12. Persiapan

4 0 0
                                    

Seorang gadis tengah menatap diri nya di sebuah cermin besar. Azura jarang sekali datang menghampiri sebuah party, baik yang di adakan teman nya atau keluarga nya. Jika ia menghadiri itu pun juga karena di paksa atau, merasa kasihan.

Lima menit yang lalu, aress menghubungi nya jika laki-laki itu sudah berada di dalam perjalanan ingin menjemput nya ke rumah. Azura yang saat itu tengah bersantai menonton serial kartun kesukaan nya itu, langsung menjadi kalang kabut mencari pakaian yang cocok untuk nya.

"Masa dress sih?"

"Apa sih kok gue jadi stress gini cuman perkara baju," Azura menghentak kan kaki nya.

Gadis itu mengambil pakaian nya asal  dari lemari. Ia mengambil tube top, jaket adidas, serta rok sebagai bawahan nya sebatas mata kaki.

Setelah memakai setelan itu, gadis itu
kembali menatap dirinya dari cermin.

Dingin ga sih gue pake ginian?

"Bodo amat deh, ribet banget."

Azura melapisi wajah mulus nya dengan bedak putih tipis, lalu mengoles kan lip balm dengan rasa strawberry pada bibir ranum nya. Sedang kan pada bagian rambut, ia hanya menggerai rambut hitam panjang nya seperti biasa.

"Selesai deh," Ia tersenyum.

Ting.

Anta

Gue udah di depan rumah lo.

Gadis itu menatap ke arah jendela kamar nya. Benar saja, aress sudah ada di rumah nya. Bahkan laki-laki itu melambai kan tangan nya, ketika ia melihat ke bawah jendela.

"Cepet banget," Ujar nya dengan dirinya sendiri.

Ia mengambil tas putih milik nya, lalu bergegas keluar dari kamar nya.

Setelah menuruni tangga, azura berjalan menuju kamar ber-cat cream yang tak lain ialah ruang kerja milik ayah nya.

Tok tok.

"Masuk," Ujar orang di dalam nya.

Azura mendekar ke ayah nya. Sedang kan Azka melirik ke arah putri nya,  yang terlihat sempurna dengan penampilan nya tengah melangkah ke arah nya.

Gadis itu tersenyum tipis.

"Pa, zura izin keluar ada acara di rumah anta- eh aress maksud nya." Ujar nya.

Azka mengangguk paham. "Aress jemput kamu?"

"Iya, aress udah nunggu zura di depan."

Pria itu menatap azura dalam. Gadis yang menerima tatapan itu pun mendadak merasa cemas. Ia takut ayah nya akan memarahi nya karena keluar semalam ini.

Azka melepaskan kacamata nya, lalu meletakkan nya di meja kerja. Pria berwibawa itu bangkit dari kursi, melangkah mendekati putri nya.

"Zura," Panggil nya.

Gadis itu menelan saliva nya. "I..iya Pa?"

Azka memegang bahu nya, dan tersenyum ke arah nya.

"Maaf kan Papa zura, maaf karena papa selalu menuntut kamu untuk mendapatkan nilai yang sempurna.." Ujar Azka lirih.

Sungguh zura tak tahu ia harus bagaimana.

"Papa tidak bermaksud untuk membentak atau pun kasar sama kamu,"

"Papa seperti itu karena, papa mengingin kan anak-anak papa untuk mewarisi perusahaan dan bisnis-bisnis yang papa jalani. Untuk menjalani itu semua, saat itu papa berfikir semua itu tak akan maju jika kita tidah pandai mengatur semua nya."

AZANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang