Chaejoon family

587 69 7
                                    

Awas typo

🐹Happy Reading 🐹

Matahari mulai menampakan sinarnya.
Namun, dua orang yang saling mencintai ini belum juga bangun dari alam mimpinya. Seorang balita turun dari kasur yang terpisah dari orangtuanya. Perlahan-lahan balita tersebut berhasil turun dan merangkak kearah sang ayah. Dia menjambak rambut sang ayah untuk membangunkan, tetapi daritadi belum ada pergerakan darinya. Dia pun beralih ke sang ibu. Memukul-mukul kecil wajah sang ibu serta mengoceh tak jelas. Merasa tidurnya terusik sang ibu akhirnya membuka matanya yang membuat balita itupun tertawa, karena merasa berhasil untuk membangunkan sang Ibundanya.

"Ehmm.. Kenapa sayang?. Mau minum?." Ujar sang ibu dengan suara khas bangun tidur. Balita itupun menjawab dengan celotehan khas balitanya. Sang ibu pun bangun dari tidurnya dan berjalan keluar kamar meninggalkan sang anak serta suaminya. Sesampainya didapur dia melihat bibi yang sedang menyiapkan sarapan.

"Bi, masak apa?, perlu dibantu gak?." Bibi menoleh saat majikan memanggilnya.

"Oh non, gak usah non. Ini juga udah mau selesai." Jawab bibi yang masih memasak sarapan.

"Bi, jangan panggil saya non yaa, panggil aja Chaeyoung. Anggap aja saya ini sama seperti anak bibi, bukan sebagai majikan, okey." Bibi mengangguk menanda paham, tapi ada rasa tidak enak juga untuk memanggil dengan nama saja. Karena dia baru bekerja dirumah ini. Satu minggu yang lalu, bibi yang bekerja dirumah Chaeyoung pensiun, karena usianya tidak berkenan untuk kerja. Seolah paham apa yang dirasakan sang bibi, Chaeyoung kembali bersuara.

"Jangan sungkan bi, saya malah seneng bisa dipanggil seperti itu. Justru saya merasa gak enak kalau bibi manggil saya non, karena bibi lebih tua daripada saya. Bibi juga sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri kok." Jawab Chaeyoung dengan menampilkan senyuman tulus. Bibi pun mengangguk mantap mengiyakan ucapannya.

Chaeyoung beralih mengambil susu yang berada di lemari atas. Tapi usahanya tak berhasil untuk mencapai pintu lemari tersebut. Ingin meminta bantuan kepada bibi tapi baru saja bibi itu pergi. Terpaksa Chaeyoung menarik kursi pantry. Namun sayang, usahanya daritadi tak berhasil. Chaeyoung menghela nafas frustasi. Dia berusaha satu kali lagi, berharap kali ini usahanya akan berhasil.

Sret

Chaeyoung melihat tangan kekar yang ikut membantu mengambilkan susu yang berada didalam lemari. Dia menengok menampilkan Namjoon —sang suami yang sedang tersenyum manis menampilkan dimplenya.

"Makanya kalau tumbuh tuh keatas bukan kebawah." Lamunan Chaeyoung buyar saat mendengar suara Namjoon yang terang-terangan mengejeknya. Bisa tidak pagi-pagi jangan dibuat kesal. Chaeyoung memanyunkan bibirnya kesal. Masalahnya anaknya yang berada di gendongan ayahnya tertawa.

"Ih, pagi-pagi udah bikin kesel aja." Namjoon tertawa mendengar nada kesal Chaeyoung. Ini dia yang Namjoon sukai dari Chaeyoung, dia suka dengan wajah Chaeyoung yang kesal. lucu katanya.

"Udah ih, jangan marah-marah, nih adek udah haus." Namjoon beserta anaknya keluar dari ruangan dapur menuju meja makan meninggalkan Chaeyoung yang mendengus. Dengan keadaan agak kesal dia membuat susu untuk Galen.

—🐹—

Siang ini Chaeyoung dan anaknya berencana untuk mengantarkan bekal makan siang ke kantor Namjoon. Sekalian surprise, jarang-jarang dia mampir ke kantor suaminya.

Semuanya sudah beres, kini tinggal dirinya dan anaknya untuk siap-siap. Tak berselang lama Chaeyoung beserta anaknya menuruni anak tangga dan bergegas kearah dapur mengambil kotak bekal makan siang. Sampai diruang tamu dia melihat bibi sedang beres-beres rumah.

Suami takut Istri {Bangtwice} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang