>rebutan sup<

613 101 26
                                    

Cklek

"Heh Lo berdua mau sampe kapan berantem? Sampe Upin Ipin tumbuh rambut?!" tanya Raka seraya berjalan memasuki kamar Iqbaal diikuti Arkan dan Kevin.

(Namakamu) menatap Raka dengan nampan berisi dua mangkuk sup. Berbeda dengan Iqbaal yang kini terlihat cuek.

"Tapi kan Upin Ipin udah tumbuh rambut njir, kemarin episode terbarunya!" Arkan memegang dagunya, mengingat kejadian dimana ia tak sengaja melihat iklan kartun Upin Ipin tumbuh rambut.

"Mimpi bego, gue ketipu. Dikira tumbuh rambut beneran, tau-taunya mimpi. Gak asik anjir," sahut Kevin. Pria itu mendudukkan bokongnya di sofa dekat pintu.

"Ya lagian kalau tumbuh beneran kan serem," balas Arkan.

"Sssst, Lo berdua diem gak?! Ngomong tuh yang berfaedah dikit lah!" ketus Raka.

"Lah kan Lo duluan yang bahas Upin Ipin!" jawab Arkan dan Kevin bersamaan.

Raka tidak berniat merespon ucapan kedua temannya itu. Pria itu meletakkan dua mangkuk sup diatas nakas yang berada di samping kasur.

"Siapa yang masak?" tanya (Namakamu) dengan suara seraknya. Ternyata berdebat dengan Iqbaal membuat pasokan suaranya terkuras.

Raka melirik (Namakamu) sekilas lalu duduk bersama Arkan dan Kevin di sofa yang terletak di ujung kamar dekat pintu.

"Gak tau gue. Nemu di dapur," ucap Raka mengedikkan bahunya.

"Pacar Lo yang masak. Punggung yang kena pukulan, tapi otak Lo yang amnesia," sarkas Iqbaal.

(Namakamu) melirik pria yang berbaring di sampingnya. Ah keduanya dipisahkan oleh bantal dan guling, tentu saja karena keduanya tidak mau berdekatan.

"Gak usah bacot Lo. Gue gak nanya Lo," balas (Namakamu).

Iqbaal melirik (Namakamu) sinis, "Lo yang bacot."

(Namakamu) memelototkan matanya menatap Iqbaal. Kini gadis itu membalikan badannya menghadap Iqbaal sepenuhnya.

"Lo ih! Kak Iqbaal kok gak mau ngaku sih?!" kesal (Namakamu).

Iqbaal bersidekap dada seraya menatap langit-langit kamar, "Ngapain ngaku kalau gak salah."

"Masih gak nyadar juga? Bodo!" ucap (Namakamu) seraya membalikkan badannya ke arah langit-langit kamar kembali.

"Kayaknya tuh anak dua berantem terus, kalau gini kapan sembuhnya. Bisa-bisa stress anjir," bisik Raka kepada kedua temannya.

Kevin dan Arkan tidak berniat merespon bahan gibah yang diucapkan Raka. Lebih baik mereka diam, menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Ck! Ngeselin Lo berdua!" ketus Raka karena merasa diabaikan oleh Arkan dan Kevin.

"Kak Raka, Kak Karel kemana?" tanya (Namakamu) membuat Raka menegakkan badannya menatap gadis itu.

"Loh gue yang seharusnya tanya sama Lo, sebenarnya ada kejadian apa sih? Biasanya si Karel ngilang gini kalau dia lagi bener-bener marah," jelas Raka.

Otak (Namakamu) mencerna perkataan dari Raka. Ia jadi merasa bersalah terhadap pria itu.

"Terus sekarang Kak Karel dimana?" tanya (Namakamu) lagi.

Raka berdecak, "Mana gue tau. Gue datang aja nggak ada Karel."

(Namakamu) menghela nafas. Apa ia harus menghubungi pria itu? Tapi, dimana ponselnya sekarang? Ah terakhir ia menyimpannya di ransel sekolahnya. Dan ransel sekolahnya itu Karel yang membawa.

"Makan dulu Lo berdua," perintah Arkan.

(Namakamu) mengerjabkan matanya. Tangannya terangkat hendak mengambil satu mangkuk sup namun keduluan oleh tangan Iqbaal.

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang