27# Indomaret

65 16 0
                                    

Happy reading

__________

Vio menghela nafas panjang, kemudian mencebik sebal melangkah keluar rumah Naya. Ia merutuk terus-menerus dengan tangan masih memegang erat ponsel dengan tiga lembar uang seratus ribuan ditangannya.

Rambutnya yang diikat tinggi terombang-ambing seiring langkahnya mendekati area pekarangan rumah. Poni rata nya terlihat kontras dengan tubuhnya yang kecil.

Pupil mata gadis itu terlihat mengedar, mencari sebuah motor ninja hitam yang sempat mengantarnya kesini tadi. Ia merapatkan bibir saat maniknya tak mendapati sosok Dewa dan motornya di tempatnya parkir tadi.

Dengan cepat ia mengambil ponselnya, membuka aplikasi whatsapp-nya kemudian mencari roomchatnya dengan Dewa. Cowok itu tak mungkin 'kan meninggalkannya begitu saja, tidak mungkin.

Vio menggerakkan jarinya di atas layar dengan bibir terus mengeluarkan umpatan saat centang dua abu-abu itu tak berubah juga menjadi biru.

Me:
Woy!

Me:
Lo gak ninggalin gue kn?

Me:
Lo dimana anjir!??

Me:
Gak mungkin gue blik sendiri:)

Me:
Eh salah:(

Me:
Eh si anjeng kgak di bales

Vio menginjakkan kakinya di tanah dengan keras, mencak-mencak sendiri. Ia mendengus kemudian melangkah lagi dan berhenti ditepi jalan raya. Yah, kebetulan rumah Naya berada ditepi jalan raya. Dan tepat didepannya ada Indomaret.

You know? Tadi Mamanya menelpon, menyuruhnya untuk membeli satu pak pembalut sebelum pulang, soalnya Mamanya sedang dapet dan plus stok dirumah habis.

Dan kalian tau? Semua temannya langsung saja menitip belanjaan snack dengan Vio, sangking banyaknya ia harus menuliskan catatan pesanan IPA 2 itu dicatatan ponsel.

Dan tentu saja Naya yang mentraktir semuanya.

Kasian sekali nasibmu nak.

Udah dikasih harapan.

Eh ternyata cuman diprank.

Vio menghela nafas sabar, ternyata ada orang yang nasibnya lebih buruk dari ia. Gadis itu mengintip sebentar layar ponsel, kemudian mendecak.

Belum ada balasan lagi dari Dewa.

Ia menoleh menatap jalan raya yang agak lenggang, kemudian dengan hatihati menyeberangi jalanan.

Vio merapatkan cardigan ungu nya, saat suasana dinginnya malam membuatnya jadi menggigil, dan lagi. Dinginnya ac Indomaret yang ia singgahi sekarang ini membuatnya jadi makin kedinginan.

Double kill.

Kakinya melangkah menuju rakyat yang berisi jejeran pembalut yang menjadi pesanan Mamanya. Aish, kenapa sih harus mesen pembalut sekarang ini?! Kenapa gak besok aja!?

Ia menunduk, mengambil satu pak pembalut berwarna hijau lalu satu lagi yang berwarna ungu. Pembalut ini seperti pelangi, penuh warna tidak seperti hidupnya.

||Broken And Cure|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang