9# Sesi Curhat

123 26 0
                                    

Happy reading

_________

Vio mengerjap perlahan, manik matanya menatap lurus pemandangan bangsat di depannya.

Ia berdecak kecil, merasa sudut hatinya terasa ngilu. Padahal awal pacaran dulu, Damar juga masih sering godain adek kelas gemes atau kakak kelas yang bodinya kayak gitar spanyol.

Tapi waktu itu ia memang gak terlalu heran, karena Damar memang buaya yang perlu ia rubah biar jinak dulu.

Karena katanya, cowok bakalan berubah ketika udah sama cewek yang tepat.

Cewek yang tepat palamu meledak.

Kalau pada dasarnya buaya ya bakalan jadi buaya mulu, gaada sejarahnya buaya tiba-tiba berubah jadi merpati, ga akan ada pokoknya.

Mau bukti?

Itu contohnya Damar, di pikir waktu 6 bulan ini udah bisa buat cowok itu gak jadi fakboy lagi, buaya lagi, tapi nyatanya?

Sama saja.

Padahal masih minggu lalu cowok itu bilang.


"Seribu kali pun kamu ngancem buat putus, seribu kali juga aku bakalan nolak."

Bodoh banget ya Vio ini, bisa-bisanya langsung percaya sama ucapan romantis, puitis yang ternyata adalah kata-kata andalan buaya.

Vio mendengus sebal, ia memang tak marah, cuman sedikit kecewa saja dengan perjuangannya enam bulan ini, ternyata sia-sia doang niatnya buat rubah buaya jadi bucin.

"Brengsek." gumamnya pelan, memilih berbalik lalu dengan cepat melangkah menuju tangga yang baru saja ia turuni. Satu tempat yang ada di fikirannya sekarang adalah rooftop sekolah.

______

Dewa menatap langit biru dengan matahari yang tampak bersembunyi di balik awan putih, suasana sunyi serta angin sepoi-sepoi membuatnya tersenyum sesaat.

Ia meminum botol sprite di tangannya, menyesapnya dalam kemudian meremas botol yang tersisa sedikit, menoleh ke arah tempat sampah di sudut, mengeker kemudian langsung melemparnya begitu saja.

Dewa mendengus kecil saat botol sprite tadi melenceng, tidak masuk kedalam tempat sampah.

Dengan langkah gontai, cowok itu melangkah menuju sudut rooftop, membuang botol sampahnya kemudian melirik ke arah jam tangan hitam di tangannya.

12.34

Harusnya sekarang sudah masuk jam istirahat.

Masih di tempatnya, dengan posisi berjongkok, Dewa merogoh saku celana abu-abunya. Mengambil benda berwarna kotak dari dalam.

Tangannya bergerak mengetikkan 5 huruf, kemudian memencet tombol telepon.

Satu detik, dua detik, tiga detik.

Tutt...tutt...tutt

Di panggilan lain.

Kening cowok itu berkerut, ia mendecak sesaat menyadari sesuatu.

Pasti Anggi sekarang sedang sibuk telfonan dengan Damar itu, Dewa mendengus perlahan. Harusnya kemarin ia hapus saja kontak cowok itu, atau memblokirnya begitu.

Jadi sekarang kan dia mendapatkan dua dosa.

Membuat hubungan orang lain rusak.

Dan membuat adiknya di permainkan buaya.

||Broken And Cure|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang