>pacaran?<

675 111 24
                                    

Cklek

"Adek tunggu dilual ya Om Ib-"

"OM IBALL ADA KAKAK (NAMAKAMU)!!!"

(Namakamu) terkejut menatap Alya yang kini berteriak masuk ke dalam apartemen lagi. Gadis itu tidak tahu harus bagaimana lagi, rasanya ia belum siap bertemu Iqbaal lagi setelah keduanya bertemu di supermarket.

"Om Ibal ayok cepetan ada Kakak (Namakamu) mau ajak Om Ibal jalan-jalan!!!"

Jantung (Namakamu) kini berdegup dengan kencang. Adiknya memang sangat menyebalkan. Padahal dirinya hanya akan menjemput Alya saja bukan ingin mengajak jalan-jalan apalagi bersama Iqbaal. Ah itu hal yang tidak mungkin untuk saat ini. Mungkin untuk selamanya juga.

"Om Ibal ayo!!"

Terdengar suara derap langkah menuju pintu apartemen. Tanpa berpikir panjang, (Namakamu) berlari lalu bersembunyi di balik dinding tembok apartemen lain. Ia menatap Iqbaal yang kini berdiri di depan pintu dengan Alya.

"Mana?"

"Ada kok bental tungguin ya."

2 menit.

5 menit.

7 menit.

10 menit.

"Mana?"

"Tadi ada kok Kakak (Namakamu), adek nggak bohong Om Ibal," ucap Alya seraya menatap Iqbaal.

"Gak ada," ucap Iqbaal datar.

"Ada om! Kakak (Namakamu) kesini mau jalan-jalan sama Om Ibal!" ucap Alya sedikit kesal.

"Jangan belajar bohong kamu!" ucap Iqbaal dengan nada meninggi.

Alya menatap Iqbaal dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Pria itu sepertinya sedang emosi terhadap gadis kecil itu. Terlihat dari ekspresi wajahnya.

"Adek nggak bohong Om. Om kenapa jadi galak? Adek takut," ucap Alya pelan seraya menunduk.

"Saya capek ngurusin kamu! Bisa gak kamu gak ngerepotin saya seperti kakak kamu itu?!"

(Namakamu) menatap interaksi keduanya dari balik dinding. Jadi seperti ini perilaku Iqbaal terhadap adiknya?

Mengapa pria itu berlaku kasar terhadap anak kecil? Bukankah dulu sebelum kejadian pahit itu terjadi, Iqbaal sangat lembut pada sang adik?

Ah (Namakamu) hampir lupa. Iqbaal hanya berpura-pura kan selama ini?

"Maaf Om Ibal. Ad-"

"Pergi kamu!"

(Namakamu) memelototkan matanya menatap adiknya yang menangis karena perlakuan Iqbaal. Dengan cepat ia berjalan menghampiri Alya lalu menatap Iqbaal.

"Kalau Kak Iqbaal benci sama (Namakamu), seharusnya Kak Iqbaal nggak lampiasin ke anak kecil!" ucap (Namakamu) seraya menatap Iqbaal sekilas lalu berjongkok memeluk sang adik.

Iqbaal menatap (Namakamu) dingin, "Bawa bocah ingusan itu."

"Parasit."

Brakk

Iqbaal menutup pintu apartemennya keras membuat (Namakamu) sedikit terkejut.

(Namakamu) menatap Alya yang kini menangis. Ia mengelus punggungnya, mencoba menenangkan sang adik.

"Lain kali ikutin kata-kata kakak. Jangan main sama Kak Iqbaal. Kak Iqbaal itu jahat, enggak baik," ucap (Namakamu).

Alya menggeleng, "Om Ibal nggak jahat kakak. Tadi adek yang bikin kesel Om Ibal."

Ketua Geng [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang