BAGIAN 12

5.2K 451 32
                                    

Malam semakin terasa panjang dengan semua yang terjadi saat itu. Meski kami sudah menyiapkan mental setebal baja untuk menghadapi apa yang terjadi namun, kenyataannya kami belum benar-benar siap untuk melihat dengan mata kepala sendiri sosok pakde Kus yang ternyata memang benar pulang kembali ke rumahnya.

Suhu udara semakin menurun berserta hawa dingin yang terasa menyentuh kulit kami kala itu. Kami lari terbirit-birit keluar rumah setelah melihat sosok pakde Kus yang masih mengenakan kain kafan pada tubuhnya, beberapa bagian tubuh pakde Kus saat itu sudah mulai membiru seperti luka lebam.

Malam itu juga bisa terbilang malam paling sial dalam hidup kami. Pasalnya, setelah keluar dari rumah karena ketakutan kami berlari tak tentu arah. Saat sadar karena kelelahan setelah berlari sangat jauh hanya kabut tipis yang kami lihat malam itu.

Di kejauhan nampak lampu-lampu desa menyala terang, kami sudah sangat jauh dari pemukiman penduduk. Betis terasa sangat panas sehabis berlari saat itu, keringat masih terus bermunculan akibat olah raga malam kami.

Tanpa kami duga tak jauh dari tempat kami berada saat itu terdengar suara langkah kaki pelan yang sedang berjalan. Sedangkan posisi kami saat itu sedang berada di pinggir jalan yang biasa di lalui orang-orang pergi ke ladang.

"Ndelek!" (Sembunyi!) Seru Lena tiba-tiba sambil menyeret pergelangan tanganku dan Raya secara bersamaan menuju balik rimbunnya pohon pisan di belakang kami.

Benar saja, tidak berapa lama setelah kami menempati posisi belakang rimbunnya pohon pisang di kegelapan malam, dan aku yakin saat itu jika tidak akan ada orang yang mengira bahwa kami bertiga berada di balik semak tertutup rimbunnya pohon pisang.

Nampak bayangan hitam sedang berjalan menyusuri jalan setapak yang kami lewati tadi, sosok itu terlihat sebagai seorang lelaki berbadan sedang.

Meski jalannya pelan dan terlihat sangat kesusahan, perlahan lelaki tersebut mulai mendekat ke arah kami. Jantung berdebar tak karuan dengan apa yang kami lihat saat itu.

Betapa terkejutnya kami saat itu, hingga badan kami terkejut secara bersamaan. Setelah melihat dengan jelas bahwa lelaki tersebut sedang memikul mayat yang masih mengenakan kain kafan.

Nampak bahwa lelaki tersebut baru saja mengambil paksa jasad yang sudah di kubur sore tadi. Keringat terus bermunculan saat mataku terus memperhatikan sosok lelaki yang sangat tidak asing bagiku, lelaki tersebut pernah kulihat di acara pernikahan mbak Murti tempo hari.

"AAA ..."

Suara teriakan Raya yang tiba-tiba juga mengangetkan aku dan Lena bersamaan, Raya berteriak karena lelaki yang sedang memikul jasad yang masih berbentuk pocong tersebut tak lain adalah calon suami mbak Murti sendiri. Sedangkan Raya berteriak karena Mas Supardi yang sedang memikul mayat tersebut jatuh tersandung yang mengakibatkan pocongan yang tadi dipikulnya berbalik menindih dirinya.

Lebih terkejut lagi saat kami tahu jika pocong yang di pikul mas Supardi tersebut adalah pocong mbak Murti. Tangis tak bisa kubendung lagi melihat hal yang terasa sangat nyata tersebut, ketika pocong itu jatuh wajahnya menoleh ke arah kami.

Kami tercengang melihat kejadian itu, yang kami lakukan hanya terus memperhatikan di hadapan kami saat mas Supardi bersusah payah bangkit sambil membenarkan letak jasad mbak Murti yang tadi ia pikul.

Beberapa saat kemudian calon suami mbak Murti tersebut melanjutkan langkah kakinya dengan sempoyongan. Jalanya terlihat kesusahan akibat beban berat yang sedang ia pikul kala itu, di saat langkahnya mulai menjauh dari tempat kami berada saat itu ada suatu keanehan, harusnya mas Supardi mendengar jeritan suara Raya yang kaget saat ia tersandung.

Tetapi, mas Supardi tak bergeming sedikitpun seperti tidak menyadari keberadaan kami di sana saat itu.

Rasa penasaran kami amat besar dengan apa yang akan di lakukan mas Supardi pada jasad mbak Murti saat itu, "Kate nandi koen?" (Mau kemana kamu?) Cegah Lena sambil menahan lengan kananku yang hendak bergerak membuntuti mas Supardi dari belakang.

MEMEDON MANTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang