Perasaan mulai campur aduk yang kualami, saking tak kuasanya menahan rasa ketakutan yang kurasakan hingga aku tak sadar jika tangan pakde Kus yang membusuk sudah memegang pipi bagian kananku.
Aroma busuk tercium menyengat di sekeliling, berat, amat berat kurasakan seluruh badan saat itu. Kedua mata yang sudah basah oleh tangisan yang sejak tadi ku tahan tak mampu menghilangkan rasa ketakutan yang kualami.
Hingga akhirnya pandangan terasa gelap semuanya, rasa ketakutan dalam diriku benar-benar di tekan semakin kuat sampai badanku pun tak mampu untuk tetap terjaga.
***
Saat pertama kali membuka mata, yang kulihat adalah sebuah pemandangan mengerikan tepat di depan mata. Tempat yang terasa sangat asing dengan banyaknya pohon-pohon tinggi di sekeliling tempatku berada.
Di depanku saat itu terlihat tiga sosok jasad manusia yang tergantung pada sebuah pohon besar. Tali tambang yang mengikat bagian leher ketiga jasad tersebut banyak bekas noda darah yang sudah mengering.
Seluruh badan dari masing-masing jasad yang tergantung tersebut terlihat sangat mengerikan, banyak bekas luka akibat cakaran atau lebih tepatnya adalah cabikan.
Luka bekas sayatan benda tajam dari ketiga jasad tersebut bermacam-macam, di bagian leher ketiganya terdapat luka sayatan melebar ke arah belakang.
"Hoeekk ..., Hoeekk ..."
Berkali-kali aku memuntahkan isi dalam perut, hingga badan terasa sangat lemas. Ketiga jasad tersebut sudah membusuk kaku, dari dahan pohon besar yang di jadikan tiang gantungan ketiga jasad tersebut muncul banyak tikus yang sedari tadi sudah menggerogoti tubuh busuk tersebut.
Suasana di sekeliling sangat gelap gulita, apa yang kulihat saat itu semakin menambah rasa ketakutan yang sudah menjalar di sekujur tubuh.
Sreeek ..., Sreeek ..., Sreeek ...
Tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari tengah kegelapan malam, tepatnya berada di belakangku saat itu. Pandanganku terbatas karena gelapnya malam, hanya perasaan mengatakan jika di belakangku saat itu sudah ada sosok mengerikan yang sedang menyeret tubuh manusia.
"Arrgh ...," Suara erangan tertahan seperti suara perempuan yang sedang kesakitan.
Dari balik pohon besar tempatku menyembunyikan diri aku mencoba untuk melihat ke arah belakang.
Deg!
Jantung terasa berhenti berdetak secara mendadak, kedua mataku melolot tertuju pada seorang gadis yang sedang di seret oleh sosok perempuan tua yang mengenakan baju pengantin Jawa persis yang di kenakan oleh mbak Murti.
Dan aku sangat mengenal gadis yang sedang di seret oleh perempuan tua itu, dia adalah Raya! Teman yang selama ini tidak pernah meninggalkan diriku saat aku dalam kesulitan.
Dari balik pohon besar dengan pandangan samar karena suasana gelap, terus ku perhatikan sosok perempuan tua yang tengah menyeret Raya dari bagian kaki kanan Raya.
Sosok perempuan tua tersebut masih menggunakan sanggulan pada rambutnya, kain jarik yang di kenakan sebagai setelan bagian bawah sama sekali tidak menyulitkan dirinya untuk menyeret tubuh Raya.
Badanku menggigil tak karuan, perasaan mulai tak menentu antara kabur dari tempat itu ataukah menolong Raya yang terlihat masih bernafas. Tapi bagaimana caraku untuk menolong Raya, jalan pikiranku benar-benar terasa buntu.
Di tambah lagi aku sangat sadar bahwa aku tersadar di alam lain, karena semuanya terasa aneh dan amat membingungkan.
Sosok perempuan tua yang mengenakan baju kebaya tersebut berjalan pelan sambil menyeret tubuh Raya yang mengerang kesakitan. Saat perempuan tua tersebut mulai melewati diriku dari balik pohon, aku mulai mulai menggeser tubuhku ke arah samping agar badanku tak terlihat dari balik pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMEDON MANTEN
Horror#2 in Horor Tentang sebuah cerita masa lalu yang masih terekam jelas dalam memori ingatanku. Sebuah teror hantu wanita yang tidak lain adalah Murti, kakak sepupuku itu meninggal satu jam sebelum melakukan akad nikah. Saat malam datang, suara nyanyi...