Kayra melihat Gladys sedang berjalan sendirian dikoridor menuju taman belakang yang biasa dirinya kunjungi jika ingin menyendiri, atau sekedar makan bekal seraya menaiki ayunan.
Kaki jenjangnya berlari cepat menuju taman belakang. Kayra berdiri dibalik pohon mangga, ia mendapati Gladys yang berdiri dihadapan seorang gadis yang kini sedang duduk di ayunan.
Savina dan Gladys.
"Mana pesanan gue?" Savina mengangkat tangan kanannya ke arah Gladys.
Gladys menyimpan dua susu kotak rasa strawberry ke tangan Savina. "Ini, gak ada rasa coklat, gapapa?"
"Pake nanya lagi!" Savina bangkit. "Gue kan mau coklat. Lo tinggal jalan doang kok lemot banget sih? Duit udah gue kasih, pake ongkir pula."
Yang dimarahi pun menundukkan kepala. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Sampai kapan dirinya harus menjadi babu seperti ini?
Telunjuk Savina mengangkat dagu Gladys sampai si empunya mendongak, menatap Savina.
"Dikit dikit nunduk, dikit dikit nunduk. Lo tuh kenapa sih? Lawan dikit kek, keluarin pembelaan kek. Jangan maunya dilindungi mulu!"
Telunjuk yang semula bertengger di dagu Gladys, kini mendorong pelan bahu Gladys hingga si empunya mundur beberapa langkah.
"Lo cuman pura-pura lemah apa gimana sih? Gue tau lo gak sepolos muka lo itu. Enak banget ya hidupnya berlindung dibalik Kayra terus?" Savina terkekeh.
Kayra yang merasa namanya dibawa-bawa pun mengernyit. Mata tajamnya tetap mengawasi kedua gadis tersebut.
"Kayra gak ada sangkut pautnya sama hidup aku!" sentak Gladys menatap Savina walaupun tidak tajam.
"Halah! Gak ada sangkut pautnya? Matamu!" cemoh Savina. "Gue gini juga karena Kayra kali."
"Mau aja ya Kayra temenan sama orang kayak lo. Lembek banget. Caper sama Farez. Biar apa sih? Biar Kayra sama Farez gak deket kayak dulu lagi?"
"Gue emang gak tau problem diantara kalian, tapi gue peka kalo diantara kalian yang mulai duluan pasti lo!" Savina melipat kedua tangannya dibawah dada.
"Cara sehat dong kalo emang lo suka sama Farez! Jangan receh gini. Kayra cantik, gak mungkin mau saingan sama lo." lanjutnya.
Gladys menunduk. Menelan semua ucapan demi ucapan yang Savina lontarkan. Semuanya memang benar.
Namun, kenapa harus Kayra dan Kayra yang selalu menjadi saingannya? Dirinya benci seperti ini.
"Malah nangis!" kekeh Savina tidak habis pikir.
"Sebenernya apa urusan kamu?" tanya Gladys pelan menatap Savina dengan mata berkacanya.
Savina menggelengkan kepala. "Gue cuman gak mau bibit bibit antagonis bermuka polos semakin banyak."
"Karena gue udah muak sama yang kayak gitu." lanjut Savina.
Menggunakan salah satu punggung tangannya, Gladys mengusap air matanya. Ia memandang Savina dengan alis terangkat sebelah.
"Kenapa belain Kayra banget? Emang ada timbal balik?"
Savina terkekeh. "Ya. Kayra temen gue. Temen gue!" ia menekankan semua ucapannya.
"Karena dia temen gue, jadi gue turun tangan sama masalah ginian. Kayra gak mungkin bakal tegas begini ke lo, karena dia nganggep lo itu temen."
"Sesama temen harus membela kan?" smirk Savina keluar ketika melihat Gladys terbungkam.
"Udah tau lemah, jadi orang gak usah maksain diri." Savina menatap Gladys yang kini kembali menunduk.
"Savina!" tegas Kayra keluar dari persembunyiannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/246273930-288-k351396.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FAREZ [Completed]
Teen Fiction[ SEQUEL ARRANGED MARRIAGE ] bisa dibaca terpisah Dua remaja yang dipertemukan atas organisasi kelas 12 Mipa 3. Sang ketua kelas dan si sekretaris kelas. Saling bersama membuat mereka merasakan apa itu cinta. Namun siapa sangka, salah satu dari me...