29# Jadi gimana

68 14 0
                                    

Happy reading

________

Vio menaikkan tatapannya, ia menghela nafas kasar kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Mengingat saat Damar yang mengajaknya balikan.

Ia mendecak kecik, manik matanya terus menerus menatap lurus gantungan kupu-kupu yang ada ditangannya. Menatapnya lurus seolah bertanya.

Ini gimana?

Semuanya membingungkan.

Kalian tau? Sangking bingungnya, Vio bahkan langsung pergi waktu Damar baru saja melontarkan kata balikan itu.

Ia memegang pipi kanannya, masih merasakan sensasi kecupan cowok itu yang terngiang-ngiang dipikirannya. Ia kembali berfikir.

Di satu sisi, balikan dengan Damar itu bukan tawaran yang bisa ditolak begitu saja, tapi nginget sikapnya yang keliatan terlalu egois sama semuanya.

Bikin Vio jadi pikir dua kali.

Dia gak siap, hubungan mereka yang baru seumur jagung itu diterpa angin sepoi doang udah ambruk, gimana sama masalah lainnya? Gimana kedepannya, pikirannya benar-benar kacau sekarang.

Jadi harus gimana?

Berhenti atau lanjut?

_______

Sebuah motor ninja hitam terlihat berhenti disebuah pekarangan rumah berwarna putih gading, ia memasukkan motornya kedalam bagasi kemudian melangkah masuk kedalam rumah.

Ia menghela nafasnya, saat pandangannya menangkap dua sosok yang duduk disofa ruang tamu, menatap TV lurus. Kemudian menoleh saat mendengar langkah kakinya melangkah mendekat.

Dia, Dewa melangkah mendekati kedua sosok yang tak lain adalah orangtuanya. Duduk disofa, menunduk dengan jari bertaut siap diadili.

"Kamu darimana?" suara lembut khas wanita itu membuat Dewa mengangkat wajahnya, lalu kemudian terdiam begitu saja.

Belaan nafas terdengar, kali ini lebih berat. Sosok pria paruh baya itu mendudukkan bokongnya disebelah Dewa, merangkul cowok itu sembari menepuk-nepuk pundaknya pelan.

"Papah gak marah, mamamu juga. Papah cuman mau nanya sama kamu, jawab." Dewa mengangguki ucapan Ayahnya.

Jujur, ia agak merasa terasingkan dengan kedua orang tuanya yang selalu saja sibuk dikantor,  meninggalkannya dan Anggi dirumah dan selalu pulang malam.

Namun ia tau kalau mereka menyayanginya, ibunya yang lembut dengan ayahnya yang tegas. Semuanya lengkap, cuman kurang waktunya saja.

"Adek kamu kenapa? Pulang-pulang langsung nangis naik ke kamarnya, Mamamu udah bujuk tapi dianya gak ada mau keluar dari kamar," Dewa menoleh saat Ayahnya terlihat menghela nafas gusar.

Sekarang sudah sekitar jam setengah dua belas, hampir dua jam ia berkeliling mencari sosok Anggi ditengah kota Jakarta yang luas ini. Ia sudah mencari-cari disetiap rumah temannya, dan ternyata gadis itu sampai dirumah daritadi.

Menyebalkan namun mau diapa lagi.

Kurang baik apa coba Dewa ini?

||Broken And Cure|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang