28# Balikan?

75 18 0
                                    

Happy reading

_________

Damar mengulum bibir bawahnya ke dalam, menahan senyuman lebarnya. Ia menahan nafas saat merasakan sengatan listrik yang timbul saat tangannya menyentuh dan menggenggam tangan mungil Vio.

Jantungnya berdegup cepat dua kali lipat dari biasanya, walaupun ini bukan pertama kalinya. Tapi tetap saja, ini per- ah bukan pertama. Ini yang kedua kalinya, setelah pegangan tangan singkat sewaktu mengambil es krim tadi.

"Dam, lepasin!" suara Vio terdengar ketus langsung membuat langkah kaki Damar memelan. Ia menghentikan langkah kakinya, kemudian berbalik melepaskan tautan tangan keduanya.

Damar merapatkan bibir diam, ia menggaruk tengkuknya kikuk. "Eh sorry, tadi ak-gue refleks narik lo. Soalnya tadi ada bapak-bapak ngeliatin lo terus, jadi ... sorry." ia tersenyum canggung. Walau dalam hati cowok itu merutuk berkali-kali.

Vio mengernyit samar, berniat akan menolehkan lehernya ke belakang mencari sosok bapak yang disebutkan Damar barusan. Walau pergerakannya langsung berhenti saat Damar yang kembali menarik tangannya, Vio meneguk ludah batal menoleh.

Ia melirik sekilas tangan kekar Damar yang kembali bertengger di tangannya. Gadis itu mundur selangkah, membuat Damar ikut-ikutan mundur.

"Eh sorry lagi. Gak usah noleh, dia nanti makin ngeliatin lo lagi." kata Damar cepat, seriusan. Ini benar-benar bukan modus, memang benar tadi ada bapak tua yang terus memperhatikan Vio terus-terusan tadi.

Ewrgh, seperti pedofil.

Vio bergidig pelan, sesaat kemudian jadi diam berfikir lama. "Eh pesanan anak-anak mana!?" paniknya, ikut membuat Damar melebarkan mata.

Tak lama, cowok ganteng itu langsung mengerjap perlahan. Melirik ke arah kantong plastik putih di tangan sebelah kirinya, ia mengumpat dalam hati.

"Heh oh, sorry. Ini gue tadi gak sengaja ngambil barang anak-anak yang di elo, biar cepet." Damar lagi-lagi kembali tersenyum masam. Astaga, entah sudah berapa kali ia mengeluarkan kata maaf dari mulutnya ini.

Menyodorkan dua kantong plastik tadi, yang langsung diambil begitu saja oleh Vio. Gadis itu diam sesaat, sebelum akhirnya mendongak menatap Damar.

Niatnya untuk langsung saja pergi mengabaikan cowok itu jadi pupus, saat tatapan teduhnya langsung menyorot menatap Vio balik. Ia jadi meneguk ludah kasar.

"Hng... Makasih," kata gadis itu singkat, langsung melangkahkan kakinya menjauh dengan cepat. Dengan langkah tergesa-gesa, Vio menepuk jidatnya. Merutuk begitu saja.

Kenapa jadi kesannya canggung begini sih!?


Damar masih berdiri, merapatkan bibirnya tercenung beberapa saat. Sebelum akhirnya, cowok itu berbalik. Mengejar langkah kaki Vio yang sudah jauh ada beberapa meter jarak darinya.

Langkah kaki cowok dengan bulu mata lentik itu melambat, saat jaraknya dengan Vio sudah dekat. Ia kembali mengulum bibirnya canggung.

Dalam hati cowok itu menimang-nimang, apakah sekarang ia sudah boleh mengajak Vio balikan? Bukanlah kata Dewa tadi, mereka berdua itu gak punya hubungan apa-apa?

Jadi gak papa 'kan kalau Damar mau gas lagi?

Soalnya niat buat ngajakin balikan Vio itu udah meletup-letup gimana gitu, kayak Vio itu udah jadi sebagian pengisi hidup dan belahan hatinya.

||Broken And Cure|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang