02 || Alfarezi Pramuditha

3.6K 323 48
                                    

Melakukan banyak hal dengan sendirian, sudah hal yang biasa bagi pemuda bernama Alfarezi Pramuditha. Hidup tanpa keluarga, itulah Farez.

Tinggal didalam kontrakan yang nyaman ditempati, Farez sudah bersyukur kepada Tuhan. Mempunyai pekerjaan yang layak dan bekerja ditempat wanita berkarir sekaligus sangat berhati malaikat, membuat Farez amat sangat bersyukur.

Farez pernah menempati kontrakan dekat dengan sekolahnya, tapi yang terjadi malah dirinya diusir karena menunggak bayaran perbulannya.

Untung saja ada orang yang berbaik hati membantu Farez untuk mencarikan kontrakan nyaman. Kontrakan yang dekat dengan sebuah cluster didalam komplek, hanya bedanya Farez memasuki gang dan tidak termasuk dalam lingkungan komplek tersebut.

Iya, kontrakan yang Farez tempati sekarang dan semoga selamanya.

Walaupun hanya bekerja setengah hari, ah tidak- jam setengah tiga sore sampai jam sepuluh malam, Farez mendapat upah yang lumayan besar. Itu yang membuat Farez betah bekerja ditempat itu.

Libur sekolah, ketika teman-temannya pergi berlibur, Farez malah menghabiskan waktunya bekerja disebuah restoran yang sudah dirinya bilang barusan jika tempatnya betah-able.

Tidak sia-sia Farez bekerja fulltime dihari libur itu. Ia mendapat gaji yang lumayan besar. Sekitar tiga juta, lumayan kan?

Karena pelayan resto hanya bekerja beberapa orang, sisanya memilih untuk izin berlibur. Dan, Farez yang paling rajin bekerja, jadi bos nya memberi upah besar.

Berolahraga mengelilingi komplek bersama sepeda yang didapati dari sekolah karena sudah memenangkan lomba cerdas cermat, Farez menghirup udara segar.

Masih jam enam, langit masih sedikit gelap. Komplek masih sepi, sudah biasa bagi Farez. Dirinya malah senang jika sepi seperti ini.

Farez terus berkeliling, sampai akhirnya komplek pun ramai. Ia pulang ke kontrakannya yang sepi, memasuki sepeda, kemudian pemuda itu memulai ritual membersihkan diri.

Sudah selesai mandi, Farez melirik jam dinding yang terdapat disalah satu dinding. Jam delapan. Sedangkan dirinya harus berangkat bekerja jam sembilan.

Masih ada waktu satu jam untuk dirinya belajar. Farez membuka buku paketnya, mempelajari materi yang belum dirinya pahami. Sampai akhirnya tanpa sadar ia terlelap.

Tok... Tok... Tok...

"REZ WOE BOLU NIH!!" teriak seseorang dari depan pintu. Farez tersentak, membuka matanya yang memerah karena baru bangun tidur.

"REZ UDAH BERANGKAT APA YA?"

Farez melotot, menoleh ke arah jam. Sudah jam sembilan lewat. Buru-buru bangkit, berjalan cepat menuju pintu depan, lalu membukanya.

"Eh buset baru bangun? Nih brownis, emak gue bikin tadi pagi mau ada arisan katanya." ujar seseorang itu seraya menyerahkan sepiring brownis.

Gak nanya. "Iya makasih." Farez tersenyum kecil, menerima piring tersebut.

"Yaelah kayak sama siapa aja. Gue cabut ye. Dah telat lo cepet berangkat."

Kemudian pemuda itu pergi melewati gang. Namanya Gibran, teman sebaya Farez. Dia juga satu sekolah dengan Farez, hanya bedanya Gibran kelas 12 sosial 1. Ketua osis dan wakil ketua basket.

Mereka kenal karena tidak sengaja bertemu di lapangan belakang, lebih tepatnya cluster rumah Gibran. Awalnya Farez hanya iseng berolahraga disana sampai akhirnya bertemu dengan Gibran yang sedang lari pagi.

Dan, mereka berteman.

Farez menutup pintu kontrakannya, lalu melahap sepotong brownis langsung dimasukan kedalam mulutnya. Ia menyimpan piring tersebut diatas meja kecil, lalu berlari memasuki kamar untuk bersiap.

FAREZ [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang