ibal," ucap Alya keras kepala.

(Namakamu) mendengus kasar, "Pulang! Kakak gak suka dibantah!"

Alya mengerucutkan bibirnya dengan kedua mata berkaca-kaca. Sedetik kemudian gadis kecil itu sudah menangis seraya memeluk Iqbaal.

(Namakamu) benar-benar kesal kepada sang adik. Jika saja hubungannya dengan Iqbaal masih seperti waktu lalu, mungkin ia tak akan melarang Alya. Tapi sekarang sudah berbeda. Bahkan pria itu memang ingin menyakitinya. Mungkin dengan keluarganya.

Iqbaal menggendong Alya lalu menatap gadis itu dingin. (Namakamu) mengalihkan pandangannya. Mencoba untuk menghindari tatapan dingin Iqbaal. Perasannya benar-benar campur aduk. Diantara sakit hati karena Iqbaal dan kesal karena kelakuan sang adik.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang