Ketua OSIS

3.1K 77 231
                                    

Marsha memandang kertas ulangan Matematikanya yang baru saja dibagikan Bu Ana sebelum jam pelajaran berakhir. Wajahnya begitu suram melihat nilai yang tertera di pojok kiri atas. Enam puluh.

Marsha menggigit bibir bawahnya nelangsa. Setelah sekian lama dia tidak belajar bareng Arfin, nilainya jadi anjlok lagi seperti ini. Marsha sampai harus beranjak ke dekat jendela lalu mengarahkan kertas ulangannya itu ke cahaya matahari. Siapa tahu ada garis tidak kelihatan pada nilainya yang membentuk angka 8 alih-alih 6.

"Kalau Bintang di posisi Arfin bakalan nyelametin gue nggak ya, Sha?" Sejak Marsha menceritakan kejadian di kantin tadi, Mona tidak bisa berhenti berangan-angan. Dia tidak mempedulikan muka cemberut Marsha yang baru kembali dari pinggir jendela, lalu duduk dengan menopangkan dagu di tangan.

"Sumpah so sweet banget cowok lo, Sha. Gue iriiii...."

Kali ini perhatian Marsha teralihkan oleh cecaran Mona. Dia tercenung mengingat kejadian di kantin lalu tersenyum saat kepalanya dipenuhi oleh Arfin. Tapi bukan cuma Mona, Marsha juga selama ini iri sih dengan hubungan sweet Mona dengan Bintang. Jadi hidup itu sawang sinawang ya....

"Cowoknya pinter kok ceweknya o'on."

Merasa tersindir, Marsha segera menoleh ke Lani yang ternyata diam-diam melihat nilai ulangannya.

Lani malah tersenyum santai saat mendapat tatapan sengit dari Marsha. Marsha tahu kalau Lani masih suka sama Arfin, makanya Marsha sering mendapat sindiran kejam.

"Lo pasti belum tahu kalau Arfin terpilih ikut Olimpiade Matematika Internasional?'

"Hah?" Marsha mengernyit tidak mengerti.

"Tuh, kan? Ckckck." Lani berdecak sambil menggeleng-geleng puas.

"Wow, nggak heran sih kalau Arfin...." Sudah ribuan kali Mona dibuat kagum oleh Arfin, hingga sekarang dia tidak perlu lagi bertanya kebenarannya. Yang bisa dilakukannya hanya berdecak kagum.

"Emang kenapa kalau lo tahu duluan? Arfin kan bukan tipe yang setiap saat bakal lapor. Dan gue bukan kayak lo, Stalker," balas Marsha.

Lani akan membalas sebelum akhirnya Rara menengah. "Sudah, sudah.... Nggak usah pada berantem napa?"

Marsha kembali menghadap ke depan dengan sebal.

"Lani sih nggak usah ditanggepi, tahu sendiri lidahnya lemes," bisik Mona hati-hati supaya Lani nggak mendengar. Marsha tidak menjawab. Dia kembali sibuk dengan nomor-nomor ulangannya dengan jawaban salah untuk mengalihkan emosinya. Sepertinya dia harus berguru pada Arfin untuk belajar memanah agar bisa tenang menghadapi Lani kapan saja.

"Ntar temenin gue ke mall ya, Sha, mau beli baju. Buat besok ngerayain anniv sama Bintang," ajak Mona.

Anniversary? Mendengar hal itu mau tak mau Marsha mengangguk. "Oke." Sambil lalu dia mengirim pesan ke Arfin, menanyakan kebenaran berita dari mulut Lani itu.

***

"Olimpiadenya nanti di mana, A'?" tanya Marsha saat pulang sekolah karena tadi Arfin tidak sempat membalas chatnya. Dia sudah memberitahu Arfin kalau sekarang tidak bisa pulang bersama cowok itu karena sudah janji akan menemani Mona ke mall. Mereka duduk di kursi panjang depan pos security, menunggu Mona keluar dari kelas menyelesaikan mencatatnya.

"Di Singapore, Sha," jawab Arfin. "Tapi masih dua bulanan lagi."

"Dua bulanan kok masih? Itu sih mepet banget, A'."

Pekikan Marsha hanya dibalas senyum santai oleh Arfin, dan setelah itu dia melihat Mona muncul dari pintu gedung sekolah. "Tuh bestinya datang."

"Yuk, Sha," ajak Mona, tidak mau berlama-lama. "Sori Fin, gue pinjem Marsha dulu, ya?"

The Prince's Escape [Season#2 END✅]Where stories live. Discover now