Marsha terkejut bukan main ketika tahu smartphone Arfin laku belasan juta. Padahal itu barang second, tapi harganya bisa sama seperti motor bebek baru. Wajar sih, karena smartphone Arfin merupakan jenis smartphone keluaran terbaru dari perusahaan elektronik terbesar, yang layarnya bisa dilipat itu tuh.
"Nggak tahu, Mama yang beliin sebagai hadiah kelulusan SMP." Itulah jawaban Arfin ketika Marsha menanyakan harga barunya. Tapi baguslah Arfin tidak memberi tahu. Kalau Marsha tahu, bisa-bisa dia kena serangan jantung.
Setelah dari pantai, Arfin memutuskan untuk membeli smartphone baru dan Marsha dengan senang hati menemaninya. Arfin membeli yang harganya jauh lebih murah daripada miliknya yang lama. Yang penting kan bisa untuk telepon, chat, dan video call sudah cukup, tidak perlu yang canggih-canggih. Setelah semua beres, Arfin mengantarkan Marsha pulang dengan motor yang Marsha bawa.
"Padahal pengen lihat kos kamu, tapi pasti isinya cowok semua," ujar Marsha begitu motornya sampai di depan rumah.
"Namanya juga kos cowok."
Begitu turun dari motor, Mereka baru menyadari bahwa ada sebuah mobil terparkir di depan gerbang rumah dan pintu rumah pun terbuka memperdengarkan percakapan dua orang pria.
"Ada tamu?" tanya Arfin.
Sekali lihat, Marsha langsung tahu bahwa itu adalah mobil sahabat ayahnya.
"Ada Om Ares," jawab Marsha.
"Siapa?" Arfin mengernyit.
"Temen Ayah."
"Oh." Arfin mengingat-ingat karena sepertinya dia pernah tahu nama itu. Tapi sebuah nama tidak hanya untuk 1 orang, kan?
"Yuk masuk dulu," ajak Marsha. Arfin setuju dengan niat hanya untuk berpamitan pada Ayah. Dia tidak enak karena ada tamu dan malam juga sudah agak larut.
Setelah mengucapkan salam, Marsha menyalimi ayah dan si tamu yang memang sedang asik ngobrol. "Kapan datang, Om?" tanyanya kemudian.
"Udah dari tadi," jawab Ares, lalu pandangannya berhenti pada sosok Arfin.
Saat Marsha bersiap mengenalkan mereka, dia mendapati Arfin yang tengah tertegun melihat Ares. Ares sendiri seolah baru mengingat sesuatu, lalu tiba-tiba dia berdiri. Marsha pun dibuat bertanya-tanya, mungkinkah mereka sudah saling kenal?
"Ares." Arfin menyebut nama itu bukan bermaksud untuk menyapa atau semacamnya, tapi karena dia sudah dihantui oleh nama itu selama empat tahun terakhir.
Ingatannya langsung tertuju pada waktu itu, tiga tahun yang lalu....
Flashback...
Arfin baru menginjak usia 13 tahun dan baru akan memulai kehidupan SMPnya ketika pesta anniversary pernikahan mama dan papanya sedang diadakan di halaman depan rumah.
Sebenarnya Arfin tidak suka dengan pesta jenis apapun karena dia memang tidak suka keramaian. Tapi karena ini pesta yang diadakan mamanya, Arfin akhirnya rela tampil mengenakan taksedo. Itu juga karena mamanya yang memaksa.
Malam itu suasana pesta sangat meriah. Banyak tamu yang datang berpasang-pasangan, memamerkan koleksi fashion dari desainer ternama kepercayaan masing-masing. Tak ketinggalan Viona dan keluarganya juga datang.
Arfin mengakui malam itu Viona tampil maksimal dengan balutan gaun tutu berwarna emas. Banyak yang memuji kecantikan Viona dan mengatakan bahwa mereka cocok, Arfin dan Viona. Tapi hal itu malah membuat Arfin risih. Apalagi saat Viona terus menempel padanya seperti lem.
"Kok lo bau, sih? Belum mandi, ya?"
Ucapan itu akhirnya berhasil membuat Viona pergi menjauh darinya karena jadi tidak percaya diri. Dan kesempatan itu dimanfaatkan Arfin untuk kabur ke kamar lalu mengunci pintunya.
YOU ARE READING
The Prince's Escape [Season#2 END✅]
Teen FictionKarena konflik keluarga, Arfin Ishida Dirgantara yang baru tujuh belas tahun itu, rela keluar dari rumahnya yang bak istana dan memilih bertahan hidup di sebuah kos sepetak yang hanya berisikan kasur buluk dan lemari pakaian usang. Namun dia bisa me...