21# Kafe

90 21 0
                                    

Happy reading

____________

Vio menunduk. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, hari ini ia memakai celana cargo joger pink dengan kaos garis-garis hitam pink lengan pendek.

Ia mendengus, tak lama berputar menatap dirinya dari belakang. Hari ini Dewa berniat mengajaknya pergi kafe, melaksanakan niat untuk move on yang sudah di rencanakan sewaktu di rooftop kemarin.

Dan sore ini Vio sedang bingung dengan outfit apa yang harus dia gunakan, biar berubah dari yang dulunya gitu jadi ke gini.

Eh gimana sih maksudnya?

Ck. Intinya tuh ada perubahan, siapa tau nanti dia ketemu Damar di jalan yakan? Nah 'kan berharap buat ketemu.

Vio merutuk kecil, gadis itu memukul pelan keningnya berkali-kali. Berusaha menghilangkan wajah Damar di pikirannya. Hari pertama move on memang sesulit ini gak sih?


Bayang-bayang mantan terngiang mulu.


"Ayo berangkat. Lo nunggu apa lagi sih? Biar lo nungguin seribu kali pun, muka lo gak akan berubah. Lagian ngapain juga gaya pake pink-pink segala, perasaan lo sukanya warna ungu dah." suara cerocosan Dewa membuat Vio menoleh.

Ia jadi mendecak, saat Dewa yang masuk ke kamarnya dengan santai seakan dia yang pemilik kamar. "Dari pada lo? Udah jelek, outfitnya jelek, makin jelek. Canda jelek." Vio balas meledek tak suka.

Ia kembali memperbaiki ujung kaosnya sambil menatap cermin, "lagian gue pake warna ginian itu biar keliatan seger, biar feminim kayak mantan gebetan Damar dulu."

Dewa hanya mengangkat alis, cowok itu jadi memainkan bibir kemudian duduk di atas kasur. "Ngapain sok mau jadi kayak mantan gebetannya si Damar itu," tersirat nada tak suka dalam ucapan Dewa.

"Ya biar dia nyesel, dia tau rasa gitu." jelas Vio, mengambil ponselnya lalu memasukkan ke dalam totebag ungunya. Ia menatap Dewa, berdiri di sebelah cowok itu.

Dewa bangkit, berdiri kemudian menatap Vio dari atas hingga bawah. "Vio, jadi diri lo sendiri. Ngapain perduliin tipe orang di sekitar lo. Dan lagi pun, kalau Damar nyesel dan minta balik. Emang lo mau?" ucap Damar membuat bibir Vio terkatup rapat.

Gadis itu jadi terdiam sejenak, merenungi kata-kata Dewa barusan. "Ya-ya gue gak mau balik." sahutnya kikuk. Vio menggaruk rambutnya tak lama menunduk.

Dewa menghela nafas, "mulut lo gak kontras sama hati lo." cowok itu melangkah mendekati pintu, menoleh menatap Vio yang masih berdiri di tempatnya. "Yaudah ayo,"

Vio tersentak pelan, ia menegak. Menatap Dewa kemudian, "gu-gue ganti baju dulu deh." ucapnya tersenyum singkat langsung mengambil beberapa baju kemudian melangkah cepat menuju kamar mandi, meninggalkan Dewa dengan senyum kecil di sudut bibirnya.





___



Damar menangkup pipinya, menatap malas Attar dan Dzikry yang tengah sibuk dengan game online keduanya. Di sebelahnya juga ada Anggi dan Chandra yang duduk berdampingan dengan posisi Chandra mengajari gadis cantik itu bermain gitar.

||Broken And Cure|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang