20# Ga secepet itu

100 17 0
                                    

Happy reading

________

"Selama ini gue dengerin curhatan lo gitu aja, nganterin lo pulang. Minjemin jas hujan gue buat elo, nyandarin kepala lo di pundak gue. Lo pikir gimana? Lo pikir gue gak suka sama lo?"

"Lo beneran baper? Lo suka sama gue?"

"Iya."

Suara itu terus saja terngiang-ngiang di pikirannya. Suara yang ingin benar-benar Damar enyahkan dari muka bumi ini.

Jadi mereka berdua udah lama deketnya? Udah dari dulu!? Tapi kok dia kenapa gak pernah liat ya? Atau mereka deketnya akhir-akhir ini? Tapi kenapa Damar gak ngeh!? Giliran sekarang hubungannya dengan Vio sudah putus, Dewa langsung mengambil alih posisinya.

Ck.

Harusnya dari awal ia tau, sikap sensitif Vio ini pasti ada alasannya. Ya itu, pasti karena cewek itu sudah punya seseorang yang mungkin bisa menggantikan posisi Damar di hatinya.

Kenapa Vio yang awalnya biasa saja dengan semua ini, waktu awal pacaran. Vio bahkan tidak menuntut banyak, apalagi waktu itu Damar belum benar-benar jatuh cinta dengan Vio, belum melepaskan sikap buayanya.

Waktu itu Vio sama sekali tidak marah kalau Damar menggoda adek kelas lain, ya walaupun itu ia lakukan sekitar sebulan awal masa pacaran, sebelum akhirnya ia terjerat oleh pesona seorang Violetta Rinjani.

Tapi kenapa sekarang cewek itu jadi sensitif, saat ia sudah menjelaskan dengan rinci alasan ia mendekati Meysa, Vio sama sekali tidak mendengarkannya.

Apakah sekarang Vio benar-benar sudah muak dengan sikap Damar ini? Tapi kalau memang Vio muak dengannya, harusnya sudah sejak awal cewek itu memutuskan hubungannya. Di saat hubungan mereka memang sebatas candaan doang. Kenapa baru sekarang, di saat ia sudah serius dengan Vio?

Ya pasti karena dia sudah mendapatkan pengganti lain, yang lebih ganteng, sikapnya rada bad boy, yang tinggi, yang semuanya ada di diri Dewa Raditya Putra.

Iya, pasti itu alasannya.

Damar merapatkan bibirnya, cowok itu mendecak sebal jadi uring-uringan sendiri. Ia berdiri, lalu tak lama kembali duduk di atas kasur. Damar mengacak rambutnya frustasi. Tak lama menoleh saat mendengar derap langkah kaki mendekat.

"Gila aja sih, lo sampe uring-uringan gitu gegara putus sama Vio." ucap seorang cowok tampan yang memasuki kamar dengan nampan berisi dua cangkir coklat panas di tangannya.

Attar mendudukkan bokongnya di atas kasur, setelah sempat menarik meja kecil lalu kemudian menaruh nampan tadi di atasnya. Ia menoleh menatap Damar yang terlihat merenung.

"Apalagi waktu denger dari Naya kalo tadi lo nangis," ledeknya, membuat Damar menoleh langsung memasang wajah tak suka.

Cowok itu membuang muka. Jadi membaringkan setengah badannya di atas kasur, dengan kedua kaki hingga pahanya menggantung di pinggiran kasur. Ia menghela nafas panjang-panjang.

"Itu karena gue punya hati." cetusnya lalu kemudian merapatkan bibir. "Coba lo bayangin, di putusin cewek yang bener-bener lo sayang buat kedua kalinya. Yang pertama aja sangking syoknya gue sampe pingsan, lagian lo ga bakalan tau rasanya. Orang lo ga punya pacar." Damar mencibir, mengalihkan pandangannya sesaat.

Attar hanya mengendik, menaikkan kedua kakinya kemudian duduk bersila menatap Damar serius. "Gue tau lo bener-bener jatuh cinta sama Vio, bahkan bisa di bilang lo bucin bang-"

"Bucin itu bukti cinta, wajar." seru Damar tiba-tiba memotong, merasa tak suka di sebut bucin.

Attar hanya menghela nafas kemudian memutar bola matanya malas. Cowok itu kini berganti posisi, kembali menatap Damar. "Oke oke, jadi... Lo bakalan ngapain selanjutnya?"

Mendengar ucapan Attar, Damar langsung mendelikkan matanya. Langsung saja melempar wajah serius Attar dengan bantal, membuat cowok itu mengumpat kasar.

"Gue kesini itu mau minta saran, bukannya nyari solusi sendiri." katanya mendengus, Attar mendesis pelan.

"Lo tau 'kan, gue ga paham-paham amat ama yang namanya cinta." sungut Attar, lalu kemudian menyeruput coklat panasnya.

Damar menaikkan alis sebelah, "terus lo mau nyuruh gue ikutin ajaran sesatnya Chandra sama Petrik? Ya kali gue mau ikutin saran mereka lagi,"

Damar mendengus mengingat betapa bodohnya dia pernah menerima saran Chandra dan Petrik tanpa pikir panjang terlebih dulu. Dan sekarang akhirnya... Ck.

"Ya sama Thian lah, atau gak Ando atau Raka kek. Ga mungkin juga lo mau curhat ke cewek, yang ada lo di pojokin." Attar kembali menyeruput coklatnya.

Damar mengangguk, ia menjentikkan jari. "Nah itu, kalau gue sama Thian. Yang ada gue ke siksa dengerin omelan tu cowok yang pedes binggo, kalo sama Raka atau Ando. Susah, mereka berdua gak asik, masih noob soal cinta. Ando peka sama perasaan Naya aja kagak,"

Attar hanya menanggapi dengan decihan pelan, menatap Damar yang kini sudah bangkit berganti posisi menjadi duduk. "Nah kebetulan elo udah ahli sama hal yang namanya balikan sama mantan. Kenapa enggak, gue konsulnya ke elo. Ye, kan?"

Alis Attar terangkat satu, "gue belum balikan sama Aruni." sahutnya singkat, membuat Damar mendecak. "But... Lo jadinya mau balikan sama Vio?" sambung Attar kemudian.

Damar mengulum bibir bawahnya. "Gue belum putus sama Vio. Jadi gak balikan namanya," jawaban Damar membuat kening Attar berkerut.

"Lah? Terus kenapa Vio bilangnya udah putus, anak-anak juga pada bilang lo putus."

Suara decakan cowok itu kembali terdengar, Damar menatap Attar malas. "Dia minta putus udah dua kali, dan gue gak mau. Jadi gue sama Vio belum resmi putus." jelasnya, membuat Attar jadi tersenyum geli.

"Dasar ga tau diri lo, udah di putusin juga." celetuknya tak lama kemudian tertawa.

"Yaudah, intinya gue mau baikan sama Vio. Garis bawah, baikan bukan balikan." Damar menekankan kata baikan.

Damar terdiam sejenak, cowok itu teringat sesuatu. Ia menoleh menatap Attar sungguh, "tapi... Gue denger tadi Dewa nembak Vio, dan dia bilang seakan-akan dia sama Vio itu udah deket dari lama." katanya serius.

Attar mendecak, "ya 'kan mereka udah kenal dari lama, gimana sih lo?!"

"Iya tau. Tapi mulai waktu ada gosip kalo Vio selingkuh sama Dewa, cowok itu udah gak pernah keliatan. Dan sampe akhirnya hubungan gue sama Vio renggang, tiba-tiba aja tu cowok nongol. Seakan dia yang buat hubungan gue sama Vio jadi kayak gini." Damar menjelaskan secara rinci.

Attar diam sejenak, ia memegang dagunya lalu kemudian menatap Damar sejenak. "Atau..." ada jeda sejenak sebelum akhirnya Attar melanjutkan ucapannya.













"Dewa sebenernya udah suka sama Vio dari lama, terus waktu dia tau hubungan lo sama Vio lagi renggang-renggangnya, ya dia ambil celah buat nyalip lo."

"... Jadi lo mau ngapain, gue gak tau mau ngasih saran apa?" Attar bertanya, menaikkan alisnya menatap Damar serius.

Cowok itu mengatupkan bibirnya diam, bergeming kemudian berbaring menatap lurus langit-langit kamar Attar. Ia menghela nafas panjang, kemudian mengusap wajahnya kasar.











"Gue gak mungkin mau lupain gitu aja, lo tau 'kan, gimana sayangnya gue sama Vio. Susah kalau mau lupain dia gitu aja, tapi kalau dia mau sama Dewa yaudah. Gue bakalan coba buat ngejauh, tapi yang gue yakin ga bakalan secepet itu."


_________

TBC

Tinggalkan komen kalian plus vote jangan lupa ya guys.

Buat yang udh sempetin buat Vote dan komen makasih banyak.

See you next chapter.

||Broken And Cure|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang