TDT : Chapter 38 - Run

50.9K 7.1K 4.1K
                                    

Play List : Wildest Dreams - Taylor Swift

🔥🔥🔥

Bang Ilham bener-bener lagi lancar.. Hihi...

Btw, aku mau ralat usia kandungan Sexy, tadinya 3 bulan kan ya di chapter sebelumnya, aku ubah jadi 4 bulan untuk chapter kemarin ya 😁

Selamat malam dan selamat membaca ❤️

Semoga chapter ini lebih adem ya, gak membara kayak chapter kemarin, kasian DeVille-ku 😁

🔥🔥🔥

"Bangunkan aku kalau lasagnanya sudah matang." ujar Morgan sebelum menutup matanya.

Sallina tidak mengalihkan sedikit pun sorot maniknya dari wajah tampan pria yang dicintainya itu. Secara perlahan ia mengangkat tanganny untuk mengusap-ngusap puncak kepala Morgan penuh perhatian dan pengertian. Sepertinya pria itu sedang membutuhkan sebuah ketenangan. Dan Sallina sangat senang ketika Morgan datang menghampirinya, seperti kebiasaanya dulu ketika pria itu sedang muak dengan sikap ibunya yang otoriter.

*****

Ting. Tong.  Ting.  Tong.

Sallina membuka matanya lamat-lamat ketika mendengar suara bel apartemennya berbunyi. Ia tersenyum kecil ketika maniknya menangkap sesosok tampan yang tengah tertidur di depan matanya. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya, Morgan yang menginap semalaman di apartemennya.

Pria itu tengah terlelap di seberang sofanya. Ya, mereka menghabiskan waktu semalaman berdua. Bermain kartu dan catur sambil menikmati snack dan bir sampai keduanya kelelahan lalu memilih tidur di sofa. Ia dan Morgan tidak banyak bicara, tapi kebersamaannya bersama pria itu sudah lebih dari cukup bagi Sallina. Sudah terlalu lama ia dan pria itu tidak menghabiskan waktu bersama seperti sekarang. Apalagi semenjak ia berubah pikiran dengan menerima perjodohan mereka dari Ross, Morgan seperti menjauhinya.

Ternyata, bagi Sallina hubungannya bersama Morgan seperti dulu saja sudah sangat cukup. Asalkan pria itu bersikap hangat, Sallina sudah sangat bahagia meskipun mereka tidak bersama sebagai pasangan.

Sallina segera bangun dari tidurnya ketika melihat Morgan melenguh kasar, sedikit terganggu oleh suara bel yang kembali berbunyi.

Tidak ingin Morgan terbangun oleh suara bel, Sallina segera bangkit dan melarikan kakinya untuk membukakan pintu.

Setelah tiba tidak membuang waktu, Sallina membukakan pintunya untuk menghentikan orang di luar sana yang terus menekan bel yang bisa mengganggu tidur Morgan.

"Don, kau hanya cukup sekali menekan belnya!" protes Sallina pada kakaknya yang sudah berdiri dengan satu paper bag besar di tangannya.

Tanpa kata, pria berambut panjang itu memberikannya pada Sallina, Sallina pun menerima paper bag yang ternyata berisi makanan.

"Dia menginap di sini?!" todong Don begitu melangkah masuk ke dalam apartemen.

"Bagaimana kau tau?" Sallina menutup pintu apartemennya.

The Devil's Touch (DE LUCA SERIES KE 3) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang