"Serius mau pelautan?"
Farez yang sudah rapih dengan seragam sekolah dan almamater jurusan yang melekat di tubuhnya pun menghentikan langkah ketika hendak menuruni anak tangga. Pemuda itu menyampirkan tas sekolah pada bahu sebelah kanannya.
"Kenapa Yah?"
Laki-laki dengan balutan jas kantoran dan tas kerja di tangan kirinya pun menggelengkan kepalanya pelan, tidak lupa dengan senyum tipis yang menghiasi bibir.
Anan tahu jika Farez sangat ingin menjadi pelaut, Farez sendiri yang bercerita padanya tadi malam ketika mereka berduaan di rumah. Karena yang lain sedang keluar, mengantar Sandra dan Guntur yang ingin mencari oleh-oleh untuk dibawa ke Singapura nanti.
Entah mengapa, Farez bisa sedikit demi sedikit terbuka pada Anan. Mungkin karena mereka sesama laki-laki membuat Farez nyaman dalam hal bercerita. Namun tetap saja Kayra selalu menjadi orang pertama yang Farez cari ketika ingin berkeluh kesah.
"Beneran?" tanya Anan sekali lagi.
Farez mengangguk pelan, mengulum bibir tipisnya.
"Yasudah, belajar yang bener. Tunda kerjamu, prioritaskan belajar."
Pemuda itu langsung menunduk, termenung.
"Masih memikirkan uang?" lanjut Anan mendengus malas. "Ada ayah, tenang aja."
Farez mendongak menatap Anan. "Farez yang sekolah, harusnya Farez yang---"
"Udah lah Rez. Tugas kamu belajar. Kalo udah pinter, pekerjaan bakal ngejar kamu bukan kamu yang ngejar pekerjaan. Percaya sama ayah, kamu fokus sekolah aja."
Pemuda itu kembali termenung, menatap sepatu bersihnya yang baru saja keluar dari kardus. Ia membernarkan posisi tasnya yang sedikit merosot.
"Ngerti gak?"
Farez mengangguk pelan. Dirinya akan menurut.
"Sekolah yang bener, udah kelas dua belas. Kapan ujian?"
"Belum tau Yah."
Anan mengangguk. "Kamu turun, sarapan. Berangkat bareng Ara apa Kayra?"
"Ara."
"Yaudah. Nanti ayah siapin berkas-berkas buat daftar sekolah kamu, kamu beneran pilih yang di luar kota?"
"Bener."
Mata Anan memincing. "Yakin?"
"Yakin." jawab Farez lugas.
"Kayra gimana?"
Farez mengerjap pelan. Ia belum membicarakan ini pada Kayra, mungkin nanti.
"Nah, pikirin dulu mateng-mateng. Kalo udah, ngobrol lagi sama ayah. Hari ini ayah lembur, nanti malem kamu di rumah ya jagain ibu."
"Iya, siap."
° ° °
Dengan setumpukan kertas di tangannya Farez berjalan seorang diri di koridor. Seragam dan atribut masih lengkap melekat di tubuh Farez. Beberapa murid yang berpapasan di koridor sempat melirik pemuda itu yang tampak acuh dengan sekeliling.
Berjalan dari kantor guru menuju kelas tidaklah dekat. Tadi setelah bubaran upacara, Farez langsung menghampiri bu Mila, ia mengajukan diri untuk mengikuti olimpiade kimia hari jumat nanti. Dan sekarang, Farez semakin sibuk belajar karena puluhan kertas berisi latihan soal di tangannya.
"Hai!"
Langkah Farez terpaksa berhenti karena seorang gadis sedang berdiri di hadapannya. Mata yang semula menatap kertas-kertas di tangannya, kini naik menjadi menatap mata seorang gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAREZ [Completed]
Ficção Adolescente[ SEQUEL ARRANGED MARRIAGE ] bisa dibaca terpisah Dua remaja yang dipertemukan atas organisasi kelas 12 Mipa 3. Sang ketua kelas dan si sekretaris kelas. Saling bersama membuat mereka merasakan apa itu cinta. Namun siapa sangka, salah satu dari me...