Sore itu di rumah Marsha, Arfin menerima ajakan ayah untuk bermain catur di teras, sementara Marsha sendiri masih sibuk berdandan. Tadi saat pulang sekolah, Marsha sudah mengajak Arfin untuk double date. Betapa senangnya dia saat Arfin mengiyakan tanpa pikir panjang dan tanpa syarat. Dan sekarang mereka sedang menunggu Mona dan Bintang untuk datang menjemput.
"Skakmat." Arfin meletakkan biduk menteri ke arah diagonal Raja milik ayah sehingga sang Raja terkekang tak mampu bergerak.
Ayah berjengit, tak percaya dia bisa terkena jebakan secepat ini. Setelah menyadari bahwa dirinya dikalahkan bocah ingusan, Ayah meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kepala sambil berseru, "alamaaakk...." Padahal tadi bidak ayah sudah memakan bidak Arfin lebih banyak. Tapi ternyata dia kalah juga.
"Nggak bisa, kita main sekali lagi," desak Ayah tak mau menyerah.
Permintaan itu tidak bisa dipenuhi oleh Arfin karena tepat pada saat itu sebuah Pajero parkir di depan gerbang rumah. Mona dan Bintang keluar dari mobil tepat waktu. Arfin jadi punya alasan untuk menolak.
"Maaf, Yah, jemputannya datang," senyum Arfin. Ayah yang masih belum terima kenyataan, menyilangkan tangan di dada memandang bidak-bidaknya yang tak berdaya.
"Wah, siapa yang menang nih?" tanya Mona ketika dia dan Bintang sudah bergabung di teras dan melihat catur di meja yang memisahkan ayah dan arfin. Cukup dengan deheman dari Ayah, Mona langsung tahu kalau beliau baru saja dikalahkan.
"Yang sabar ya, Om," cengir Mona.
Dan Marsha pun keluar rumah memakai knit blouse warna mustard, membuat Mona memekik heboh karena warnanya sama dengan sweater hoodie yang dipakai Arfin.
"Curang kalian nggak bilang-bilang kalau mau couple-an!" Mona menyilangkan tangan di dada, sebal. Padahal sendirinya kemarin bilang tidak berniat couple-an dan heboh saat menemukan setelan blouse dan rok pendek cantik yang dipakainya sekarang. Marsha hanya menanggapi dengan membentuk jarinya menjadi huruf V lalu menjulurkan lidah. Sebenarnya bukan janjian, tapi Marsha yang memutuskan untuk memakai baju dengan warna yang sama dengan Arfin tanpa Arfin ketahui. Arfin hanya nyengir melihat kelakuan Marsha. Memang ya, cuma di dekat Marsha, dia bisa selalu senang.
"Ayo, nanti keburu sore," sela Arfin setelah mengecek arlojinya yang menunjukkan pukul 4 sore.
Setelah semuanya berpamitan dengan ayah dan ayah mewanti-wanti agar tidak pulang terlalu malam, Marsha mengamit lengan Mona sampai ke mobil. Arfin dan Bintang yang mengekor di belakang saling berkenalan. Bintang mengaku senang akhirnya bisa bertemu dengan Arfin setelah selama ini hanya tahu Arfin dari video di channel Mona atau cerita-cerita dari mulut pacarnya itu.
"Kita mau kemana jadinya?" tanya Marsha ketika mereka sudah berada di dalam mobil dan mobil itu mulai meninggalkan kompleks perumahan. Marsha duduk di jok belakang bersama Arfin.
"Ke mana, Yang?" Mona malah bertanya pada Bintang yang sedang fokus menyetir.
"Ke mall aja kayaknya. Nanti kita karaokean di sana," jawab Bintang.
Marsha dan Mona pun setuju sementara Arfin hanya ikut saja asal Marsha senang.
"Happy anniversary ya, buat kalian... Semoga langgeng terus sampai nikah sampai kakek nenek," ucap Marsha memberi selamat.
Mona menoleh pada Marsha dengan mata terharu lalu membetot pipinya. "Tengkyuuu...."
"Makasih ya, Sha...." tambah Bintang. Marsha hanya mengangguk sambil meringis dan tangannya memegang pipi yang baru saja kena betot.
***
Karena jalanan tidak terlalu macet, jadi mereka sampai di mall lebih cepat dari perkiraan. Dan karena bukan weekend, suasana mall juga tidak terlalu banyak orang. Mona yang seakan telah terbiasa dengan rutinitasnya, segera mengeluarkan smartphone lalu memulai live di Instagram.
YOU ARE READING
The Prince's Escape [Season#2 END✅]
Teen FictionKarena konflik keluarga, Arfin Ishida Dirgantara yang baru tujuh belas tahun itu, rela keluar dari rumahnya yang bak istana dan memilih bertahan hidup di sebuah kos sepetak yang hanya berisikan kasur buluk dan lemari pakaian usang. Namun dia bisa me...