Bel pulang sekolah berdering nyaring. Seluruh murid Mipa 3 berbondong-bondong keluar kelas, lain hal dengan yang mempunyai jadwal piket. Seperti Kayra, Savina, Zahra, Farez, dan Devano. Sedangkan sang kebersihan kelas malah pulang duluan.
Sedangkan Damian akan menunggu teman sekelompok kimia-nya di parkiran agar tidak jenuh. Jika di parkiran, ia akan ditemani oleh teman-teman tongkrongannya.
"Nyapu nyapu nyapu syalalala~" suara Savina terdengar, ia paling berisik disini.
Iyalah, empat temannya hanya diam membisu sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Kayra dan Zahra sedang menyapu, Devano dan Farez mengangkat bangku ke atas meja, sedangkan Savina sendiri juga menyapu, namun mulutnya tidak berhenti celoteh.
"Syalalalaa sepi." mata Savina melirik teman-temannya yang tampak acuh. Yang terakhir ia melirik Devano yang lebih banyak diam, tidak meladeni dirinya.
"Eh lama banget nyapunya." cibir Savina pada Kayra yang sedang menyapu sangat pelan penuh hati-hati.
"Biar kebawa sampahnya lah." balas Kayra. Ia menyapu sampah sampai masuk kedalam serokan.
"Ngobrol mulu, cepetan woi." ujar Devano yang sudah selesai dengan kegiatannya.
Farez duduk diatas meja guru sambil memperhatikan ruang kelasnya yang sudah rapih dan bersih. Matanya beralih pada tiga gadis yang masih menyapu didepan pintu.
"Satu aja yang nyapu, biar gak sempit-sempitan." kata Farez, membuat Savina dan Kayra mundur dan menyimpan sapu yang semula mereka pakai dipojok kelas.
"Udah kan? Ayo, tinggalin Zahra sendirian aja." ajak Devano mengabaikan Zahra yang sudah mendelik.
"Jangan lah, harus solid kita tuh. Iyakan pak ketu?" ujar Kayra, ikut duduk diatas meja guru bersebelahan dengan Farez.
Savina berdiri disebrang meja guru, menatap kedua sejoli itu malas. "Hilih hilih nempel teros." cibirnya.
Farez dan Kayra kompak menoleh. "Apa?" sebelah alis Farez terangkat.
"Nggak."
"Ayo ah lama." ajak Devano sekali lagi.
"Tungguin. Kita keluar bareng-bareng." sahut Farez memperhatikan Zahra yang sedang menyimpan sapu dipojok kelas.
"Ambigu anjir." gumam Savina pelan.
Devano tidak menyahut lagi. Pemuda itu membuang sampah yang semula berada diserokan, kemudian menyimpan serokan di dekat pintu, dalam kelas.
"Udah semua kan?" tanya Kayra menyapu pandangan pada ruang kelas.
"Udah, ayo turun." Farez menarik kedua tangan Kayra lembut guna membantu gadis itu turun dari meja, si empunya hanya tersenyum tipis.
"Makasih."
Farez mengangguk samar.
Mereka berdua berjalan beriringan keluar kelas, meninggalkan Savina yang masih terdiam di depan meja guru.
Gadis itu baru tersadar ketika Devano menutup pintu kelas dengan membanting.
"IH KOK GUE DITINGGAL?!" ia berlari, membuka pintu kelas kasar.
"Hehe.." keluarlah cecengiran Savina ketika dirinya tau sedang diperhatikan oleh Farez, Kayra, Devano dan Zahra.
"Kesetanan ni orang, tadi bengong sekarang cengengesan." Devano menoyor dahi Savina.
"Ish, apasih lo!" gadis itu menepis kasar tangan Devano.
"Ayo udah, ngapain diem disini." kini Farez angkat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAREZ [Completed]
Teen Fiction[ SEQUEL ARRANGED MARRIAGE ] bisa dibaca terpisah Dua remaja yang dipertemukan atas organisasi kelas 12 Mipa 3. Sang ketua kelas dan si sekretaris kelas. Saling bersama membuat mereka merasakan apa itu cinta. Namun siapa sangka, salah satu dari me...