19 • FAREZ ✔️

1.2K 216 169
                                    

Seperti tidak dapat berbincang di esok hari, Farez dan Damian duduk bersisian di trotoar pinggir jalan besar. Yang biasanya kemana-mana menggunakan motor treilnya, kini Damian hanya berjalan kaki untuk datang ketempat ini.

Kedua pemuda itu bungkam setelah Farez menanyakan keberadaan motor Damian. Kata si pemiliknya, motor tersebut di sita oleh sang ayah karena dirinya ketahuan balap liar di salah satu jalanan sepi jalur kendaraan besar.

Bukan bermaksud apa-apa untuk Farez menanyakan keberadaan motor Damian, awalnya memang ia sangat heran jika Damian datang tanpa kendaraan. Niat sekali.

"Pusing gue, Rez." frustrasi Damian menjambak rambutnya yang sedikit gondrong.

Farez hanya diam mendengarkan. Matanya menatap lurus kendaraan yang berlalu lalang dihadapannya.

"Motor disita, ATM disita, handphone juga disita, untung aja dompet gue gak diambil." ujar Damian kembali.

"Gara-gara balapan doang?" tanya Farez tanpa menoleh.

"Tadinya ketangkep warga, bokap gue turun tangan. Sampe rumah diambilin deh."

"Lagian." seperti itulah respon Farez.

Damian mengusak rambut belakangnya dengan kasar. Ia menghela nafas. Kedua kakinya yang semula tertekuk, kini ia selonjorkan kedepan.

"Emang temen-temennya pada kemana?" Farez kembali bertanya setelah hening beberapa saat.

Merasa itu pertanyaan untuknya, Damian pun menoleh ke sebelah kiri. Lebih tepatnya, menoleh pada Farez yang memang duduk disebelah kirinya.

"Temen gue?"

Farez mengangguk. Damian kembali menatap jalanan depan.

"Sebelum gue pulang, mereka pada ditahan sama warga, kayaknya ada yang diserahin ke polisi ada yang dijemput sama bonyoknya." pandangan Damian menerawang.

"Tongkrongan?"

"Basecamp maksud lo?"

Lagi-lagi Farez mengangguk.

"Tadi gak sengaja gue lewat sini, setau gue, lo kerja disini. Jadi iseng aja mampir minta makanan." Damian terkekeh pelan. "Spik doang sih, tadi sebelum balapan gue udah makan makan."

Baru saja Damian akan berbicara kembali, tapi suara klakson mobil Jaguar XE berwarna merah yang berhenti didepan mereka berdua berhasil membuat Damian menelan kembali suaranya.

Tidak lama kemudian, keluarlah gadis berambut seleher dengan piama tidur panjang berwarna kuning bercorak garis-garis hijau. Ara. Gadis itu adalah Ara.

Damian dan Farez menatap Ara yang kini menghembuskan nafasnya jengah. Kemudian gadis itu berkecak pinggang.

"Gembel banget sih lo berdua." Ara menggelengkan kepalanya.

Matanya menatap Damian yang sudah menatapnya terlebih dahulu dengan kening mengernyit.

"Kok ada lo?" kemudian menatap Farez kembali. "Sejak kapan kalian deket?"

"Kalian juga. Sejak kapan jadi deket?" Damian balik bertanya mengikuti nada bicara Ara barusan.

"Kepo aja lo!" balas Ara memutar kedua bola mata malas.

Farez bangkit berdiri, menepuk-nepuk celana bagian belakangnya yang sedikit kotor. Maklum, duduk di trotoar pinggir jalan.

"Ayo pulang." ajaknya pada Ara.

Tidak mau ketinggalan, Damian pun ikut bangkit berdiri disebelah Farez. Pergerakan Damian membuat Ara menatapnya dengan alis hampir tertaut.

"Ngapain lo?" tanya Ara dengan pandangan tidak suka.

FAREZ [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang